Dewa Memasak – Bagian 134: Siaran langsung mereka (3)
“Aku?….”
Jo Minjoon berkata dengan nada bingung tetapi tidak dapat melanjutkan perkataannya dan hanya menghirup nafas. Jantungnya berdegup kencang. Dia merasa sangat bersyukur pada Rachel yang membuat penawaran semacam itu padanya.
Meskipun alasan penawaran tersebut kebanyakan karena kemampuan indera pengecapnya yang mutlak, Jo Minjoon tidak mau mengkhawatirkan hal itu. Meskipun dia tidak mempunyai kekuatan yang Rachel percayai dia punya, tetapi dia punya kekuatan yang Rachel tidak tahu apa itu. Akankah Jo Minjoon mampu meraih ekspektasi Rachel jika dia bekerja dengan sungguh-sungguh? Dia berpikir seperti itu. Dia menginginkan itu.
“Emily biasanya berkata bahwa jika kau mengantri di barisan orang-orang yang ingin belajar di bawah guru Rachel, panjag antriannya bisa mengelilingi Amerika dan hanya akan ada beberapa yang tersisa.”
“Benarkah?”
Rachel melihat Emily. Sementara Emily sedang menyeruput wine dengan ekspresi malu-malu.
“Ada banyak orang di luar sana. Orang-orang yang mengantri tanpa tahu antrian apa itu. Tetapi aku tidak perlu mengantri, itu ada di depan mataku…Sejujurnya, ini rayuan yang sangat kuat. Bahkan lebih kuat hingga aku tidak perlu menolaknya.” kata Jo Minjoon.
“Aku memahami itu sebagai persetujuanmu yaa?”
“Iya, yang tidak memerlukan teori lagi.”
Rachel tersenyum ceria mendengar jawaban Jo Minjoon kemudian menyeruput wine dengan ekspresi biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Ketika orang-orang di sekelilingnya tercengang melihat mereka berdua karena apa yang baru saja terjadi. Kaya meraih roti lalu berkata.
“Selamat atas perekrutanmu. Tapi…”
Kaya ragu sejenak lalu menutup mikrofonnya dengan tangannya. Saat Jo Minjoon melihat itu, dia teringat masa lalu. Akankah Kaya mengatakan hal yang sama seperti waktu itu ‘Jangan menyukaiku’?
“Kau lihat ini. Bolehkah aku mencelupkannya ke dalam wine?” bisik Kaya pelan di telinga Jo Minjoon.
“Itu akan berbeda tergantung negaranya…tetapi akankah kau bisa melakukannya? Aku tidak berpikir cita rasanya akan spesial. Menurutku, akan lebih baik menggigit roti baru setelah itu meminum wine.”
“Apa itu…”
Jo Minjoon juga berbicara sambil menutupi mikrofonnya. Berapa banyak dalam sejarah orang-orang menutup mikrofon saat mereka siaran langsung, Martin hanya menghela nafas seolah itu aneh lalu menyeringai.
[Tangan kotor itu keluar lagi. Mereka juga seperti itu saat Grand Chef…]
[Apa yang sedang mereka bicarakan? Bukankah ini sesuatu seperti pengeras suara?]
[Apa mereka membicarakan sebuah rahasia? Kemudian mereka juga mengatakan ‘kita hanya teman’.]
Anda dapat dengan jelas merasakan gumpalan perasaan penonton hanya dengan melihat obrolan. Jo Minjoon buru-buru menjawab
“Ah, jangan salah paham. Dia hanya…”
Jo Minjoon disela. Kaya mengulurkan tangannya menutupi mulut Jo Minjoon. Karena Jo Minjoon membuka mata lebar-lebar, Kaya melihatnya dengan mata jengkel sembari mengerutkan dahi. Dia melepaskan tangannya, yang menutupi mulut, lalu berkata.
“Tidak. Jangan katakan itu.”
“Kenapa?”
“Ini memalukan.”
