Dragoon Chapter 16 Bahasa Indonesia
Sewaktu liburan sebelum semester kedua, Rudel kembali ke rumah. Di sana ada senuah event menantinya. Lebih tepatnya, sebuah event berkaitan dengan eventnya Aleist. Setelah Chlust menerima hukuman, keluarga Arses semakin sadar akan kedudukannya, dan memutuskan akan melakukan acara pertunangan bagi Rudel.
Pasangannya adalah orang yang berkompeten dengan kepercayaan dari tahta kerajaan. Aslinya, mereka akan mengadakan sebuah pertandingan sesuai dengan status sosial keluarga, namun karena keluarga Arses sedang jatuh terpuruk, permohonan itu tak pernah digubris. Dengan berbagai hal dan lain sebagainya, kandidat yang terpilih adalah dua orang dragoon, Cattleya Ninias dan Lilim. Cattleya berasal dari keluarga bangsawan rendahan, namun ia adalah seorang dragoon yang jenius, dan dipercaya oleh keluarga kerajaan.
Lilim adalah seorang elf. Namun dengan kemampuannya dalam sihir dan umurnya yang panjang, ia adalah seseorang dengan bakat yang diharapkan oleh para dragoon. Ia dipilih, tapi tidak ada yang pernah berpikir bahwa Lilim akan dipilih. Singkatnya, ia ada untuk memberi ilusi akan adanya pilihan. Ini adalah sebuah bentuk penghinaan bagi Rudel.
Keluarga Arses mendiskriminasi para demi-human. Namun satu-satunya kandidat yang mereka dapat adalah seorang elf… itu tentunya sebuah penghinaan. Terlebih lagi, pihak yang lainnya adalah seorang dragoon… Tentu mustahil untuk menertawakan garis keturunannya, begitulah pemikiran orang.
Dan benar, undangan ini adalah semacam candaan…
melupakan semuanya, Rudel kembali pulang ke rumahnya. Ketika ia sampai di rumah, ia memberikan Lena beberapa oleh-oleh, dan menceritakan semua tentang akademinya… Lena tampak aneh. Menyadarinya, Rudel bertanya…
“Pertunanganku ya?… nggak, nggak ada yang aneh kok, hanya saja diadakannya tiba-tiba.”
“Kamu masih harus menentukan pasanganmu! Dengar-dengar mereka berdua adalah dragoon.”
Mendengarnya, Rudel benar-benar tergerak! Cukup untuk membuatnya lompat-lompat.
“Benarkah, Lena? Jadi mereka berdua dragoon… Kalau gitu aku harus cepat siap-siap!”
“Kak… tampaknya kamu seneng banget.”
“Ya iyalah! Aku mungkin akan ketemu sama naga! Naga, Lena!”
“… Kamu nggak pernah berubah.”
~~~***~~~
Pada hari yang telah ditentukan, mereka berdua datang ke wilayah Arses menunggangi naga mereka. Perkotaan membentang luas di hadapan mata mereka, bahkan dilihat dari langit, mereka dapat melihat kota tersebut tampak lesu. Sangat sedikit orang lalu lalang… bagi para dragoon yang sudah hilir mudiak ke berbagai wilayah, wilayah kekuasaan Arses sungguh menyedihkan.
“Menikahi tuan wilayah ini adalah yang terburuk.”
Cattleya menggerutu sembari mengendarai Naga Merahnya… di atas Naga Angin yang terbang di sampingnya, Lilim menjawab.
“Pertunanganmu sudah ditentukan, tapi rasanya kamu terburu-buru, Cattleya.”
“Hmmm, kamu memang baik, senpai… tapi meski bumi langit runtuh kamu nggak akan kepilih!”
Cattleya tidak memiliki hubungan yang bagus dengan Lilim. Ia tidak cocok dengan gaya bertarung Lilim, dan Lilim adalah seniornya… Ditambah lagi, dia adalah orang kompeten yang dipilih oleh Naga Angin, jadi Cattleya tidak dapat menentangnya.
Lilim berambut pirang dan berkulit putih… Namun matanya selalu tertutup. Bukan berarti dia buta… dia punya alasan tertentu untuk tetap menutup mata.
“Dengar-dengar dari adikku, dia sebenarnya bukan anak yang buruk, tahu? Sang wakil kapten bilang dia punya skill yang cukup mumpuni, aku nggak ngerti deh kenapa kamu benci banget sama dia… apakah wajah-wajahnya bukan seleramu?
