Dragoon Chapter 31 Bahasa Indonesia
Rudel dengan selamat (dan penuh luka) mampu naik kelas, menyelesaikan pendidikan dasarnya dan menjadi murid tahun ketiga. Ketika pendidikan dasar telah selesai, tidak ada lagi konsep kelas yang tetap. Masing-masing murid secara pribadi memilih jalurnya masing-masing, dan menentukan sendiri mata pelajaran yang akan mereka ambil untuk masa depan mereka. Meskipun mata pelajaran yang dipilih akan mempengaruhi kemampuan pribadi seseorang, pada umumnya kemampuan yang akan didapat akan tetap merata.
Jika seseorang ingin menjadi seorang ksatria, ia harus belajar tata krama, dan berlatih skill bertempur. Ada juga bidang-bidang penting lainnya, dan beberapa kriteria lain yang dipilih oleh orang-orang yang memiliki cita-cita. Namun karena akademi menarik biaya untuk tiap mata pelajaran yang diambil, murid-murid dari kalangan orang umum yang ingin lulus dengan biaya seminimal mungkin biasanya mengambil jalur terpendek.
Dengan masa pendidikan lanjut antara 1 hingga 3 tahun, murid-murid biasanya akan belajar apapun yang sekolah berikan. Semua orang ingin belajar, akan tetapi…
~~***~~~
“Aku senang kalian bertiga bisa datang kemari. . . Apa kalian tahu kenapa kalian dipanggil kemari?”
Sebagai murid tahun kelima – tahun terakhir – Vargas terpilih sebagai kepala asrama putra. Bersama dengan murid-murid lain yang menjadi dewan pengurus asrama seperti dirinya, ia memanggil mereka bertiga… Rudel, Luecke, dan Eunius.
“Nggak, aku benar-benar nggak tahu.”
Rudel memang benar-benar tidak tahu.
“Rasanya nggak enak dipanggil sama kakak kelas… Jadi kenapa kami dipanggil?”
Di hadapan kakak-kakak kelasnya, Luecke mengambil sikap merendahkan diri.
“Apa aku barusan berbuat ulah. . . aku nggak ingat tuh…”
Eunius berpikir sejenak, tapi tidak mampu mengingat apapun.
Di hadapan mereka bertiga, Vargas dan murid-murid tahun kelima lainnya yang menjadi pengurus asrama menatap mereka dengan pandangan serius. Mereka semua sudah sepakat. Para pengurus adalah mereka yang telah terpilih untuk menjadi ksatria. Terlebih lagi, mereka adalah murid-murid berbakat dari kalangan rakyat biasa yang ingin meningkatkan derajat mereka menjadi seorang ksatria.
Di tahun ketiga, anak-anak dari keluarga bangsawan biasanya akan dipilih menjadi pengurus. Begitu pula harusnya di tahun ini… Namun tahun ini ada anak dari keluarga Tiga Penguasa, dan mereka bertiga semua tukang cari masalah.
Masing-masing keluarga sudah memohon pengajuan diri untuk menjadi pengurus. Namun tahun ini, pak kepala tukang cari ulah, Rudel, sudah masuk tahun ketiga. Di tahun ketiga, ia punya lebih banyak waktu luang daripada saat masih di pendidikan dasar. Dan biasanya, asrama adalah tempat yang paling sering digunakan untuk menghabiskan waktu senggang.
Siapa juga yang mau cari-cari dia?
Para pengurus sepakat bahwa mereka bertiga kini akan berada di bawah pengawasan langsung dewan pengurus. Dan Vargas, yang sudah akrab dengan Rudel, dipilih untuk mengawasi Rudel. Dari sudut pandang Vargas, hal ini benar-benar merepotkan. Setelah capek-capek berjuang keras demi menjadi seorang ksatria, kini ia harus mengawasi seorang Rudel. Kalau orang lain yang melihat, rasa-rasanya menarik, tapi kalau langsung turun tangan menangani malah bikin pusing tujuh keliling.
“Baik. . . aku beritahu kalian. Dimulai dari Tuan Luecke. Ini soal kelakuan merusakmu di tempat latihan sihir.”
“??? Guruku sendiri yang bilang kalau bisa tembakkan sihirmu sampai tembok latihannya roboh, beneran! Aku cuma nuruti saja.”
Luecke baru saja menembakkan sihir ke tembok latihan. Tembok-tembok itu dirancang anti sihir. Dan Luecke baru saja menghancurkannya semua. Gurunya sendiri tidak pernah membayangkan kalau Luecke akan bisa melakukannya. . . Ngomong-ngomong, Rudel juga beberapa kali menghancurkan tembok-tembok itu saat melatih jurus spesialnya.
Dan pada akhirnya, Luecke dan Rudel mampu mengembangkan sihir yang dapat menghancurkan seluruh arena latihan sihir sekaligus. Sihir offensif yang perlu teknik tingkat tinggi dalam mengontrol mana telah menghancurkan sarana latihan hingga berkeping-keping. Teorinya sendiri sudah ada cukup lama, namun karena prakteknya sangat susah, banyak orang menyerah sewaktu mempelajarinya… Namun Luecke dan Rudel mampu menguasainya.
