Dragoon Chapter 18 Bahasa Indonesia
Ketika event di hutan dimulai, kelompoknya Rudel bergegas menuju titik pertama. Di dalam yang melintasi pepohonan menuju titik tujuan pertama yang telah ditentukan, semua tenang dan nyaris tidak ada yang bisik-bisik sekalipun. Izumi berada di depan, dan Rudel berjalan sedikit di belakang kelompok. Izumi dan Rudel adalah satu-satunya yang dapat diandalkan di dalam kelas bisa terjadi keadaan darurat.
Dengan pertimbangan tersebut, Izumi berada di depan untuk memimpin, dan Rudel berada di belakang untuk memberi perintah bagi seluruh kelompok.
Ini semua terutama karena Izumi tidak ahli dalam bidang sihir. Bukan berarti dia tidak bisa menggunakan sihir, namun pada akhirnya dia selalu bergantung pada kemampuan khususnya dalam ilmu pedang. Dalam hal ini, Rudel tidak memiliki kelemahan. Ia ahli dalam ilmu pedang dan sihir, dan dia adalah tipe segala medan yang dapat ditempatkan di manapun.
“Bagaimana pun kelas para bangsawan tertinggal… kalau begini terus, kelas murid-murid umum akan berakhir di puncak peringkat…”
Rudel tetap merasa khawatir akan sekelilingnya ketika ia memperhatikan kelas-kelas yang perlahan berpencar menuju rute-rute yang berbeda. Namun ada lebih dari satu kelas para bangsawan, dan salah satu di antaranya maju dengan kecepatan yang kurang lebih sama dengan kelasnya Rudel.
“Kelas tuan puteri adalah kelas yang bagus.”
Selama ia berjalan di depan, Izumi juga dapat melihat kelas tuan puteri berpisah jalur. Dia juga dapat melihat Chlust mengikuti di belakangnya. Meninggalkan tasnya untuk dibawakan pengikutnya, ia hanya membawa senjatanya. Ditambah lagi, ia mengambil jarak dari kelasnya sendiri.
“Apakah Chlust adalah petarung inti? Jika mereka menyerahkan posisi di belakang kepadanya, dia pasti termasuk berbakat.”
Rudel menunjukkan kekagumannya kepada adiknya. Namun matanya segera tertuju kepada kelasnya sendiri… rasanya ia sudah kehilangan ketertarikannya. Dari sudut pandang Izumi, Chlust yang hanya membuntuti di belakang malah terlihat sebagai beban kelas.
Sebenarnya, Chlust mengambil jarak dari kelas, dan petarung lain untuk melindungi bagian belakang sudah ditentukan.
“Rudel memang benar-benar tidak bertanggung jawab akan hal-hal yang tidak menarik baginya. Rasa-rasanya memang seperti dirinya, tapi…”
Izumi menghela nafas. Ia mengarahkan pandangannya ke muka, melangkah semakin jauh ke kedalaman hutan.
~~~***~~~
Dengan pengalamannya tahun lalu, kelas Aleist tentu… tidak mampu melangkah ke depan. Ini semua karena akademi telah melihat kembali event tahun lalu, dan menambahkan poin penting sebagai berikut:
‘Jangan sembarangan merusak hutan.’
Poin tadi adalah masukan dari apa yang telah Aleist lakukan di event tahun lalu. Aleist baru mendengar peringatan tersebut dalam pengecekan terakhir sebelum mereka berangkat… ada juga catatan yang dibagikan sebelumnya, namun ia tidak memperhatikannya.
“Apa yang akan kita lakukan, Aleist!? Kalau begini terus, kita bisa jadi yang terakhir!”
“Udah, pakai saja sihirmu!”
“Bodoh! Para penjaga terus mengawasi kita… apa kamu mau ketangkap basah dan didiskualifikasi!?”
Memimpin kelas yang panik, Aleist hanya menggunakan sihir dasar untuk menaklukkan monster-monster dan pepohonan… ini benar-benar perjalanan yang sangat membuat stress. Teman-teman sekelasnya akan segera kabur sendiri-sendiri, dan ada yang bahkan bersembunyi bila terjadi pertarungan, jadi menekan mereka saja sudah merupakan suatu cobaan…
Situasi ini sama, atau bahkan lebih buruk dari apa yang dihadapi Rudel tahun lalu.
