Dragoon Chapter 22 Bahasa Indonesia
Di dalam kantin akademi yang kosong, Millia bertemu dengan kakaknya, Lilim, setelah sekian lamanya. Di dalam kantin yang hanya buka pada jam makan siang, mereka menyeduh sendiri teh mereka sambil mengobrol.
Lilim harus mampir ke akademi untuk sebuah urusan dengan tuan puteri, jadi dia berhenti sebentar untuk mengobrol santai dengan adiknya, Millia. Akan tetapi, tiba-tiba Millia bertanya soal Rudel.
“Kak, apa yang terjadi dengan Rudel?”
“… haknya sebagai pewaris kepala keluarga dicabut. Selain itu, pihak akademi dan kerajaan… sedang ada permusuhan antara mereka berdua dengan pihak Keluarga Arses, jadi belum ada keputusan resmi.”
Lilim sedikit membuka matanya untuk memastikan wajah adiknya yang semakin muram.
“Pihak kerajaan sedang kesulitan untuk membuat keputusan. Anak bermasalah atau siswa berbakat… raja ternyata menaruh harapan besar terhadap tuan Rudel. Kata beliau dia adalah anak yang menarik.”
Sambil mengobrol, Lilim mulai memikirkan soal laporan Cattleya yang aneh akan kasus ini. Kebencian Cattleya terhadap Rudel sungguh aneh. Dari dokumen hingga laporan, itu semua sudah tercampur aduk dengan pendapat pribadi sampai-sampai tidak layak untuk digunakan sebagai bahan dalam pengadilan. Jadi Lilim bertukar peran dan kini ia mengambil alih peran sebagai pengirim kabar.
Ketika para dragoon sudah turun tangan, ia juga merasa harus ikut serta dalam proses lebih lanjut… Lilim menyikapinya dengan tegas.
Dan demikianlah, sang dragoon dan ksatria agung memulai investigasi mereka.
~~~***~~~
Sejak insiden itu, Aleist tiba-tiba menjadi pahlawan akademi. Banyaknya kabar simpang siur dengan berbagai motiv tersembunyi di baliknya ikut mendongkrak ketenaran Aleist. Cattleya yang memanfaatkannya, dan Chlust yang mengkambing hitamkan Rudel. Namun tanpa menyadari itu semua, Aleist menikmati situasi ini.
“Aku mencintaimu, Aleist-senpai!” “Tolong kencani aku!” “Aku suka kamu!… sebagai cowok.”
Situasi yang sudah lama Aleist harapkan ini sebenarnya berbeda dari apa yang ia rencanakan, tapi ia tidak terlalu memikirkannya, Aleist dengan senang hati bermain-main dengan adik kelasnya dan kakak kelasnya. Ia jarang masuk kelas yang biasanya ia ikuti, dan nilainya menurun sesuai dengan meningkatnya popularitasnya.
“Ini dia! Inilah yang aku tunggu-tunggu selama ini!”
Mengambil catatan di dalam kamarnya, ia mulai membacanya. Sejumlah besar nama sudah ia coret, namun meski demikian, ia melihat apa yang akan terjadi.
“Setelah ini, aku akan memenangi final turnamen dari kurikulum dasar, dan aku akan bertemu dengan tuan puteri pertama! Bahkan setelah perkembangannya berubah sedemikian banyaknya, dengan keadaan sekarang ini, Tuan Puteri Aileen masih akan… benar! Aku merasa bersemangat, baik, aku akan kerja keras mulai besok.”
Tuan Puteri Aileen yang namanya baru saja ia sebut adalah kakaknya Fina. Meskipun begitu luasnya wilayahnya, Kerajaan Courtois tidak memiliki pewaris tahta laki-laki, nilai seorang tuan puteri dijunjung sangat tinggi. Jika kamu menikahi salah satu dari mereka, seperti yang Chlust katakan, kamu akan begitu dekat dengan status raja.
Di dalam dunia ini, Tuan Puteri Aileen memegang posisi vital yang disebut ‘Main Heroine’. Lebih cantik dari sang adik, rambut pirang dengan mata biru, ia adalah tuan puteri pecinta damai yang baik hati dengan semua orang. Konon tidak ada seorang pria pun di seantero kerajaan yang hatinya tidak tercuri oleh senyumannya. Karena begitu dimanja oleh semua orang di sekitarnya di sepanjang hidupnya, ia menjadi tuan puteri yang tidak tahu menahu tentang kenyataan dunia.
