Pelelangan
Translator : Wendy
Editor : MEIONOVEL.ID
“Yep, sudah kuduga. Merah terlohat cocok untukmu. Kulit dan rambut putihmu sungguh membuat mata merahmu mencolok.” Melihatku dengan setelan lengkap, Tiz mengangguk puas.
“…terima kasih.” Balasku singkat.
Dua puluh dua hari pinjaman tersisa.
Ketika kita tiba di stasiun ibukota Trestan tadi malam, kami disambut oleh banyak sekali bawahan dan ksatria Tiz.
Jika seluruh ikut bersama, seluruh kereta bisa saja disewa. Kelihatannya orang yang mengatur semuanya masih tahu batasan juga. Yang berarti itu pastilah si pelayan, bukan Tiz.
Keesokan harinya, yaitu hari ini, pakaiannya telah tiba di penginapan kelas atas yang kami tinggali. Tidak ada satu orang pun yang mengukur ukuranku, tapi semuanya bisa pas dengan sempurna.
Saya menggunakan sebuah terusan yang terlihat terbuat dari bahan mahal berwarna putih, dengan rok lipit setinggi lutut berwarna hitam dan sepatu kulit setinggi pergelangan kaki.
Dan menutupi mereka semua adalah sebuah mantel berkerudung dengan warna merah gelap yang menenangkan. Tak peduli bagaimana kelihatannya, Saya persis seperti Gadis Berkerudung Merah.
Bagaimana ini semua bisa terjadi? Saya mencoba mengingat kejadian kemarin, ketika Saya masih di kereta.
—————————————————————————-
Tiz sudah bosan terkurung di dalam kereta selama seharian, yang berarti Saya berada di ruang tamu sebagai hiburannya. Salia masih berdiri di depan pintu. Di atas kertas, Saya adalah ‘pelayan’-nya, tapi Saya tidak merubah sikapku, dan Tiz tidak mengomentarinya juga. Yang membuat Salia semakin marah. Dia kesal padaku.
“Berapa lama kau akan bersembunyi di balik kain itu? Tunjukkan lah rasa hormat. Melihatmu saja yang masih menggunakan mantel bahkan di dalam ruangan sudah membuatku berkeringat.”
Saya dengan berat hati harus menyetujuinya. Tapi bukan berarti Saya menggunakannya karena Saya menyukainya. Jika Tiz tahu tentang telingaku disini, dia mungkin akan tertawa dengan senang dan kemudian dengan segera memperbudakku sebagai mainannya.
Biasanya jika itu terjadi, Saya hanya akan menguapkan seluruh penumpang kereta ini, tapi Tiz memiliki kekuatan yang hampir mencapai 800. Bahkan Salia memiliki kekuatan sekitar 400. Ksatria yang lain memiliki sekitar 200 juga, jadi bertarung dengan mereka tidaklah mudah. Menurutku penentuannya adalah seberapa cepat Saya bisa mengalahkan Salia pertama…
Saya melihatnya sambil berpikir. Dia terkejut sedikit takut.
“Apa yang kau lihat?! Saya hanya mengatakan kebe-”
“Hentikan itu, Salia. Kau juga, Shedy. Jika sampai terjadi perkelahian, Saya tidak akan menghentikan kalian berdua, tapi kau seharusnya tahu dia adalah ksatria sihir. Entah apapun yang kau pikirkan, dia tetaplah kuat.” Tiz memotong berharap untuk menjadi penengah.
“Apa benar begitu…”
Jadi dia lebih ke pengguna sihir dari pada bela diri? Sepertinya senjatanya juga memiliki penguatan yang kuat. Dia mungkin lebih merepotkan dari apa yang kuduga.
Saya tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berdamai, dan hal yang sama juga berlaku untuknya. Kemudian Tiz mulai berbicara, sepertinya dia baru saja memikirkan permainan baru.
“Itu mengingatkanku, kau juga memiliki sihir yang cukup tinggi juga, SHedy. Dan berdasarkan kemampuan bertarungmu, kau menggunakan sihir itu untuk merapalkan mantra, kan? Saya tidak berpikir seorang gadis kecil yang bepergian sendiri itu lemah. Mungkin ada rahasia dibalik mantel itu.”
Dia melamparkan tatapan tajam di bagian kepala yang kusembunyikan.