“Sadarkan diri kalian! Serahkan semua kepadaku… apakah ada di antara kalian yang sudah ikut bertarung? Belum ada! Jadi serahkan semua pertarungan ini kepadaku!!”
Dalam situasi seperti ini, Aleist sudah mencapai titik akhir batas kesabarannya. Teman-teman sekelas Aleist langsung mendebatnya… alasan kaki mereka tidak mampu melangkah sebagian besar karena level mereka yang rendah.
~~~***~~~
“Tuan Puteri? Kamu tidak apa-apa?”
Tiga hari berlalu sejak para murid kurikulum dasar memasuki hutan. Inilah saat-saat di mana kelas yang cepat biasanya mulai mendekati garis finish. Dan kelas tuan puteri adalah salah satu kelas yang cepat.
“Ya, aku nggak apa-apa?”
(Nggak apa-apa? Nggak mungkin lah bego!! Coba pikir berapa banyak makhluk-makhluk berbulu imut nan empuk yang sudah kalian bunuh selama tiga hari ini!!? Bahkan kalian malah tambah semangat karena kalian ada di depanku… ketika kalian bahkan tidak mengajakku ngobrol! Apa lagi si Chlust itu! Bocah sialan… menebas setiap kelinci pembunuh yang mendekatiku! Aku bisa kok bertahan dari beberapa pukulan keras! Bertahan sedikit demi bermandikan bulu-bulu empuk!!!)
“Tuan Puteri, kamu masih belum lupa dengan pencapaianku, kan? Aku, Chlust, yang akan segera bergegas demi sang puteri di masa-masa sulit akan terus melindungimu senantiasa.”
Sewaktu Chlust membunuh kelinci pembunuh yang muncul ketika para penjaga pergi, ia telah meyakinkan para penjaga yang mengkomplain tiap kali ia terlalu dekat dengan tuan puteri. Dan dengan begitulah, ia diposisikan dekat dengan tuan puteri. Meskipun sebenarnya yang membuat jarah dalam tugas jaga para penjaga adalah tuan puteri sendiri…
“Terima kasih Chlust… kamu mulai dapat dipercaya.”
(Hah? Kamu cuma mau nge-
stalk
aku, kan? Rasanya… huek, aku merasa mual!)
Tanpa ekspresi, Fina menjawab Chlust… namun pada saat itu, sebuah suara gemeretak dan seekor burung mengerikan terbang menukik dengan pandangannya tertuju kepada kelas sang tuan puteri.
~~~***~~~
Ketika kelas Rudel berusaha mencapai tujuan, meski mereka kelelahan, semua orang mengerahkan seluruh tenaga yang masih tersisa untuk mencapainya. Melihat pencapaian sejauh ini, mereka sudah pasti meraih peringkat yang tinggi. Bahkan meraih peringkat satu sangatlah mungkin… akan tetapi.
“T-tolong kami!!!”
“Tolonglah, seseorang!!!”
Muncul dari samping rute mereka, sekelompok bangsawan adik kelas. Melihat para bangsawan ini berada tepat sebelum garis akhir pada hari ketiga… artinya ada kemungkinan mereka adalah teman sekelas tuan puteri. Namun jika ada teman sekelas yang menghilang, atau melenceng dari rute, kelas tersebut akan menerima nilai yang buruk.
“Kenapa kalian di sini? Tujuan akhirnya harusnya sudah dibedakan buat tiap kelas.”
Izumi mendekat dan bertanya kepada si adik kelas.
“T-tuan puteri! Tuan puteri, sama burung hitam!”
“Seekor monster burung raksasa muncul… semua penjaga bertarung melawannya, tapi kami cuma bisa kabur…”
Mendengarnya, tatapan Rudel menjadi serius.
“Ke mana… Ke mana mereka arahnya!?”
“K-ke sana!”
Si adik kelas gemetar mendengar teriakan Rudel. Dengan jari yang gemetaran mereka menunjuk jalan dari mana mereka tadi datang…
“… Semuanya, dengarkan baik-baik.”
Rudel mengumpulkan semua teman-teman sekelasnya dan mulai berbicara.
~~~***~~~
“GYAGYAGYAAAaaah!!!”