Namun Aleist belum dan tidak mampu menyadari hal ini. Meski dengan kesempurnaan macam ini, kebaikan Tuan Puteri Ailen hanya terbatas kepada manusia. Ia begitu cinta damai, ia dibesarkan sebagai seorang wanita yang pikirannya sering kali keluar batas… meskipun ia memang tidak seperti adiknya, ia penuh dengan emosi, dan ia tidak memiliki sisi gelap yang ia sembunyikan.
“Tunggu aku, harem ku! Ini adalah awal mura eraku! Aku tak sabar lagi akan apa yang akan terjadi di turnamen berikutnya!”
Aleist yang mengharapkan tuan puteri semacam itu. Aleist hanyalah seorang manusia biasa, dan ia tidak memiliki suatu prasangka apa pun. Jadi ia tidak mampu menangkap keanehan sang tuan puteri.
~~~***~~~
Di bawah investigasi pribadinya, Sophina mendatangi kamar klinik di mana para putra sulung dari Tiga Penguasa dirawat. Ruangan mereka adalah ruangan yang disiapkan secara khusus. Sebelum datang ke sana, ia meminta pendapat dari kelas-kelas yang terlibat, dan bertanya kepada orang-orang tentang orang yang bernama Rudel.
Terus terang saja, pendapatnya sendiri terhadap Rudel adalah yang terburuk! Rudel menerima hukuman setelah menggoda setiap gadis yang dapat ia jumpai di tahun pertamanya di kurikulum dasar! Ia menantang kakak kelasnya (menantang mereka untuk berduel)! Keburukan yang diluncurkan kepadanya tiada habis-habisnya. Namun orang-orang dekatnya memuji dia, dan tidak pernah berbicara buruk soal dirinya.
Poin itu saja menarik perhatian Sophina, namun memang benar rumor yang buruk jauh melebihi yang baik.
“Tidak diragukan lagi bahwa dia bukan orang baik-baik. Hasil dari turnamen membuat nilainya nampak meragukan, dan lebih dari segalanya, seseorang yang bercita-cita ingin menjadi seorang ksatria tidak akan p-pernah. . . m-menggoda perempuan seperti itu! Tidak akan pernah!!!”
Anehnya, wajah Sophina memerah ketika memikirkan soal hal itu sebelum ia masuk ruangan mereka bertiga. Di sana ia melihat. . .
“Aku bilang, ngapain teori berlevel setinggi itu cuma dipakai buat mengelus-elus!? Aku yakin deh pasti ada kegunaan lainnya!”
“Hey, kalau kamu mengayunkan pedang kayak gitu, bukankah tebasannya bakal bagus? Memang aneh teknik kayak gini cuma digunakan buat mengelus-elus, ya kan? Bukankah ini aneh, Rudel!?”
Ia memperhatikan mereka bertiga berdebat sengit mengenai buku berjudul, ‘Bagaimana Mengelus Seekor Naga’. Mengenai hal itu, Rudel menyangkalnya.
“Buku sudah ada sangat lama, dan nggak mungkin aku bisa menjelaskan kenapa teori ini nggak dipakai buat hal lain! Lagi pula, aku juga penasaran kenapa buku ini tidak mendapat review yang lebih baik. . . mengelus para naga membuat mereka senang! Ini adalah hal terbaik di dunia!!!”
“Bukan itu masalahnya! Alasannya kenapa nggak direview itu gara-gara judulnya! Siapa juga coba yang ngira buku ini bagus kalau lihat judulnya? Aku sendiri bakal tidak minat bahkan sebelum baca isinya!”
Luecke memberikan bantahan dengan emosional, dan sebelum Rudel mampu memberikan sanggahan, ia menyadari Sophina sedang berdiri di sana. Eunius dan Luecke juga menoleh kepada sang ksatria yang memasuki kamar klinik, dengan wajah tidak enak. Ketika mereka menyadari bahwa ia adalah seorang ksatria agung, mereka dengan segan menanyainya.
“Seorang ksatria agung diam-diam memasuki kamar kami. . . apa urusanmu?”
Menanggapi pertanyaan sinis Eunius, Sophina menjawab.
“Dengan segala hormat aku memohon maaf. Aku sudah bicara dengan penjaga di luar. Ketika aku meminta izin untuk masuk, kalian sedang ribut.”
