Dragoon Chapter 14 Bahasa Indonesia
Tuan Puteri Kedua, Fina, adalah tuan puteri tanpa ekspresi. Karena dia tidak bisa menunjukkan ekspresi dengan baik, orang-orang memanggilnya ‘Puteri Boneka’. Tapi rumor mengatakan bahwa ialah yang paling cantik ci Courtois, dan kecantikannya sampai-sampai membuat keluarga kerajaan mengawasi dengan ketat adanya kemungkinan ia dinikahi oleh keluarga kerajaan dari bangsa lain.
… Tapi sang puteri boneka punya sebuah rahasia. Ia sangat suka akan sensasi dari telinga dan ekor para demi-human! Bahkan bisa dibilang ia suka demi-human secara keseluruhan… namun saat ini, status sosial demi-human rendah di Courtois. Jika tuan puteri ketahuan menyentuh mereka di hadapan publik, akan banyak yang memandangnya buruk. Jadi ia berusaha menahannya.
Hari demi hari… hidup sangat dekat dengan para demi-human di akademi, ia menahan dengan penuh derita.
Namun pada suatu hari datanglah suatu kelegaan. Ketika Fina mampir di kantin akademi, ia menyaksikan sesuatu yang keterlaluan. Dan dia akhirnya mencapai titik batas kesabarannya.
Dua kakak kelas dari kurikulum standar duduk mengapit seorang adik kelas dari kelas murid umum. Yang duduk dengan aneh di antara mereka adalah murid yang selama ini selalu Fina awasi, gadis kucing terimut tahun ini, ‘Mii dari Suku Kucing Putih’. Senyumnya yang manis, dan badannya yang mungil… Mii tidaklah tinggi. Tapi bukan berarti suku kucing putih orangnya pendek-pendek.
Itulah yang membuat dirinya sangat berharga… itulah yang ada dalam kepala Fina.
Dan meskipun badannya kecil, Mii memiliki ciri fisik wanitanya. Tubuhnya menonjol di mana harusnya menonjol, dan melekuk di mana harusnya melekuk, itulah faktor lain dibalik popularitasnya. Mii secara tak lazim populer di antara murid laki-laki… dan sekarang, dia diapit oleh beberapa kakak kelas.
Penjaga/temannya memasang formasi yang mencurigakan untuk menyembunyikan dirinya, dan ketika ia ragu apa yang harus dilakukan, si kakak kelas mulai melangkah.
“Tapi… aku penasaran. Bolehkah aku menyentuhnya?”
“K-kalau cuma sedikit, sih… u-um… ? Kamu masih akan menyentuhku?”
“Rudel? Bukankah itu cukup… kenapa kamu nggak segera lepasin dia? Kamu sudah selesai minta apa yang kamu inginkan, kan?”
Benar, kedua kakak kelas tersebut adalah Rudel dan Izumi. Rudel ingin tahu bagaimana kaum siluman berlatih setiap hari, jadi ia bertanya pada Mii yang kebetulan ada di dekat mereka. Tapi sekarang, ada sesuatu yang menarik perhatian Rudel… apakah telinga dan ekor itu sungguh asli? Ataukah hanya sekadar ornamen kesukuan?
… rasa penasarannya memuncak, tentu saja Rudel… menyentuhnya untuk memastikannya. Tapi ketika mulai disentuh… rasanya sungguh empuk dan halus. Dan pandangan Mii nampak penuh kenikmatan. Rudel terus melakukannya… telinganya dan ekornya, mencoba berbagai macam variasi cara. Sebagai hasilnya,
“Ah! N-nooooaaaahhh!!!… Ah!”
Setelah gemetaran untuk beberapa kalinya, badan Mii meliuk-liuk. Dan ketika ia terkulai lemas di atas meja… nafasnya terengah-engah. Lebih dari itu, wajahnya memerah padam…
“Rudel… kita perlu bicara. Ayo kita ke atap.”
Mood Izumi memburuk, dan Rudel merasa ia tak seharusnya melawannya.
“O-oke. Tapi ninggalin anak ini di sini agak…” “Benar. Aku akan mengantarnya ke asrama cewek, jangan kemana-mana dulu ya.”
Melihat apa yang terjadi, sejujurnya Fina tidak tahu harus berbuat apa. Tapi ia merasa ia harus melakukan sesuatu.
(Teknik macam apa itu!!? Aku benar-benar iriii, sialaaannnn!!! Ajari aku caramu! Wariskanlah kemampuanmu itu padakuuu!!! Itu akan lebih berguna bagi masa depanku daripada semua pelajaran gak berguna ini!)
“Kalian berdua! Menyingkir darinya! Sungguh aku ir… maksudku, bukankah kalian begitu memalukan sebagai kakak kelas!? (Terimakasih atas tontonannya!!!)”
Fina muncul di hadapan Rudel dan Izumi. Tapi Rudel tidak tahu menahu soal tuan puteri. Dari wajah dan auranya, Izumi tahu siapakah dirinya, tapi Izumi tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Rudel, di sisi lain,
“Siapa kamu? Kalau kamu kenalannya, bisakah aku titip dia… aku harus segera pergi ke atap.”
Semua orang tertegun akan sikap kurang ajar itu. Di dalam kantin dengan banyak murid, terungkapnya bahwa ia tidak mengenali tuan puteri bangsanya sendiri adalah masalah besar, tapi lebih dari itu, ia meninggalkan pekerjaan bagi tuan puteri… sungguh keterlaluan.
