Dragoon Chapter 7 Bahasa Indonesia
Suasana akademi berbeda dari biasanya. Para murid kurikulum standard pelah berkumpul di lapangan, mengenakan pakaian harian, masing-masing membawa senjata. Senjata mereka ada yang milik pribadi, maupun pinjaman dari akademi, dan tidak ada nuansa keseragaman dari peralatan mereka.
“Dari sini, kalian akan berjalan menuju hutan dekat sini. . .”
Guru yang bertugas menjelaskan memberitahu para murid semua hal-hal pernting dan bahaya-bahaya yang ada. Tapi pada akhirnya, berpikir bahwa mereka hanya akan mengurusi monster-monster lemah, para murid malah bersantai-santai.
Perjalanan dimulai. Event ini adalah event tahunan, jadi mungkin para guru juga kurang bersemangat… sembari berjalan dalam jumlah yang banyak, di dalamnya ada mulai dari anak-anak dengan senjata anak-anak hingga tentara bersenjata lengkap. Ya, sekelompok bersenjata campuran.
~~~***~~~
Kelas Aleist melangkah maju dengan Aleist berjalan di depan melenyapkan apa pun yang menghalangi jalannya. Baginya, event ini adalah kesempatan yang bagus untuk memanen EXP, tidak kurang dan tidak lebih.
“Ah, Aleist, aku bilang, itu tidak bagus! Kamu menghancurkan hutan!”
Dari serangan sihir tingkat lanjut dengan ledakan luas yang berulang-ulang, pepohonan jatuh bertumbangan, dan lubang muncul di mana-mana… seolah-olah ada badai yang baru saja lewat.
Teman sekelasnya melihatnya seperti melihatnya sesuatu yang menakutkan. Tapi bocah itu tidak menanggapinya. Karena memang seperti itulah event ini baginya…
“Sesuatu dengan level seperti ini sama sekali bukan masalah… dan jika kita terus seperti ini, kita akan sampai paling dulu.”
~~~***~~~
Di jalan yang berbeda dari grup yang menggunakan kekerasan dalam perjalannya, Rudel melangkah dengan cukup bekerja keras. Ketika kelasnya berjalan menyusuri hutan, seseorang akan maju memimpin. Para pemburu ahli melihat para murid dari belakang, dan jika situasi menjadi berbahaya, mereka akan mengambil alih.
Namun dalam semua kasus lainnya, Rudel dipilih menjadi pemimpin berkat tingkat kemampuannya yang tinggi. Tentu saja, kenyataan bahwa tidak ada orang lain yang mampu menyaingi garis kebangsawanannya adalah alasan lainnya. Ini adalah satu-satunya cara untuk membungkam anak bangsawan yang lain.
Mungkin inilah alasannya… di antara para bangsawan, event ini sudah menjadi semacam kompetisi. Meskipun Rudel tampaknya cuek-cuek saja…
Para ahli tersenyum-senyum sendiri melihat kekikukan Rudel dalam memimpin dan bertarung. Ketika ia mencoba bergerak, teman-temannya malah menghalangi jalannya, dan ketika ia bertarung, teman-temannya malah bingung… sekilas saja sudah kelihatan bahwa mereka sedang berada dalam masalah.
“Kuh! Kita nggak akan maju-maju.”
“Tenang, Rudel. Lebih dari soal monster, maju menyusuri hutan ini saja sudah membuat kita ngoyo.”
Izumi menjelaskannya kepada Rudel. Melihat sekeliling, teman-temannya yang kelelahan berjalan menyusuri hutan yang tak dikenali mengalami lebih banyak luka dari pepohonan daripada dari para monster.
Dengan terus berulangnya masalah ini, matahari mulai terbenam, dan hutan mulai gelap. Ketika berkemah juga merupakan bagian dari latihan, kelas yang hanya terdiri dari para bangsawan sangatlah tidak diuntungkan. Tentu saja, mereka memiliki para ahli berbakat yang membantu dari belakang.
“Hei! Mengapa aku harus melakukan pekerjaan macam mendirikan tenda!?” “Cepetan woi! Kita semua sudah kecapekan, dan kita pengen istirahat!” “Ya udah kamu aja yang bikin, dasar bangsawan tak berduit!”
Di belakang mereka, para ahli tersenyum ketika mereka melihat tradisi tahunan ini. Rudel juga punya masalah yang membuatnya terganggu. Melihat petanya, ia lemas melihat ia tidak mampu mencapai titik yang sudah direncanakan.
“Jadi hutan ini sendiri adalah ancaman yang lebih besar dari para monster… Nggak tahu lagi lah.”
Tujuan dari event ini adalah menjadi yang pertama mencapai titik tujuan. Dengan kecepatan seperti ini, sangat mungkin mereka akan tiba paling akhir. Kelas-kelas dengan murid umum yang lebih banyak sudah unggul cukup jauh. Pada saat ini, sudah tentu ada jurang besar memisahkan mereka. Melihat kenyataan ini… Rudel merasa loyo.
“Sudah istirahat dulu saja. Kita bisa berangkat pagi-pagi besok.”
Penghiburan dari Izumi tidak berefek banyak terhadapnya. Bagi Rudel, event ini adalah event penting yang akan memengaruhi nilainya. Untuk menjadi seorang Dragoon, nilainya di akademi menjadi salah satu syarat. Ketika memikirkannya, Rudel tidak bisa tenang.
“Besok, kita harus mengejar ketertinggalan kita.”
Rudel menyemangati dirinya. Tapi kenyataan tidaklah begitu manis.
~~~***~~~
Para ahli berburu, ada banyak sebutan bagi mereka, tapi pada dasarnya mereka adalah tentara. Mereka beragam mulai dari tentara bayaran dan petualang, hingga yang sangat ahli dalam ilmu mempertahankan diri… dari beragam jenis berkumpul menjadi satu.
