Dragoon Chapter 6 Bahasa Indonesia
Waktunya libur panjang. Selama liburan, Rudel kembali ke rumahnya. Meski ia baru saja pergi selama 3 bulan, hal itu masih merupakan pengalaman yang baru baginya, dan ia mulai merasa adanya kerinduan.
Tapi tetap saja tidak ada perubahan dalam perlakuan terhadapnya dalam rumah Keluarga Arses. Bahkan lebih dari itu… Sewaktu ayahnya melihat rapornya, ia menjadi iri kepada anaknya sendiri yang berprestasi lebih tinggi daripada dirinya. Ayahnya sendiri dulu bukanlah anak yang baik, dan ketika ia tahu bahwa Rudel anaknya yang idiot itu lebih berbakat dari dirinya, ada perubahan yang mencolok dalam tingkah lakunya.
“Apa bagusnya kertas bodoh ini!? Tak peduli berapa banyak usaha yang diberikan oleh manusia tak berguna seperti dirimu ini, semua tak ada artinya!”
Ayah Rudel telah menaruh segala harapannya kepada Chlust. Chlust yang patuh dan cerdas… Namun Rudel yang berbakat telah melampaui segala bakat yang ia lihat dalam diri Chlust.
“Wajahmu itu sungguh pemandangan yang menjengkelkan!”
Jika mereka menyadari bahwa aku tidaklah tak berguna, akankah sikap mereka berubah? Harapan sederhana Rudel gugur ketika kenyataan yang pahit datang. Setelah mengalami berbagai perjumpaan di dalam akademi, hidupnya di dalam rumah jauh lebih menyakitkan.
~~~***~~~
“Kak? Kapan kamu tiba di rumah? Kamu kok kelihatan murung?”
Lena, adik Rudel, menjadi penasaran ketika mereka sarapan bersama, dan mulailah ia mengajukan pertanyaan tadi. Kakaknya yang biasanya memakan sarapannya yang mengerikan tanpa tersisa sedikit pun tiba-tiba hanya memakan sedikit makanannya.
“Yah, coba kita lihat. . . Hei, apakah menurutmu aku ini layak dibenci?”
“?. . . Apa yang kamu katakan, kak? Aku ini sangat mencintaimu.”
Rudel melihat senyum tulus adiknya. Perasaannya menjadi lebih ringan.
“Baiklah. . . kau benar. Terimakasih, Lena.”
Rudel mulai berpikir. Ada kalanya ketika ia berpikir bahwa sikap orang-orang di sekitarnya adalah hal yang biasa. Tapi sekarang ia mulai merasa gelisah pada kebencian orang-orang di sekitarnya… Itu pasti karena aku ini lemah, begitulah ia meyakinkan dirinya.
Dan pada waktu bersamaan, Rudel tahu ia harus menjaga orang-orang yang memandang kebaikan di dalam dirinya. Sejak saat inilah, ia yakin ia akan lebih banyak lagi mengalami perjumpaan yang berharga.
“Juga! Kamu tidak akan menjadi seorang Dragoon seperti itu. Kakakku adalah orang yang tidak pernah berputus asa.”
Mendengarnya, senyum Rudel merekah. Ekspresi Lena menunjukkan bahwa ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Itu benar! Itu sungguh benar. Bukan aku namanya kalau terus-terusan bersedih. Mau latihan sebentar di luar?”
“Yeah! Aku ingin menunjukkan padamu betapa semakin kuatnya aku selama 3 bulan kepergianmu.”
~~~***~~~
Demikianlah liburan berakhir, dan Rudel kembali ke sekolah. Ia tiba di sekolah beberapa hari lebih awal, dan ketika ia berkeliling, satu-satunya kenalan yang ia temukan hanyalah Izumi. Lebih tepatnya… ia belum bertanya apakah Izumi pulang ke rumah.
Sambil menyiapkan manisan dari daerah asalnya sebagai oleh-oleh, Rudel mengajak Izumi ke kantin untuk ngeteh. Ia membawa beberapa roti. Melihatnya, Izumi menerimanya dengan malu-malu.
“Maaf. Aku tidak bisa membawa oleh-oleh”
Mendengarnya, tanpa pikir panjang Rudel langsung bertanya.
“Kamu nggak pulang? Kenapa?”
Meski ia sedikit malu-malu, Izumi telah mengenal kepribadian Rudel cukup dekat selama 3 bulan ini. Rudel jarang bertindak setelah membaca mood seseorang. Ia bahkan tidak mau repot-repot mengingat-ingat hal-hal yang tidak menarik baginya. Di sisi lain, ia berusaha sekeras mungkin untuk mempelajari apapun yang menarik minatnya…
Tidak bisa mengelak, Izumi menjelaskan.
“Rumahku sangat jauh, dan keluargaku tidak benar-benar berada. Dan aku ini perempuan, kan? Tapi di sini aku malah pergi ke sekolah di negeri asing. Aku punya banyak kerabat yang tidak memandangnya dengan baik. Mungkin sulit untuk memahami dengan perbedaan latar belakang budaya kita.”
Rudel mendengarkan dengan serius. Baginya, laki-laki ataupun perempuan bukanlah suatu masalah besar. Ada banyak juga ksatria perempuan di antara para Dragoon. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa perempuan bisa sama-sama hebatnya.