“Selanjutnya! Tuan Eunius, kamu ini kebiasaan ya melanggar jam malam!”
“Kamu bicara apa! Aku selalu berada di lingkungan akademi pada waktu jam lama. Aku nggak melanggar tata tertib apapun.”
“Huh? Selalu ada absensi tiap jam malam, jadi apa nggak masalah gitu kalau cuma ada di akademi tapi tidak hadir saat absensi? Apa aku nggak melanggar tata tertib?”
“Kalau kamu nggak hadir waktu absensi, kamu melanggar tata tertib!”
Vargas berteriak kepada Eunius dan Rudel. Ngomong-ngomong, terkait hal ini, Rudel juga punya masalahnya sendiri.
“… Akhirnya, Rudel. Dasar tukang cari masalah! Selain dua pelanggaran barusan, murid-murid dari beragam ras banyak yang memberi komplain soal keributan yang terjadi di asrama putri.”
“Y-yeah. Memang benar sih ada keributan di asrama putri, tapi aku rasa itu harusnya kesalahan tuan puteri. Menyuruh-nyuruhku ngelus-ngelus macam-macam cewek buat kesenangan pribadinya doang… Kalau dipikir-pikir, kayaknya dia emang agak emosional ya?”
Vargas mulai menginterograsi Rudel, anak paling bermasalah di antara mereka bertiga. Sebenarnya apa yang Rudel lakukan kepada para demi-human itu di dalam asrama putri sudah tergolong pelecehan seksual. Hanya dengan mengelus saja, banyak perempuan menjadi ^%^&$%^$
Meskipun sebagian adalah kesalahan Rudel, tuan puterilah akar permasalahan yang sebenarnya. Dengan kedok ingin berterima kasih, ia memanggil Rudel untuk datang ke asrama putri. Normalnya, orang pasti curiga ada sesuatu yang disembunyikan. Tapi ini Rudel ngomong-ngomong… ia dengan cueknya datang saja ke asrama putri.
Rudel sendiri tidak memiliki pikiran mesum.
Namun Fina berbeda! Ia adalah bom penuh pikiran mesum!!!
“Menurut Nona M dari suku kucing putih, ini adalah kesalahanmu yang menyebabkan ia tidak dapat menikah! Begitu laporan yang masuk.”
“Maksudmu Mii? Tapi itu cuma…”
“Tunggu sebentar Rudel! Kamu. . . apa itu yang juga kamu lakukan kepada ksatria agung itu? Kenapa kamu nggak ajak-ajak sih!!? Aku juga ingin belajar, tapi aku nggak bisa-bisa. . . ajarin dong! Ajari aku triknya!”
Ketika Eunius mulai antusias, Luecke menahannya.
“Sudahlah! Kita nggak bakal selesai-selesai nih!”
“Selain dia, ada yang dari ras kucing hitam, elf. . . hingga harimau, Gimana sih caramu menjinakkan cewek dari suku yang terkenal buas itu? Bahkan sampai ada seorang lelaki dari suku harimau yang sama yang datang menginterograsi. Jujur, ngerepotin banget! Tiap hari, selalu saja ada gerombolan cowok yang datang mengancam kami untuk mencari info!”
Pengurus lainnya yang menjadi korban serempak mengangguk. Suku harimau… baik laki-laki maupun perempuan dari suku itu sama-sama memiliki tubuh besar bahkan tingginya bisa lebih dari 2 meter. Sebuah suku demi-human yang terkenal akan kekuatan dan keganasannya yang luar biasa. Kaum mereka hanya sedikit, dan alasannya sangat sulit dicari. Perempuan dari suku harimau hanya mau menikahi laki-laki yang kuat.
Mereka tidak butuh orang yang lemah. Bagi sebuah suku dengan kodrat berburunya, Rudel sungguh-sungguh seorang penyelamat. Jika saja sebuah elusan sudah cukup untuk menaklukkan seorang perempuan suku harimau. Sialnya, satu-satunya yang mampu melakukannya adalah seorang putera keluarga Arses. Karena tak mampu bertanya secara langsung, mereka harus “bertanya” melalui dewan pengurus.
“Cewek-cewek suku harimau ternyata imut-imut, beneran! Aku malah lebih takut sama suku kucing hitam. . . waktu itu ia pakai collar (kalung kekang) dan ngomong gini, ‘kumohon, pakai aku sebagai budakmu seumur hidupku,’ aku benar-benar ketakutan. Kalau saja aku nggak minta Izumi untuk menyelamatkanku, aku nggak tahu lagi apa yang bakalan terjadi…”
“. . . Kamu emang keterlaluan! Nyantai-nyantai sambil menikmati monopoli pasarmu! Gara-gara kamu, kami sampai dikejar-kejar, diancam sama para demi-human. . . setidaknya kenalinlah aku sama mereka!”
