Dragoon Chapter 35 Extra 2
“Jadi aku boleh mengelusmu?”
“Iya. Aku tidak akan dapat memahaminya kalau aku tidak merasakannya sendiri.”
(Cepetan! Lakukan elusamu; eluslah aku!!! Lalu aku akan meneruskan teknik suci itu!)
Di dalam kamar tuan puteri, kata-kata tuan puteri menciptakan suasana yang aneh. Hanya adiknya, Lena, yang selama ini Rudel tahu meminta sendiri untuk dia elus. Sambil mengingat-ingat adiknya, ia dengan senang hati ingin mengelus tuan puteri… namun ia dihentikan. Sudah tak perlu dijelaskan lagi kalau yang berusaha menghentikan itu adalah si ksatria agung, Sophina.
“K-kamu tidak boleh membiarkannya! Sungguh menjijikkan… Puteri Fina, kamu harus menghentikannya segera!”
“Mengapa tidak boleh, Sophina?”
“Tidak boleh ya tidak boleh.”
“Kalau memang tidak boleh, ya sudah… Aku tidak akan membiarkan diriku dielus. Tapi sebagai gantinya, Sophina, kamu yang harus dielus.”
“Mengapa bisa begitu!?”
“Perintah ya perintah.”
(Sudahlah, buruan. Aku harus belajar teknik itu apa pun yang terjadi!)
Sophina dan Fina terus-terusan tarik ulur soal urusan elus-mengelus tadi tanpa ada hasil. Rudel tidak mau begitu saja menarik kembali tangannya yang sudah ingin mengelus tadi, jadi… Ia melakukannya pada Mii yang ada di dekatnya. Pada awalnya, ia mengelusnya dengan ringan dan lembut. Menerima serangan mendadak itu, dengan naif Mii menganggap ia akan baik-baik saja dari serangan seperti itu.
Namun, segera kemudian ia menyesalinya.
“Eh!? Tunggu… Jangan bagian itu… mnnn, aaahhh!”
Tangannya mengelus telinga Mii, ujung jemarinya dengan lembut mengelusnya. Mii jatuh berlutut ke lantai sampai menimbulkan suara jatuh. Mendengar suara itu, Fina menghentikan percekcokan mereka dan melihat apa yang terjadi.
“Aku melewatkannya… Sophina, sekarang giliranmu.”
(Gara-gara kamu berisik sih jadinya aku kelewatan pemandangan Mii ketika ia dielus! Tanggung jawab sana jadi bahan elusan!)
“Jangan main-main denganku, tuan putr — iahhh!”
Sementara ia berusaha mengelak perintah, Rudel mengitarinya lalu mengelus telinganya. Sungguh suatu hal yang mengecawakan seorang ksatria agung dikejutkan dari belakang oleh murid. Namun karena Rudel tidak memiliki niat jahat sama sekali, dan hanya ingin menuruti perintah untuk mengelus, Sophina tidak menyadari keberadaannya sama sekali. Sophina serasa seperti di neraka.
“Wow, luar biasa.”
(Apa dia menggunakan sihir di ujung jari-jarinya? Kalau harus berlatih sihir serumit itu akan sangat sulit bagiku. Mungkin aku perlu waktu enam… tidak! Kalau aku terus terus berlatih, aku pasti bisa menguasainya dalam 3 tahun…)
“T-tidak! Jangan mengelusku seperti itu!”
Dengan wajah Sophina yang memerah dan tubuhnya yang menggelinjang, Fina mengamatinya dengan penuh semangat. Sejujurnya, Sophina tidak memiliki bulu jadi dia tidak tertarik kepadanya. Fina mengamatinya hanya sebagai bahan eksperimen.
Rudel juga tertarik untuk menguji batas kemampuannya. Sejauh ini, ia hanya mempraktikkan apa yang sudah ia pelajari. Namun sekarang ini, ia ingin menguji teknik yang baru saja ia pelajari. Teknik itu adalah…
“Sungguh rambut yang indah… Warna ungu gelap yang menawan. Kau pasti merawatnya dengan baik, Sophina-san, kau…”
Serangan verbal! Menurut Marty Wolfgang, penting untuk menyatakan cintamu dengan kata-kata. Bahkan kalau ada sesuatu yang sulit engkau ungkapkan dengan kata-kata, jangan pernah berhenti untuk mencobanya. Namun karena kata-kata itu tertuju kepada naga, Marty Wolfgang masih berada jauh di atas level Rudel.
Namun saat ini Rudel berhadapan dengan manusia, seorang Sophina yang tidak terbiasa menghadapi hal seperti ini. Sophina sudah tak dapat lagi membedakan apakah ia sebenarnya menolaknya atau sungguh-sungguh menerimanya… Kakinya terasa lemas dan terjatuh di lantai seperti Mii.
“Hah, hah… Aku tidak merasa senang…”
sambil terduduk dengan tubuhnya yang gemetar, hanya tinggal mulutnya yang mampu memberi perlawanan. Rudel menanggapi Sophina dengan serius.
“Jadi aku masih perlu banyak latihan ya…”
Ia tertegun. Namun Fina berpikir sebaliknya.
“Tergantung dari niatmu juga, tuan Rudel.”
(Dia aja sudah selevel ini, dan masih ada orang yang melebihi tuanku, Marty Wolfgang. Kemampuan macam apa yang ia miliki? Hal-hal menakjubkan macam apa yang sudah ia alami?”)
~~~***~~~
Sejak saat itu, Rudel mulai bolak-balik ke asrama putri untuk berlatih. Namun Rudel sendiri datang hanya karena ia tidak bisa menghindari dari perintah seorang tuan puteri. Kalau ia perlu latihan, tidak segitunya juga ia sampai harus pergi ke asrama puteri.