“… Wajahnya sih biasa aja… tapi dia itu, aku ingin menghindarinya! Anak itu…”
Wajah Cattleya menjadi suram… melihat suasana, Lilim tidak lagi bicara soal hal itu.
Perjalanan penuh keraguan itu pun usailah sudah, dan mereka berdua mendaratkan naga mereka di halaman Kastil Arses… tapi di sana, ada seseorang yang melompat ke luar. Bagi seseorang yang tanpa rasa takut meloncat menuju seekor naga… mereka tak dapat merasakan hal lain lagi kecuali perasaan buruk.
Tapi orang itu… memeluk sang naga. Di seberangnya, sang Naga Angin menggerak-gerakkan naga tanda menolak. Merasakan bahaya bahwa orang itu bisa saja terbunuh, Lilim dengan khawatir mendekati orang itu.
“Apa yang kamu lakukan?”
“… Maaf. Aku hanya senang sekali… aku akan merefleksikan tindakanku.”
Orang itu adalah Rudel. Membuka matanya, Lilim memperhatikan pakaian yang dia pakai, dan membandingkan penampilannya dengan yang diceritakan oleh adiknya. Ia menghentikan kewaspadaannya dan menenangkan naganya.
Melihat naga secara dekat, tubuh mereka yang besar dan rupa bagaikan monster dapat membangkitkan rasa takut dalam diri seseorang. Ada orang aneh yang bukan seorang dragoon melompat menuju seekor naga… itulah kesan pertama Lilim kepada Rudel.
~~***~~~
Diantar ke dalam kastil, gadis-gadis tersebut kini berada di ruang di mana pertemuan yang semestinya akan terjadi. Walaupun perjumpaan mereka akan dimulai di ruang ini… karena Rudel sudah melakukan tindak kelancangan, mereka berdua menunggu sembari minum the.
“Dia orang yang aneh, ya kan, senpai? Aku ke sini atas perintah keluargaku, kamu sendiri, mengapa kamu tidak menolak?”
Cattleya bertanya sambil meminum tehnya, Lilim menjawab.
“Aku adalah seorang elf, tak peduli berapa banyak yang telah aku raih, aku tidak akan pernah diberi nama keluarga. Satu-satunya pengecualian adalah jika aku menikahi keluarga bangsawan, di mana anak yang lahir akan memiliki nama keluarganya… aku melakukannya sebagian karena permintaan para sesepuh bangsa elf, tapi… dengar-dengar dia adalah orang yang membuat adikku tertarik, jadi aku pergi untuk mengeceknya. Ya, rasa-rasanya aku ke sini cuma untuk menghina si kepala keluarga.”
Bahkan hingga saat ini pun, Courtois memperlakukan para demi-human dengan rendah. Alasan mereka dapat menjadi ksatria Courtois adalah karena Kekaisaran Gaia yang ada di sebelahnya adalah negara militer. Kalau Courtois tidak memprioritaskan kemampuan, makan segera akan timbul celah.
Itulah “Setting Dunia”.
Seolah-olah ingin menyela pembicaraan, sang kepala keluarga – ayah Rudel – masuk ke ruangan.
“Saya memohon maaf atas kelancangan yang baru saja terjadi… dari anak saya yang kikuk. Saya harap kalian bersedia memaafkannya.”
Meski ucapannya merupakan suatu permohonan maaf, namun sikapnya jelas-jelas memandang rendah mereka berdua. Mereka berdua tidak terlalu memikirkannya, segera mereka berdiri dan memberikan sang bangsawan agung penghormatan ala ksatria. Pada waktu itu terjadi, saatnya bagi Rudel untuk muncul.
“M-maaf sudah membuat kalian menunggu!”
“Rudel!! Apa yang kamu pikirkan!? Kamu mempermalukan keluarga Arses… segera temani tamu kita.”
Setelah mengatakannya, ayah Rudel pergi meninggalkan ruangannya. Hal ini biasanya dianggap sebagai tindakan yang kurang menyenangkan, namun dari sudut pandang Keluarga Arses, mereka sekarang melayani tidak lebih dari sebuah keluarga bangsawan kecil, dan seorang demi-human. Jika saja mereka bukan dragoon yang disegani oleh bangsanya, ayah Rudel hanya akan melihat mereka seperti kerikil di tepi jalan.
“Sungguh suatu kebahagiaan bisa menjadi tamu anda, tuan Rudel. Karena merupakan suatu kehormatan, aku… hah.”
Ketika Cattleya berusaha memberikan salam, ia berhenti di tengah jalan, menghela nafas, dan duduk kembali ke kursinya. Dia bahkan tidak mencoba memandang wajah Rudel. Lebih tepatnya, ia selalu teringat akan kebenciannya.