Menanggapi perasaan Vargas yang bercampur aduk dengan segala komplainnya, Rudel berusaha menghiburnya tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
“Jangan khawatir! Aku yakin kamu nanti pasti bakal dapat kenalan juga kok, Vargas.”
“Aku nggak mau dihibur dengan cara yang nggak bertanggung jawab kayak gitu! Ini semua salahmu… Tunggu sebentar? Apa kamu tadi bicara sesuatu soal tuan puteri. . . jangan-jangan kamu sudah meraba-raba tuan puteri!!? Kalau begitu, kami juga nggak akan main-main!!!”
Ketika para pengurus menjadi begitu jengkelnya, Rudel menggaruk-garuk pelanya dan menyangkalnya.
“Aku nggak ngapa-ngapain. Kak Sophina, seorang ksatria agung selalu ada di dekatnya, dan mustahil untuk bisa menyentuh tuan puteri… yang terjadi cuma aku nembak.”
“Apa!?”
“Nembak si puteri boneka!?”
“Bukannya itu malah lebih buruk lagi!!?”
“Nggak apa-apa. . . aku ditolak kok!”
Rudel menjawab dengan pedenya. Sementara semua orang menjadi panik, Rudel hanya berpikir bagaimana caranya bisa kembali ke kamarnya. Namun ia tidak bisa melakukannya, ia sekarang duduk terikat dan dipaksa mendengarkan cerita apa yang terjadi di asrama putri. Dan Vargas memutuskan untuk mempersiapkan senjata pamungkas anti-Rudel miliknya.
~~~***~~~
[ Terimakasih sudah membaca meionovel.com (^_^) ]
~~~***~~~
Sementara Rudel sedang terikat, si sumber permasalahan, Fina, merasa gelisah karena Rudel tak kunjung tiba di asrama putri setelah sekian lama menunggu. Hari ini adalah hari di mana ia akan meminta Rudel untuk menurunkan seni rahasia itu. Sophina yang ditempatkan di dalam kamar berjaga dengan waspada.
Sementara Fina berjalan mondar-mandir, Sophina memberikan sebuah peringatan.
“Tuan puteri, kamu tidak sopan. Seorang anggota kerajaan harus membawakan dirinya dengan penuh keberanian. Dan bisakah kamu berhenti ikut campur dalam urusan si bocah idiot Keluarga Arses itu?”
Menjawab Sophina, yang tak henti-hentinya mengulangi hal yang sama,
“Baiklah, aku akan mempertimbangkannya.”
(Dia ngomong apa sih? Sekadar menemuinya sebagai penyelamat hidupku bukanlah sebuah masalah, kan? Emang dia pikir aku nggak sadar apa. . . berakting menutupi segalanya dariku dan merebut semua elusan itu dariku, bahkan ada rumor di antara bawahanmu kalau kamu suka mengenakan pakaian dalam seksi akhir-akhir ini. . . dengan ini, mulutmu saja yang nggak mau ngaku, tapi badanmu sudah nahan nafsu.)
“T-tuan puteri… apa Tuan Rudel datang hari ini? Kalau iya, aku lebih baik pergi.”
Ketika Mii berusaha kabur dari kamar, Fina memegang ekornya. Dengan lembut menarik ekornya dan mengunci tubuhnya.
“Jangan lari. . . semuanya akan baik-baik saja.”
(Aku nggak akan membiarkanmu kabur, kucing kecil!!! Hari ini akan menjadi hari di mana teknikku akan membawamu ke surga. . . aku akan membawamu ke surga bulu!!!)
Ketika Fina sedang panas-panasnya, Rudel akhirnya muncul. Ia telat, dan Izumi menemaninya masuk ke kamar tuan puteri.
“N-nyaaa!!!”
“Kami kemari juga rupanya, Rudel! Aku tidak akan membiarkanmu mendekati tuan puteri!”
“Sungguh senang rasanya kamu bisa datang ke sini, Tuan Rudel. . . ayo kita langsung menuju topik.”
Sementara mereka bertiga memberi tanggapan yang berbeda, Rudel berkata sambil tersenyum.
“Ah, maaf ya, kemampuan mengelusku sudah disegel. Izumi bilang kalau itu tidak baik, jadi aku memutuskan untuk tidak melakukannya lagi. Tapi aku masih bisa mengelus naga.”
Mendengarnya, mereka bertiga terdiam. Sambil tersenyum, Rudel bicara betapa tak berdayanya dia kalau Izumi sudah bicara. Mendengarnya, Fina tanpa ekspresi. . .
(A-apa yang kamu pikirkan, hai rambut hitam!!? Tahukah kamu apa yang telah kamu lakukan!!? Bulu-buluku. . . Impianku akan surga penuh bulu!!!!!!)
~~~***~~~
Kunjungi web kami yaitu meionovel.id