Ia memberikan gestur yang sempurna sewaktu ia menunduk dan menjawab. Seperti yang diharapkan dari seorang ksatria agung, begitu pikiran mereka.
“Aku ingin berbicara dengan tuan Rudel tentang tuang puteri. Boleh aku minta waktu sebentar?”
Ketika Sophina bertanya, Rudel yang sedang emosional tiba-tiba memiliki ide. Jika ia mampu menunjukkan kepada mereka seni tertinggi dari teori ‘Bagaimana Mengelus Seekor Naga’, mereka pasti akan paham akan nilainya!
“Sebelumnya, boleh aku minta waktu sebentar? Aku butuh bantuanmu sebentar!”
“A-apa? Baiklah, bila itu masih berada dalam batasanku, maka itu tidak masalah. Meskipun aku masih akan butuh jawabanmu kemudian.”
Sophina memberi jawaban yang samar-samar atasu permintaan Rudel. Pada akhirnya ia akan menyesali keputusan ini seumur hidupnya. Khawatir akan Rudel sewaktu ia mendekat, ia berpikir bahkan jika Rudel melecehkan dirinya, itu hanya akan menambahkan daftar kejahatannya.
“Tolong, izinkan aku mengelusmu!”
“Heh?”
. . . Kira-kira sepuluh menit kemudian, dengan berlinang air mata dan lutut yang gemetar, sesosok ksatria agung terlihat meninggalkan klinik. Wajahnya yang memerah dan gesturnya yang entah bagaimana terkesan erotis, si ksatria agung Sophina meninggalkan ruangan, meninggalkan mereka bertiga. . .
“Bagaimana!? Itu tadi tidak sempurna, tapi kalian lihat sendirikan betapa luar biasanya ya. . . kemana kalian pergi? H-huh? Hei, dengerin!”
“. . .”
Sementara Luecke mengabaikannya dan meninggalkan ruangan, Eunius. . .
“. . . toilet. . .”
Memberikan satu kata itu sebelum pergi, dan tidak kembali lagi untuk beberapa saat. Melihatnya, Rudel bicara pada dirinya sendiri.
“Jadi itu tadi belum bagus ya? Kalau begitu aku akan memperbaikinya! Aku harus menguasainya sebelum aku bertemu seekor naga!”
Ia memperbaharui tekadnya.
~~~***~~~
Sophina mencucurkan air mata sembari bergegas memasuki kamar tuan puteri. Waktu bermain bulunya bersama Mii terganggu, hati Fina ternodai dengan amarah. . . tanpa ekspresi ia berkata.
“Apa yang terjadi? Apakah kamu mendapat beberapa informasi?”
(Kamu benar-benar nggak membaca mood, ya kan! Emang kamu pikir apa waktuku untuk bermain bulu itu. . . ngomong-ngomong, wajahnya merah, dan dia nampak aneh, atau aku bisa bilang, kenapa ya dia kelihatan gemetaran? Haha kalau saja dia punya telinga kucing dan ekor dalam keadaan seperti itu, kamu akan tamat ditanganku.)
“U-um, baik. . . tuan Rudel lebih daripada yang pernah aku bayangkan. Aku yakin laporan itu pasti salah. . . Aku akan melaporkannya kepada pihak kerajaan, jadi i-izinkan aku undur diri!”
(A-aku tidak akan pernah memaafkanmu. . . Rudel Arses!)
Melihat Sophina berlari keluar dari kamar, Fina yakin rencananya telah berhasil. Tanpa menyadari kegagalannya, ia bersiap akan rencana tahap terakhir. Menuju mejanya, ia mulai menulis surat.
“Ada apa, tuan puteri? Tiba-tiba kok nulis surat?”
Melihat tindakan Fina, Mii yang dilepaskan dari pelukan mendekat. Sewaktu Mii berjalan berjingkat, Fina berpikir dia akan mati karena begitu imutnya.
“Nggak apa-apa, Mii. Ini mungkin nggak penting-penting amat, tapi aku nggak mau bertindak ceroboh. . .”
Sambil mengatakannya, Fina menepuk-nepuk kepala Mii. Mii terlihat menikmatinya. Akan tetapi!
(Hah,hah. . . Tunggu aja, kucing kecil! Kalau aku sudah belajar tekniknya tuan, aku akan membuatmu merasa puas!!!)
Ketegangannya berada pada level yang berbahaya.
~~~***~~~
Kunjungi web kami yaitu meionovel.id