Namun karena ia mulai sering menginjakkan kaki di asrama puteri tiap hari, tentu saja murid-murid perempuan lainnya mulai memperhatikannya. Yang membuatnya lebih buruk lagi, seseorang yang seharusnya tidak perlu tahu sudah mengetahui kabarnya. Musuh bebuyutan dari klan kucing putih, seorang gadis dari klan kucing hitam, ‘Ness’.
Ia tidak boleh mengetahuinya karena Ness mencintai Mii. Tidak seperti yang lain, cintanya sudah melebihi batas permusuhan antar klan, dan bahkan melebihi masalah gender. Ness adalah seorang gadis dengan rambut hitamnya yang panjang nan lembut. Ia memiliki badan yang tinggi dan ideal.
Namun ia tidak populer di kalangan para lelaki. Ia sangat dingin di hadapan laki-laki. Ia hanya menyukai perempuan. Itulah mengapa ia tak tahan ketika melihat Rudel yang sering mengunjungi kamar tuan puteri berada bersama Mii.
Suatu saat ia begitu penasaran sampai ia berjalan lewat kamar tuan puteri. Dan aspesnya… saat itu Mii berlari keluar kamar. Melihat ada Ness di situ, Mii bersembunyi di belakangnya.
Beberapa langkah di belakangnya, Puteru Fina ikut-ikutan berlari, disusul oleh Rudel. Sophina sudah tidak kuat berdiri sehingga ia tidak bisa lagi kemana-mana.
“Jangan lari kamu Mii.”
(Beraninya kamu kabur saat lagi seru-serunya! Kucing kecilku ini sungguh nakal!!)
Sedang semangat-semangatnya, Fina tanpa ekspresi melihat kucing putih itu yang bersembunyi di belakang Ness. Namun bagi Ness, Mii kesayangannya sedang membutuhkan bantuan. Tidak mungkin ia hanya akan berdiam diri saja! Namun baru saja ia berpikir demikian (dengan beberapa pikiran mesum di belakangnya) ia sadar keberuntungan tidak berada di pihaknya.
“Hentikan, tuan puteri! Kamu menakuti Mii k… ya kan!”
“Siapa kamu?”
(Tentu saja sebenarnya aku tahu. Aku sudah menginvestigasi semua geng berbulu di sekolah ini, termasuk mereka yang sudah lulus. Lagian, kamu tadi pasti pengen ngomong “Mii ku”, ya kan? Kenapa aku malah merasa bergairah ya!? Kamu sudah merangsangku, sialan!)
Dengan berbagai niat yang tersembunyi, Fina melirik Rudel dan ksatria agung yang berada di belakangnya… namun Rudel tidak tahu apa yang ingin ia katakan. Atau lebih tepatnya, ia tidak ingin tahu. Sejak ia banyak berurusan dengan tuan puteri, mulai timbul rasa takut terhadap perempuan di dalam dirinya.
“Aku Ness, murid tahun keempat. Aku akan mengantar Mii ke kamarnya kembali, jadi… Tunggu! Mengapa kalian mengepungku!? J-jangan, lepaskan aku!”
Ksatria agung itu membisikkan kata maaf kepadanya ketika ia membawa Ness dan Mii ke dalam kamar tuan puteri (sarang penyamun).
~~~***~~~
Senang dengan tumbal barunya, Puteri Fina mengunci Mii seorang diri, sedangkan Ness terikat dengan tali. Rudel masih belum mampu menangkap situasi yang sedang terjadi. Ia bingung apa yang harus ia lakukan.
“Lepaskan aku!”
“Itu tadi tidak baik. Kamu telah berusaha merebut Mii ku dan kamu harus menerima hadiah dariku. Giliranmu tuan!”
(Aku sekarang memiliki kucing hitam dan putih sekaligus. Bukankah ini yang terbaik? Ini bahkan lebih dari terbaik, ini gila!!!)
“…? Kamu ingin aku melepaskan dia?”
“… Apa yang kamu katakan? Kamu cuma perlu mengelusnya.”
(Kenapa dia masih belum paham-paham juga sih? Buruan elus dia dengan baik!)
Mendengarnya, Rudel memandang Ness, sementara Ness memandangnya dengan penuh kebencian.
“Aku tidak ingin ada seorang lelaki pun yang mendekat!”
Ia menunjukkan kebencian terlepas soal status maupun kekuasaan.
“Sepertinya dia tidak ingin disentuh.”
“Hah, tuan… Kalau kamu bisa menjinakkan wanita yang membencimu, dan baikan dengan mereka, kamu nantinya pasti bisa meraih level yang lebih tinggi.”
“Oh, aku paham!”
Diyakinkan oleh Fina, Rudel dengan bebas mengerahkan semua teknik yang ia ketahui untuk bisa berteman dengan Ness. Dan sebagai hasilnya…
“H-hentikan! Ah! Telingaku terasa begiti nikm… Jangan ekorku!!!”
“Sungguh indah rambutmu… Ekormu juga begitu menawan.”
Dan pada akhirnya, meski ia tetap membenci laki-laki, namun lahirlah seorang Ness, si Gadis Kucing Hitam, yang mengendap-endap untuk bisa mendekati Rudel. Suara kucing yang khas mengisi selurub ruang kamar Fina. Rudel menggumam.
“Aku rasa ini adalah sesuatu yang lain…”
Pertanyaan Rudel tidak penting bagi Fina. Bau khas yang muncul sungguh tanda kemenangan bagi Fina! Dua gadis kucing dengan wajah memerah terkulai lemas di lantai kamarnya, ditambah sebagai bonus, Sophina yang juga sudah tergeletak lemas.
(Akhirnya! Era kejayaanku sudah tiba!!!)
===***===
Kunjungi web kami yaitu meionovel.id