Saya menghela nafas dan mulai menyiapkan alasan. Saya menunjuk ke arah tanganku.
“Hmmm? Apa maksudmu?”
“Kulitku terlalu putih. Saya sensitif terhadap cahaya. Bahkan cahaya dalam ruangan ini cukup untuk menyakitkan mataku.”
Kurangnya pigmen membuatku sensitif terhadap semua jenis cahaya. Tak seperti sebelumnya, itu hanyalah masalah sepele, tapi pencahayaan di kereta ini – apa mereka juga menggunakan sihir? – sama seperti tingkat kecerahan seperti Bumi modern.
“Begitu.”
Setelah beberapa saat berpikir, Tiz mengangguk dan dengan cepat membunyikan bel dekat dengan tangannya.
“Kakek, pastikan ada sebuah mantel bertudung ketika kau mempersiapkan pakaiannya. Yang berwarna merah gelap akan lebih bagus.”
—————————————————————————-
Apa dia mengejekku…?
Dia adalah seorang bangsawan yang cukup terkenal, kan? Apakah ini semua kekuasaannya?
Sekarang, Saya membantu untuk persiapan pelelangan besok. Saya yang mengatur barang-barangnya, yang merupakan tanggung jawab pelayannya. Bahkan walaupun Saya hanya di atas kertas.
“Shedy, bisakah kau menyembunyikan senjata?”
“Senjata?”
“Yeah. Peraturannya mengatakan kau tidak diperbolehkan membawa senjata ke dalam. Tapi, akan ada bangsawan yang menyamar dari negara lain sepertiku di pelelangan ini, ditambah dengan orang-orang dari dunia bawah. Dan kau bisa melarang senjata, tapi kau tidak bisa melarang sihir. Akan ada beberapa peserta yang secara rahasia membawa senjata.”
“… selama tidak terlalu besar. Ngomong-ngomong, bangsawan dari negara mana kamu?”
“Hah, penasaran? Saya akan mengatakannya jika kau ingin menjadi pelayanku sungguhan.”
“Tak perlu… hanya saja kau terlihat cukup muda untuk menjadi … apa namanya… kepala keluarganya, kan?”
“Mmm, yah… sepertinya, Dan Saya sudah berumur dua puluh tujuh tahun, Saya sudah tidak begitu muda. Tidaklah jarang seumuranku sudah menjadi kepala keluarga.”
“… Kupikir kau lebih muda.”
“Benarkah?… benar, begitu. Jadi ada sesuatu yang pernah kudengar, sepertinya sihir yang banyak membuatmu lebih awet muda. Ini mungkin jarang terjadi pada keluarga biasa, tapi. Lalu, anak-anak tumbuh lebih cepat, jadi mungkin itu mungkin mengapa Saya pikir mengapa kamu terlihat lebih tua.”
“Ummm, yeah, pasti begitu…”
Tiz mulai membandingkan pistol yang dibawa ksatria. Dipertengahan, dia sepertinya mulai merasa bosan. Dia mengambil beberapa dagger magic stone kecil didalamnya.
“Bawa saja apa yang ada. Simpan ini, Shedy.”
…Saya mulai kehabisan dagger bandit, jadi mungkin saatnya untuk mengisi ulang. Yah, dengan Rank-up, sepertinya Saya tidak membutuhkan senjata lagi.
[Shedy][Ras: Mistral][Lesser Demon(High-Rank)]
> Iblis kabut menawan yang menari-nari di atas laut utara. Makhluk spiritual yang licik.
[Magic Points: 1100/1100]
[Total Combat Power: 1210/1210]
[Unique Skill: <Reroll><Cyber-Manipulation>]
[Racial SKill: Fear]
[Simple Identification][Humanoid Form(Master)][Specialist Packer]
Kekuatanku tidak berubah sedikitpun. Saya belum bertarung sekalipun setelah memasuki kota.
Dan bahkan setelah memesan kamar di penginapan di ibukota, Saya seperti sedang di tahan di rumah. Pengecualiannya hanya ketika Tiz merasa bosan dan memanggilku.
Kelompoknya menyewa seluruh lantai atas dan lantai dibawahnya, bahkan saya diberikan sebuah kamar dua lantai dibawahnya. Kamarku tidak semewah kamar mereka, tapi ini sudah seperti surga jika dibandingkan dengan kamar di panti asuhan yang hanya dipenuhi dengan ranjang susun.
