Dewa Memasak – Prolog
Tik Tok Tik Tok.
Di dalam dapur yang kosong, Jo Minjoon diam memandang jam dinding. Jangan bergerak. Berhenti. Meski dia berteriak dalam hati, jarum jam dinding terus bergerak mantap seperti biasa.
Jam sebelas lewat lima puluh sembilan menit dan lima puluh tujuh detik. lima puluh delapan detik. lima puluh sembilan detik. Dan jam 12:00 tepat.
Itu adalah malam tahun baru. Dan dia berada di penghujung usia 20-an atau lebih tepatnya memasuki usia kepala tiga. Jo Minjoon menarik nafas dalam kemudian seketika rasa lelah membungkus dirinya. Waktu berjalan lambat dan dia memikirkan dirinya tidak memperoleh apapun setelah sekian waktu yang dia habiskan.
Jo Minjoon dulu adalah seorang guru SMA. Tepatnya guru bahasa Inggris. Seperti pekerjaan guru pada umumnya, yang bukan merupakan karier yang sukses tetapi juga bukan suatu kegagalan. Benar, setidaknya seperti itu hingga musim semi ketika dia berumur 28 tahun. Tetapi bulan Maret, Jo Minjoon berhenti mengajar.
Dia menyadari mengajar bukanlah keinginannya. Dia bahkan tidak pernah berpikir untuk menjadi guru. Cita-cita Jo Minjoon saat dia kecil adalah menjadi seorang chef. Bagaimanapun, dia tidak kuasa menentang keinginan orang tuanya. Pada saat itu, Jo Minjoon mendapat nilai yang bagus dan dia telah diterima di sebuah perguruan tinggi melalui jalur awal. Jadi ketika dia bilang bahwa dia ingin menjadi chef, tidak mungkin orang tuanya akan mendukung keputusannya yang terkesan terburu-buru itu.
10 tahun berlalu setelah itu. Jo Minjoon mengikuti harapan orang tuanya dan menemukan pekerjaan di salah satu SMA. Namun, begitulah yang terjadi. Orang tuanya bersikukuh bahwa suatu saat dia akan berterima kasih pada mereka… tetapi nyatanya tidak. Ya, pekerjaan itu stabil tetapi Jo Minjoon merasa pekerjaannya tidak memberinya kepuasan. Akhirnya dia memutuskan berhenti.
Setelah itu, dia mulai bekerja di sebuah restoran. Dia menemukan pekerjaan sebagai tukang cuci piring di sebuah restoran terkenal di Gangnam. Dia mencuci piring selama setengah tahun dan setelah setahun dia mulai membuat salad dan makanan pendamping lainnya. Itu semua adalah hal yang dia capai dalam 30 tahun hidupnya. Seseorang yang tidak punya tujuan pergi kemanapun pada malam tahun baru, hanya duduk berdiam diri di dalam dapur yang gelap.
Tidak ada yang bisa dikeluhkan tentang itu. Karena itu adalah keputusan yang telah dia buat. Jadi dia tidak patut untuk mengeluh atas kehidupannya sekarang yang kacau. Kemudian tiba-tiba terdengar bunyi lonceng, dan lampu restoran menyala.
“Oh, Minjoon hyung. Kau masih disini?”
Dia adalah Park Yooseok. Dia lebih muda dua tahun dariku, tetapi jabatannya lebih tinggi. Dia diangkat menjadi kepala chef dalam beberapa tahun.
“Ah, iya. Sunbae, Apa yang membawamu kemari?” (*Sunbae sama dengan “Senpai” dalam bahasa Jepang yang artinya kakak senior di lingkungan pekerjaan maupun sekolah.)
Jo Minjoon menggunakan bahasa formal saat berbicara dengannya. Dia tidak punya pilihan. Hal itu karena sistem tingkat jabatan di dunia chef sangat ketat. Park Yooseok berpura-pura merasa tidak nyaman, namun sebenarnya dia menikmatinya. Park Yooseok mengeluarkan dompetnya di pojok dapur, kemudian mengocok dompetnya di depan Jo Minjoon.
“Ah, leganya, kupikir aku meninggalkannya di suatu tempat. Hyung. Kupas bawang putih itu sembari aku pergi belanja. Sepertinya kita kehabisan bawang putih. Karena kau disini, sebaiknya kau mengupasnya daripada melakukannya besok pagi, bukan?”
“Aku sedikit lelah sekarang.”