Tapi pada waktu itu, tuan puteri malah…
(Dia sungguh-sungguh orang suci! Meninggalkan kucing kecil nan imut ini untukku… hah, hah… aku tidak bisa lagi menahan diriku!! sekarang aku bisa menyentuhnya tanpa halangan!!)
“Dimengerti. Aku akan mengambil alih tanggung jawab dan mengantarnya. Sejak saat ini, aku berharap agar kalian tidak melakukan tindakan seperti ini lagi. Jika hal ini sampai terjadi lagi… (tunggu,huh? Jika aku melihatnya melakukannya, bisakah aku mendapat alasan untuk menyentuhnya?)
Tuan puteri pergi menuju asrama putri, menggendong Mii seorang diri. Benar-benar tanpa memedulikan sekitarnya, ia menggendong Mii hingga ke kamar suku kucing… merasakan bulu-bulunya yang empuk sepanjang perjalanan! Sejak saat itu, ia berteman dengan Mii, dan bagi Tuan Puteri Fina, ini adalah hari terbaik dalam hidupnya.
~~~***~~~
Keesokan harinya, Fina yang sedang senang duduk di dalam kelas, dan orang yang selalu mampir dan menggoda dirinya… Chlust memunculkan dirinya. Fina ingat, Kakak Chlust adalah Rudel dengan teknik dewanya!
“Chlust, apakah kakakmu selalu seperti itu?”
“Hah? Oh, aib bagi keluarga Arses itu? Aku juga sangat terganggu dengannya juga. Maksudku, ia seperti bocah yang selalu ngomong soal mimpinya, gak pernah sadar siapa dirinya…”
Dari sana, fitnah tiada henti meluncur dari mulut Chlust. Mendengarnya, Fina berpikir.
(Anak ini nggak berguna. Setiap hari, gombalannya benar-benar nyebelin, dan waktu aku pikir dia bisa ngenalin aku sama tuan Rudel yang sungguh amat penting… apakah aku punya koneksi yang lain?)
Sehari yang lalu, Fina mengelus-elus seluruh tubuh Mii. Tapi… dia tidak dapat melakukannya seperti yang Rudel lakukan. Tidak peduli bagaimana dia mengelus Mii, Mii hanya akan berkata, ‘geli…’… ia mengalami sendiri perbedaan kemampuan antara dirinya dengan Rudel, bahkan merasa dirinya kalah. Dan begini pikirnya.
‘Aku akan menjadi muridnya!’
Namun, adiknya, Chlust, benar-benar tidak ada gunanya. Di dalam benak Fina, nilai Chlust sungguh-sungguh jatuh secara mengenaskan. Ia berharap sangat banyak, tapi ia merasa dikhianati lebih dari yang mampu ia bayangkan. Karena itulah, Fina menjadi semakin dingin kepada Chlust…
Mempertanyakan sikap Fina, Chlust mencari-cari berbagai macam penyebabnya. Dan kesimpulan yang mampu ia capai adalah kakaknya, Rudel. Dari pengikutnya, Chlust mendengar kejadian di kantin sekolah sehari yang lalu.
~~~***~~~
Sore harinya… di atap sekolah. Dengan masalah sehari yang lalu yang belum terselesaikan, Izumi memulai kuliahnya bagi Rudel.
“Apa yang mau kamu omongin kemarin?
Ketika Izumi berkata dengan dinginnya, Rudel menjawab dengan wajah yang serius. Pertama-tama, Rudel sudah memikirkan hal ini sepanjang malam. Ia menyesali perbuatan buruknya, dan ia berpikir ia mampu membuat Izumi mengerti.
“Aku minta maaf. Tapi aku punya kepercayaan! Kamu mungkin bakal ketawa karena aku terlalu tergesa-gesa, tapi selama ini aku sudah membaca sebuah buku luar biasa tentang seni mengelus naga, dan aku sudah melatihnya selama ini. Jadi aku yakin si cewek kucing itu akan terhibur… Aku akui aku hanya pernah mencobanya pada adikku dan anjing peliharaanku. Meski demikian, aku yakin dia pasti menikmatinya!”
Itu adalah jawaban untuk hal yang lainnya… mendengar ekspresi Rudel yang serius, kepala Izumi mulai sakit.
“… seolah-olah mengelus-elus saja bisa sampai segitunya! Bukan, itu juga penting, tapi kamu, tidak mengenali tuan puteri dari negaramu sendiri… apakah kamu pernah dengar istilah ‘yang mulia tuan puteri’?”
“Emang ada apa dengan tuan puteri? Sekarang ini, dia itu cuma adik kelas yang masuk ke akademi kita. Jika orang-orang di sekitarnya terlalu memperhatikannya, itu justru akan membebaninya… lebih penting lagi, aku rasa teknik mengelusku sudah sampai level yang cukup tinggi. Lagi pula, adikku sendiri memuji-mujinya. Kamu mau coba?”
Sejenak, Izumi merasa di tergoda oleh tawaran itu. Bergulat dengan perasaannya sendiri, ini adalah saatnya bagi Izumi untuk menegur Rudel. Tiba-tiba, pintu menuju atap mengeluarkan suara deritan yang kencang waktu dibuka, dan mengikuti puluhan murid laki-laki yang masuk, Chlust menunjukkan dirinya.
“Ini semua salahmu, Rudel! Ini semua karena kamu menyeretku ke sini!”
Rudel dan Izumi tidak tahu apa yang sedang terjadi… namun di tangan Chlust dan kawan-kawannya, mereka memegang tongkat kayu dan pisau.
~~~***~~~
Kunjungi web kami yaitu meionovel.id