Di antaranya ada yang mengharapkan terjadi sebuah pertemuan yang penting selama event ini. Tapi sama sekali tidak berhubungan dengan percintaan. Mereka adalah para penjaga yang berusaha menjual dirinya pada para putra bangsawan… Mereka telah mendapatkan informasi tentang para bangsawan yang berpengaruh sebelumnya. Meski tidak sepenuhnya legal, jika mereka tidak berbuat banyak, mereka akan tersusul dalam waktu dekat.
Salah satu anggota mereka, Basyle adalah wanita berkulit cokelat dan berambut pirang sebagai ciri-cirinya. Bersenjata tongkat berpisau, yang sulit digolongkan entah sebagai tombak atau sebagai tongkat, ia mengenakan pakaian penari yang sangat minim. Melihat kondisi tempatnya saat ini, pakaian seperti sangat tidak cocok, tapi itu sebenarnya hanyalah bukti dari seberapa hebat kemampuannya.
… Setelah perjalanan panjang menyusuri hutan, ia tidak tergores sedikitpun.
“Baiklah, untuk bocah-bocah ini, aku rasa ini batas minimalnya?”
Ia membuat keputusan melihat bagaimana keadaan perkemahan Rudel. Tentu saja, keputusan ini berdasarkan pertimbangan bahwa inilah pengalaman mereka, para bangsawan, dalam berkemah… dengan kriteria normal, mereka patut dipertanyakan.
Salah satu teman sekelompok Basyle berkata.
“yang berjaga malah tertidur, api unggunnya sebentar lagi mati… melihat apa yang terjadi, kelihatannya mereka tidak bisa tidur nyenyak.”
Ia memberi penilaian sambil mengangkat bahu. Malam hari adalah saat di mana monster-monster paling aktif. Malam hari adalah saat-saat paling berbahaya.
“Aku senang aku mendapat bagian menjaga kelas ini. Ketika semua selesai dengan baik, kita memiliki keluarga Arses, dan segala pelayanan bangsawan berkantong tebal… Semakin tidak kompeten mereka, semakin besar kemungkinan untuk masuk pasar.”
Bagi Basyle, jika untuk keluar dari kesehariannya sebagai petualang dan penjaga, maka tidak masalah baginya untuk mengurusi anak-anak. Ia bahkan berpikir tidak masalah untuk menunjukkan bagian tubuhnya.
“Tapi… Rudel itu ternyata berbakat. Penjual informasi idiot itu telah membuyarkan rencanaku.”
Para penjaga berpikir bahwa Rudel benar-benar tak becus dalam memimpin. Tapi kegigihannya yang mengejutkan telah mengurangi jatah peran mereka. Basyle sudah ingin menuntut balas sekarang…
“Aku harus menuntut balas atas kesalahan informasi ini… Tapi ini benar-benar aneh. Dari yang sudah aku lihat, ia sesungguhnya berbakat.”
Ilmu pedang, sihir, dan pertarungan… dari pengamatan para penjaga, Rudel adalah anak berbakat. Karena ia berada dalam peran pemimpin yang sulit, kecerobohannya nampak menonjol… Namun meski demikian, dapat dibilang bahwa ia lulus. Jika ia berbicara ingin bergabung dengan kelompoknya Basyle, maka berdasarkan kemampuan, Basyle tidak akan mempermasalahkannya.
“Ia panik, tapi dari reaksi sekelilingnya, ia tidak sungguh-sungguh dibenci. Ia adalah contoh yang baik.”
Basyle menambahkan, penilaian para penjaga secara mengejutkan tinggi… dan mereka telah dibayar untuk tugas yang lain. Ada juga orang-orang yang bertugas menilai di dalam event ini.
~~~***~~~
Meski ia menerima penilaian yang sedemikian tinggi, Rudel sendiri sudah tidak sabar lagi dengan situasinya yang sulit. Pada hari ketiga, ia menghadapi kenyataan bahwa ia bahkan tidak mampu mencapai setengah perjalanan yang direncanakan, dan teman-teman sekelasnya sungguh-sungguh kelelahan. Bukan karena monster… mereka bisa melambaikan tangan menyerah terhadap lingkungan hutan yang tidak dikenali.
“Kenapa kita nggak sampai ke manapun!?”
Yang disekitarnya merasa takut akan kemarahan Rudel. Kemarahan anak sulung dari Tiga Penguasa adalah sesuatu yang orang tua mereka ceritakan untuk dihindari apa pun yang terjadi. Suasanya secara alami menjadi semakin buruk…
“Rudel… Semuanya sudah berjuang yang terbaik di dalam lingkungan yang tidak familier ini. Dan tinggal sedikit lagi menuju titik tujuan. Kita sudah separuh jalan.”
“Dan masih ada separuhnya lagi. Kalau begini terus, kita pasti jadi yang terakhir… “
Rudel tidak peduli soal penampilan. Ia hanya peduli soal nilai. Menyadarinya, Izumi paham betapa seriusnya Rudel berjuang untuk menjadi seorang Dragoon, membuatnya tidak mampu berkata-kata lagi.
Keduanya menundukkan kepala lemas sembari memikirkan apa yang mungkin akan terjadi. Pada saat itu.
“A-apa itu?”
Rudel dan Izumi mengangkat wajah mereka. Di arah yang ditunjuk oleh teman sekelas mereka, mereka dapat melihat bayangan hitam yang besar dari seekor monster. Matanya yang merah melihat Rudel dan teman-teman sekelasnya sebagai mangsa…
Kunjungi web kami yaitu meionovel.id