Hitam, dengan garis putih, burung yang mengerikan itu menerjang para penjaga yang nampaknya melindungi sang tuan puteri. Sambil mengepakkan sayapnya, keempat kakinya menendang-nendang para penjaga… para penjaga yang kini tercerai berai pada mulanya dipersiapkan khusus untuk melindungi tuan puteri. Akan tetapi mereka,
“Monster ini! Untuk sementara, badanku nggak mau bergerak!”
“Apa yang kamu lakukan! Seseorang, siapapun, cepat bawa tuan puteri pergi dan lari!!!”
“Andai saja badanku bisa digerakkan… dasar burung sialan…!”
Dilindungi oleh para penjaganya yang juga teman sekelasnya, Fina memandang kejadian itu.
(Ah, bahkan aku nggak sampai kepikiran aku bisa memeluk-meluk burung hitam itu)
Dia berusaha kabur dari kenyataan. Ini karena badannya tidak bisa digerakkan. Dia tidak bisa memberi kakinya kekuatan… tangannya seolah-olah bukan miliknya… pada saat ini, para murid yang tidak mampu melarikan diri harus bersiap untuk mati.
Mata merah di sekujur tubuh si burung hitam itu bersama-sama mengarahkan pandangannya kepada tuan puteri. Jumlahnya sangat tidak normal, dan melihatnya, bahkan tuan puteri sang pencinta binatang berbulu pun gemetar dari lubuk hatinya yang terdalam. Kemudian, sesosok bayangan putih muncul.
Ia yang muncul di antara tuan puteri dan monster burung itu adalah Mii dari Suku Kucing Putih.
“A-apa yang kamu lakukan Mii! Merunduk!”
Tuan puteri panik, bahkan meski demikian, ia tetap tanpa ekspresi. Kepada tuan puteri, Mii…
“A-aku takut, tapi aku akan lakukan yang terbaik! Aku akan lakukan yang terbaik demi tuan puteri yang memanggilku teman!… H-huh? Aku nggak bisa menggerakkan badanku?”
Setelah Mii melompat dengan momentum yang baik, ia jatuh bertekuk lutut di hadapan teriakan sang burung yang mengerikan… ketika burung itu mendekat, semuanya hanya dapat memandang kematian si kucing putih dan tuan puteri.
Namun sekali lagi, seseorang melompat menuju sang burung. Namun kali ini, orang ini mengerahkan seluruh kekuatannya sejak awal.
“Terbang sanaaa!!!”
Sihir berlemen angin, tepat setelah ia melompat ke luar dari hutan, ia menghempaskannya kepada sang monster pada jarak mati. Itu adalah sihir yang mematikan… jika ia ingin menjadi seorang dragoon, Rudel berkata ia ingin serangan spesial, dan Basil pun mengajarinya.
Dengan dua tembakan sihir angin dari kedua tangannya, ia menunjukkan kemampuan menghancurkan yang tak terbayangkan dari sebuah sihir tingkat lanjut. Ketika burung itu terlontar dan pergi terbang, semua orang hanya bisa bengong.
“T-tuan!”
(Tuan sungguh amat sangat keren banget~!!!)
“B-bangsawan yang waktu itu?”
Fina dan Mii adalah yang pertama mengeluarkan kata-akat, akan tetapi…
“… Sekarang! Semuanya lari!”
“Eh?”
“Nya!”
Dengan seruan itu, teman-teman sekelas Rudel berlari menuju para murid dan para penjaga yang lumpuh, mengangkat mereka dan pergi. Rudel mengangkat sang tuan puteri dan Mii, berlari dengan sekuat tenaga.
“Kenapa kamu lari? Bukannya kamu bisa mengalahkannya dengan serangan itu?”
Tuan puteri bertanya.
“Dia masih bergerak, dan matanya masih baik. Dia akan segera mengejar kita!”
“Jika kamu menggunakan sihir yang tadu…”
Seorang tuan puteri di satu tangan, dan seorang gadis kucing di tangan yang lain… menjawab pertanyaan Mii, Rudel menjawab dengan serius.
“Itu tadi adalah serangan spesial! Aku merancangnya bersama Basyle, itu adalah serangan yang sangat kuat dengan penggunaan mana yang tidak cocok untuk pertarungan sungguhan!”
“L-lalu?”
“Aku kehabisan mana, jadi aku nggak bisa menggunakannya lagi. Kalaupun bisa, aku nggak akan bisa bergerak lagi, jadi kita akan kalah!”
(Tuan… kita dalam masalah besar!!!)
Kunjungi web kami yaitu meionovel.id