Terlebih lagi, ia tertarik dengan gaya pedang oriental Izumi. Pertama kalinya ia melihat Izumi menarik pedangnya yang ramping dan melengkung, ‘katana’, untuk menebas, ia merasa tergerak.
Namun meski demikian, Rudel tidak pernah mempermasalahkan latar belakang budaya Izumi.
“Ada banyak hal yang tidak aku pahami soal budaya, jadi ya aku tidak bisa bicara banyak. Tapi aku tidak berpikir kamu harus memandang dirimu sendiri rendah hanya karena kamu perempuan. Kamu kuat, dan cantik.”
“Bentar bentar, apa!? R-Rudel? Apa kepalamu habis kebentur atau apa?”
Wajah Izumi memerah. Tapi pada saat bersamaan, ia teringat akan kepribadian Rudel. Dari sudut pandangnya, Rudel bisa dibilang aneh. Terkadang kelakuannya kelewat batas, dan karena itu, ia sering terseret lingkungannya. Tapi pada dasarnya, ia adalah pekerja keras dan orang yang jujur… Rudel pada dasarnya tidak bisa merayu orang.
Sangat sering ia terganggu dengan Rudel yang ceplas-ceplos, tapi mendengar Rudel mengatakan bahwa dirinya cantik membuatnya dirinya merasa bahagia.
“Apa ada yang salah? Apa aku tadi ngomong salah? Kalau gitu aku minta maaf… “
“Hah, bukan gitu. Aku hanya nggak pernah ngalamin ada orang yang menatapku dan ngomong kalau aku cantik… ngomong-ngomong, apa perjalananmu ke rumah menyenangkan?”
Izumi berusah mengalihkan pembicaraan. Tapi,
“Oh? Emangnya rumahku menyenangkan? Aku lebih tertarik soal apa aku tadi ngomong salah.”
Tidak bisa mengelak, Izumi dengan berhati-hati menjelaskan kepadanya dengan wajah yang memerah. Izumi berusaha membuatnya berbelit-belit, atau mungkin ia salah tangkap waktu Rudel mengatakannya dengan serius di hadapannya… jadi begitulah 2 hari berlalu sebelum sekolah masuk lagi, murid-murid yang masih ada memandang Rudel dan Izumi dengan pandangan hangat.
~~~***~~~
Semester kedua, dan merupakan semester dengan paling banyak event sekolah. Siswa tahun pertama dan kedua hanya diajari materi-materi dasar, dan mereka terus membawanya dalam pelajaran harian mereka. Namun akademi pada dasarnya adalah sebuah tempat untuk mendidik para ksatria dan penyihir, kekuatan perang dan para perwira bagi negara… event-event diadakan untuk berlatih perang.
“Bulan depan, kita akan latihan seni berburu monster. Ini adalah event gabungan antara murid tahun pertama dan tahun kedua, dan kalian tidak akan mendapat nilai jika kalian melewatkannya.”
Ketika wali kelas menjelaskan, para murid yang mayoritas adalah anak para bangsawan meneriakkan ‘huuu. . .’. Event ini diadakan di hutan dekat akademi. Tentu saja, meski ‘dekat’, jarak sebenarnya adalah beberapa kilometer… latihan berburu monster pada dasarnya mengajarkan tentang kerja sama tim untuk menaklukkan para moster.
Berburu monster adalah latihan bertarung yang menanamkan koordinasi tim. Tentu, seorang pemburu moster ahli akan ikut serta. Dengan perlawanan antar kelas, ini juga merupakan semacam kompetisi. Dan juara pertama di antara kedua angkatan meraih hadiah yang dinamakan kehormatan… oke, mereka tidak benar-benar mendapat apa pun.
“Pertarungan, eh… ini adalah pertarungan sungguhan pertamaku.”
Rudel berkobar-kobar atas latihan yang membuat orang lain enggan untuk mengikutinya. Ia akan menghadapi monster yang dapat dikalahkan orang lain pada umumnya, tapi monster-monster tersebut seringkali datang dalam jumlah besar. Selain menjamin keamanan akademi, event ini juga akan mengurangi populasi para monster, membuatnya sebagai sesi latihan yang sangat berguna.
“Sekarang mari kita mulai pelajaran. Buka buku kalian halaman… “
~~~***~~~
Keanehan menyeruak di dalam hutan dekat akademi. Pepohonan tumbang, dan mayat-mayat monster yang lemak bersebaran di seluruh tempat. Bersamaan dengan suara geraman yang berat, sesosok tubuh yang besar berbulu hitam bergerak.
“Ggggrrruuu!!!”
Seekor babi hutan yang kuat, matanya yang merah menyala membuatnya nampak menakutkan. Bersamaan dengan pemandangan yang aneh tersebut, monster yang janggal tersebut menghilang di kedalaman hutan.
Seekor monster berbulu hitam, dengan garis-garis putih di seluruh tubuhnya, monster yang belum pernah terlihat sebelumnya. Tapi apa arti dari kemunculan ‘monster yang tak seharusnya ada’ ini sebenarnya… ?
Kunjungi web kami yaitu meionovel.id