“Ha…hyung. Tolong bantu aku untuk menjaga perilaku baik di depan para senior. Para hoobae lain tidak pernah lagi bicara padaku saat aku meminta mereka melakukan pekerjaan kecil ini.” (*Hoobae sama dengan “Koohai” dalam bahasa Jepang yang artinya junior dalam lingkungan kerja maupun sekolah)
“….pahamkan”
“Aku akan pergi sekarang. Hati-hati.”
Park Yooseok pergi setelah itu. Tetapi Jo Minjoon mendengar Park Yooseok bergumam sebelum dia pergi. “Apakah dia pikir dia atasan karena dia lebih tua? menyebalkan sekali” Jo Minjoon tidak bisa melakukan apapun kecuali memandangi punggung Park Yooseok. Meskipun dia geram, dia tidak bisa berkata apappun. Jika dia melakukannya, dia akan dikenal sebagai seorang yang gegabah dan tidak tahu sopan santun. Dia tidak punya pilihan selain menelan kemarahannya.
“Bawang putih sialan!”
Tetapi akhirnya Jo Minjoon tetap mengeluarkan bawang putih dari kulkas dapur. Setelah mengupas beberapa bawang putih, dia menyalakan telepon genggamnya. Dia membuka blognya. Blognya adalah satu-satunya hal yang dapat menghiburnya. Di blognya dia mengunggah hidangan yang dia buat dan ada beberapa komentar yang diterimanya. Ketika dia membacanya, dia merasakan kedamaian.
Jo Min Joon mengklik tombol “Tulis Unggahan”. Judulnya sederhana. Salam Tahun Baru. Meski isinya sederhana dan membosankan.
Tidak ada yang berkomentar selama 10 menit setelah dia mengunggah. Karena Jo Minjoon bukanlah seorang blogger terkenal. Ketika dia membuat catatan dari blog lain tentang resep masakan, dia menerima sebuah pemberitahuan komentar masuk. Sebuah nama yang cukup dikenal.
CookingGuru: JoChef-nim Selamat Tahun Baru~ ^^ Ucapan Selamat Tahun Baru darimu adalah yang pertama. (*nim = panggilan sopan untuk seseorang yang lebih tua atau untuk pelanggan. Sama dengan akhiran “-sama” dalam bahasa jepang.)
[JoChef] adalah nama panggilan Jo Minjoon. Meskipun hanya satu orang, kesedihannya sedikit terobati. Jo Minjoon dengan cepat membalasnya.
JoChef: Selamat Tahun Baru untukmu juga, CookingGuru-nim. Salammu juga yang pertama bagiku.
CookingGuru: hehe hmm tidak ada unggahan tentang makan malam, jangan bilang kau belum makan?
JoChef: entah bagaimana berakhir seperti itu. T__T
Sementara itu, mereka berdua saling berbalas komentar sekedar berbasa-basi. Setelah sekitar 10 komentar yang mereka saling kirim, percakapan semakin dalam.
CookingGuru: Jadi JoChef-nim masih tahun kedua?
JoChef: Iya, meskipun saya memamerkan sedikit di blog saya tentang masakan saya, tetapi tugas saya hanya mengupas bawang putih di restoran. Hahaha…
CookingGuru: Ah…sedihnya. Jika kau beralih profesi sedikit lebih awal, pasti sekarang kau berada di situasi yang lebih baik.
JoChef: Apa yang bisa kulakukan. Ini adalah kesalahanku. Aku tidak punya keberanian saat itu. Aku terlambat menyadari bahwa seseorang memiliki jalan hidupnya masing-masing.
CookingGuru: Jika kau bisa kembali ke masa itu, apakah kau akan langsung terjun ke dunia memasak?
JoChef: Iya, tentu. Sekarang aku tahu dengan pasti jalan hidupku. Tentunya itu berlebihan sekarang tetapi tetap saja…
Setelah komentar itu, tidak ada komentar lain pada selang waktu yang cukup lama. Barangkali dia lelah setelah percakapan yang dalam ini. Hal itu merupakan topik yang menyedihkan untuk dibahas pada saat tahun baru. Jo Minjoon merebahkan kepalanya di atas meja di luar restoran dan memejamkan matanya. Dia mengantuk. Lelah. Dia tidak ingin memikirkan apapun.
Sekitar 10 menit setelah dia tertidur. Layar telepon genggamnya yang gelap menyala terang karena pemberitahuan komentar masuk.
BARU CookingGuru: Tentu. Kembalilah ke masa mudamu. Aku akan melihat bagaimana kau mengejar jalur hidupmu pada saat masih muda.
Daftar Istilah
Hyung : Kakak laki-laki Seperti “onii-san” dalam bahasa Jepang tetapi hanya digunakan antar saudara laki-laki.