“Cattleya… mohon maaf, tuan Rudel. Aku yakin kamu pasti tidak memandang layak diriku ini, tapi bisakah kita mengobrol sebentar? Namaku Lilim… seperti yang kau lihat, aku seorang elf.”
Rudel merasa lemas atas kelakuan Cattleya… rasanya seperti dibenci oleh idola favoritnya. Namun ketika Lilim memberikan salamnya, ia langsung bersemangat kembali.
“Aku Rudel Arses. Adalah sebuah kehormatan dapat berjumpa dengan dragoon yang sangat aku kagumi!”
Rudel tahu hampir semua ksatrian dragoon. Tak peduli seberapa terkenalnya. Dan di antaranya, ia tahu kebesaran naman seorang Lilim. Terhadap Rudel yang memandangnya dengan mata bersinar-sinar, Lilim melangkah mundur.
“Kamu memang seperti kata adikku… apakah kamu benar-benar mengagumi dragoon?”
“Ya! Dan aku benar-benar ingin menjadi seperti kalian!”
… Lilim berpikir bahwa itu akan sulit. Bahkan bagi dirinya sendiri, dia tahu bahwa penobatan dirinya menjadi seorang dragoon adalah sebuah keajaiban. Ia tidak berpikir bahwa itu akan mungkin bagi Rudel yang hanya sebatas menerima nilai cukup.
Tapi mungkin itulah mengapa… ia mengajak Rudel keluar untuk naik naganya.
~~~***~~~
“L-luar biasa! Luar biasa!!”
Lilim membonceng Rudel. Aku senang dia begitu senang dengan kecepatan Naga Angin kebanggaanku ini… pikirnya. Gesekan udara dihilangkan dengan sihir sang naga. Karena itulah, tak peduli seberapa cepat Naga Angin terbang melintasi langit, mereka dapat melihat ke bawah dengan jelas.
“Apakah kamu puas, tuan Rudel? Apakah kekhawatiranmu sudah menghilang…”
“Heh!?”
Ini adalah alasan lain pertunangan ini diadakan; untuk menyadarkan bahwa Rudel adalah kepala bangsawan agung berikutnya. Untuk memberitahunya agar berhenti bermimpin menjadi dragoon untuk selama-lamanya.
“Kamu sepertinya akan menikahi Cattleya, dan kamu perlu menerima kenyataan itu. Jika kamu menikah, maka sebagai ahli waris, penting bagimu untuk membantu ayahmu sang kepala bangsawan agung saat ini.”
“Apa maksudmu? Kak Lilim, aku…!”
“Aku dengar soal kamu dari adikku. Nilai yang sempurna, dan meski kamu punya masalah sana-sini, kamu toleran dengan para demi-human… kamu harus mendahulukan wilayahmu, dan bertindak mengurusinya. Menyerahlah dalam mengerjar mimpimu menjadi dragoon. Istrimu Cattleya pasti juga akan membagi tugas keksatriaannya bagimu.”
Kata-kata yang ia terima dari seorang dragoon yang ia hormati adalah ‘menyerah’… kata-kata itu terasa berat bagi Rudel.
~~~***~~~
Ketika pertemuan dengan Rudel selesai, kedua gadis tersebut pergi menuju tempat penginapan mereka. Hari mulai gelap, dan ketika mereka sampai, hari sudah malam, ucap Cattleya sembari menggoda Lilim.
“Apakah kamu berhasil mempromosikan dirimu, senpai? Meski demikian, kamu sungguh kejam… menyuruhnya untuk menyerah.”
“Ah diam kau… ini harusnya menjadi tugasmu.”
“Baik, baik… tapi mungkin saja dia menyerah dengan ini semua. Maksudku, ia mendengarnya dari seorang dragoon… dan wajahnya ketika ia kembali! Itu sungguh-sungguh wajah seolah-olah dunia akan kiamat!”
Lilim merasa sedikit aneh… biasanya, Cattleya bukanlah orang yang akan membicarakan hal-hal seperti itu. Dia adalah orang yang jenius, dan meski ia sering memandang rendah orang-orang di sekitarnya, dia tidak pernah menjadi seburuk ini. Lilim bahkan mulai curiga apa yang mendorong dia sampai memiliki perasaan sebenci ini.
“… aku merasa sedikit kasihan dengan dia…”
Kata-kata Lilim tidak didengar oleh Cattleya.
Kunjungi web kami yaitu meionovel.id