Saya selalu ditemani oleh seorang ksatria, karena perintah mereka, ‘pantau’ diriku. Atas perintah Salia atau si pelayan, mungkin. Persetujuan dari Tiz tampaknya tidak membuat mereka percaya, sepertinya.
Benar, Saya bisa menguraikan diri menjadi kabut dan melarikan diri dari jendela tingkat tiga. Tapi, pikirku melakukan apa yang bisa dilakukan sekarang jauh lebih baik dibanding memburu orang jahat di malam hari, yang hanya akan membuat keributan dan membuat penjagaannya menjadi jauh lebih ketat dari sekarang.
“…dan disana.”
Tajam, cakar sepanjang tiga centimeter tumbuh dari ujung jariku. Warna merahnya mungkin karena aku yang membayangkannya keluar dari tubuhku. Penemuan ini adalah hasil dari percobaanku dengan wujud kabutku, dan salah satu hal yang kucoba adalah jika tangan yang kubuat bisa memiliki ujung yang tajam atau tidak.
Saya percaya cakar ini ada karena Saya ingin bisa bertarung dalam wujud manusia ketika Rank-up.
Saya bilang ‘di tahan dirumah’, tapi Saya menyibukkan diri dengan hal-hal penting seperti uji coba kekuatan dan bermain dengan Blobsy, jadi Saya tidak peduli. Tapi, kapanpun Saya keluar untuk makanan atau karena Tiz sedang bosan, Salia akan selalu ada untuk menatapku dengan niat membunuhnya. Menyebalkan.
…apa dia cemburu?
Keesokan harinya, hari pelelangan. Kelompok Tiz akan berangkat pada pagi harinya. Denganku pastinya, Tiz tetap akan diikuti pengawalnya sampai di dalam, dimana dia hanya diperbolehkan membawa tiga orang untuk menemaninya.
Tiga orang itu adalah pengawalnya Salia, si pelayan dan akhirnya, Saya. Salia menunjukkan ketidaksetujuannya tentang keikutsertaanku sampai sekarang, yang membuatnya diomeli Tiz. Kemudian dia menatapku lagi. Sangat menyebalkan.
Pelelangan diadakan di sebuah aula umum. Terlihat seperti gedung konser. Saya bisa melihat kastil kerajaan dari sini.
“Jangan sampai tersesat, Shedy.”
“Yeah.”
Kita menuju ke salah satu stan pribadi di lantai dua. Tiz tentu sangatlah kaya. Tepat setelah kita duduk, dia mulai berbicara tentang rencana penawarannya dengan si pelayan.
“Magic stone kuning tidak mungkin merupakan pertunjukkan utamanya.”
“Benar. Akhirnya, itu hanyalah magic stone yang tidak biasa. Sepertinya, itu tidak akan terlalu mahal. Saya percaya kita harus fokus mendapatkan Quarancinq yang terbuat dari elixir.”
“Dan kita tidak butuh barang-barang artistik. Coba kuliat, apa yang bagus diantara magitool…hmmm? Shedy, apa kau ingin lihat juga?”
Tiz menyadariku yang mencoba meraihnya dengan ujung jari untuk melihat daftar barang yang dilelangkan. Dia memberikan daftar cadangannya.
Jadi magic stone kuning akan… menjadi yang kedua di siang hari. Yang ketiga terlihat seperti sebuah magitoll dengan efek yang menarik. Saya sedikit penasaran. Salia terlihat penasaran juga, karena dia mencoba mengintip dari belakangku.
“…hey, kau. Bawa itu kemari, disini lebih terang.”
Pencahayaan di aula dimatikan, mungkin untuk menghidupkan suasana. Malahan semua meja memiliki lilin yang terlihat keren.
“…kenapa tidak nyalakan saja lampunya? Mereka seharusnya tetap menyalakannya sampai lelang dimulai. Apa mereka menghemat sihir?”
“Hah, dasar kampungan. Ini adalah ibukota kerajaan dengan sebuah Anak Pohon, tidak ada alasan untuk menjadi pelit. Khususnya tempat ini. Aula ini memiliki jalur pipa sihir yang mengalir langsung dari kastil, disini tidak akan pernah ada pemadaman.”
“…begitu.”
Jadi Anak Pohon ada di kastil, ya… Jika Saya tidak salah ingat, 99 negara dibentuk disekitar 99 Anak Pohon, kan? Mungkin para manusia memiliki sebuah metode untuk mengekstrak dan mendistribusikan sihir dari Anak Pohon ke seluruh penjuru negeri. Itu bisa menjelaskan energi sihir yang melimpah yang bisa kulihat.
“Tapi cukup sampai disitu. Berikan senjata kami. Tak bersenjata membuatku gelisah.”
“Yeah, yeah.”
Kita telah menyerahkan senjata kita ke resepsionis. Salia gelisah. Daripada senjata baru, Saya memberikannya sebuah dagger kotor yang Saya ambil dari bandit. Dia menggerutu, tapi masih mengambilnya enggan.
Pada saat ini, sebuah lampu sorot menyinari panggung. Sebuah pengumuman berdering untuk menunjukkan awal dari pelelangan.
“Magic sword dari Labirin Segal telah jatuh pada nomor 56 dengan tawaran 10 koin gold besar dan satu koin silver.”
Perak terakhir itu sangatlah tidak berguna.
Terdapat banyak orang di aula, tapi hanya sekitar seratus orang yang berpartisipasi. Tawaran pagi tergolong cukup tenang. Pelelangan akan menjadi arena sesungguhnya bagi para orang kaya pada siang harinya, setelah istirahat makan siang berhasil.
Orang-orang di tempat duduk biasa makan di ruang makan atau di luar. Tapi, sepertinya kursi stan seperti kita bisa memesan makanan yang ada di ruang makanan untuk dibawa ke meja.
Saya tidak makan, tapi level [Packer]-ku cukup tinggi untuk menyimpan air. Saya berpura-pura mengunyah, kemudian menyimpan makanannya.
Makanan yang disimpan nanti akan diberikan untuk Blobsy.
Setelah menyelesaikan makanan, Saya meninggalkan tempat dudukku.
“Shedy, kemana kau akan pergi?”
“…toilet.”
Tiz acuh tak acuh melambai padaku.
Salia dan si pelayan sepertinya tidak akan mengikutiku. Mereka tidak terlalu obsesif, sepertinya. Saya akhirnya bebas untuk beraksi.
Sata berjalan menuju ke koridor terang, melewati toilet, dan pergi ke bagian belakang lantai dasar aula. Disana, Saya melihat tangga ke basement, dan lorong lain yang menuju lebih dalam.
Jalan manakah yang benar? Saya memeriksa jalan yang lebih dalam terlebih dulu, yang menuntunku ke sebuah pintu logam dengan dua orang penjaga bersenjatakan tombak berdiri di depannya.
Mereka menatapku, kemudian menghentakkan ujung tombaknya.
“Tidak ada yang dizinkan lewat dari sini!”
“Kita tidak akan segan-segan jika kau mendekat lebih jauh, tamu atau bukan!”
Aku mengerti. Benar, penjagaan memang ketat. Melihat seorang anak kecil tidak menurunkan kewaspadaan mereka sama sekali. Saya bertingkah seolah ketakutan dan berbalik badan. Sepertinya basement dalah pilihan yang benar.
Jika Saya paksa masuk lewat sini, itu hanya akan membuat keributan. Jadi Saya harus melakukan sesuatu terhadap penjagaan yang ketatnya.
Cahaya meredup ketika Saya menuruni tangga. Saya melihat tiga bayangan jauh di dalam. Mereka sedang bermain kartu, mungkin malas-malasan.
“Nah, straight. Kemenanganku.”
“Aww sial, kau pasti bercanda.”
“Tunggu, kau curang yaa?”
“Nggaklah. Ayolah, berikan 5 silvernya.”
“Bagaimana kalau begini? Kau tahu kita memiliki beberapa gadis di kandang budak, kan? Bawa mereka.”
“Whoa, kau yakin?”
“Nggak bakalan ada yang tahu. Terburuknya, jika mereka berisik, kita bisa menghabisi mereka. Paling-paling hanya disuruh buat permintaan maaf.”
“Baiklah, Saya akan-gah!” “Urgh-” “-argg!”
Saya menyelinap di balik kegelepan dan mencekik para pria itu beberapa saat, menyerap kehidupan mereka.
Saya melihat tulisan di dinding yang dibaca “Magic Routing Control”. Blobsy kutinggal untuk membersihkan mayat, sementara Saya berlari ke dalam.