[…Apa sih yang mereka bicarakan tentang ini memalukan?]
[Pada poin ini, apa ini naskah?]
Sungguh keberuntungan, penyaji muncul tidak lama kemudian. Mereka bertukar pandang kemudian meletakkan 7 piring bersamaan. Jo Minjoon berkata. Makanan di piring cukup memesona bentuknya. Sebuah keju mozarella yag berwarna putih yang menggembung seperti bola baseball. Disebelahnya, ada bunga yang bisa dimakan lalu herba-herba di dekorasikan seperti ladang rumput. Kaya terpesona lau bertanya.
“Ini…keju, kan?”
“Iya. Kami melubangi keju mozzarella dan memasukkan sup minestrone. Ketika waktu berlalu, ia membengkak seperti itu karena uap dan panasnya sup.”
“Sup minestrone… Apa itu?”
“Ini sup vegetarian ala Italia. Kita mendidihkan sayuran, pasta, nasi, dll. Kalau ini, kami bersikeras menggunakan pasta orzo. Di dalam pasta berbentuk nasi, kaldu sayuran dan ayam meleleh di dalamnya, dan keju moozarela yang lengket itu akan menutupinya. Potonglah.”
Kaya mengangkat pisaunya dengan wajah bingung seakan-akan hendak mengiris kue ulang tahun. Saat dia memotong keju yang gembung, uap melonjak naik dan keju perlahan mengalir ke sup dan rumput di sebelahnya. Aroma keju, herba, dan sup yang tersembunyi di dalamnya selaras dan mengalir memasuki hidungnya.
Dia gemetar lalu menoleh pada Jo Minjoon dengan ekspresi menikmati. Kemudian, Jo Minjoon yang sedang mengiris keju dengan ekspresi yang sama, tersenyum ceria pada Kaya. Dia memahami perasaan Kaya. Dia adalah seseorang yang tidak pernah pergi ke restoran yang benar dalam hidupnya. Jadi mau tak mau, dia gembira di depan hidangan yang dibuat dengan usaha, yang tampak cantik luar biasa ini.
‘Aku juga ingin mengajaknya ke restoran bintang 3.’
Malangnya, dia berpikir bahwa akan sulit baginya mengajak Kaya ke restoran bintang 3. Sulit menemui Kaya di tengah rencana Grand Chef yang sudah terjadwal, dia tidak akan pernah pergi ke restoran bintang 3.
Jo Minjoon memasukkan keju yang meleleh dan sup ke dalam mulutnya tanpa sesal. Kaldu ayam membangun atmosfer rasa secara keseluruhan, rasa karbohidrat terasa dari tekstur keju dan orzo yang kenyal dan cukup menawan. Segera setelah itu, Kaya berseru.
“Wow orzo ini…dia bintang utama yang tersembunyi.”
Pada saat itu, Jo Minjoon tidak mengerti apa yang Kaya bicarakan. Meskipun tekstur orzo cukup segar dan bagus, tetapi itu tidak cukup sebagai alasan menjadi bintang utama. Dia menjadi semakin impresif terhadap kaldu yang bisa menyeimbangkan antara herba dan keju. Segera setelah itu, Alan tersenyum ceria lalu berkata.
“Kau menyadarinya. Itu benar. Saat kami menyusun hidagan ini, bagian yang paling sulit adalah orzo ini. Awalnya, aku bertanya-tanya bagaimana cara membuat bulir nasi seperti ini. Hal itu sulit dilakukan karena aroma itu ada dengan nasi apapun yang digunakan.”
“Aroma biji-bijian tidak akan menjadi satu-satunya masalah. Menurutku, tekstur saat kau mengunyah juga akan bermasalah. Meski seledri memberi sensasi kerenyahan, jika kau memasaknya lama, seledri akan lunak…tetapi karena hanya orzo yang mempunyai tekstur al dente, orzo bisa dikunyah sama seperti bahan yang lain. Oh, aku tahu itu. Ini tidak diambil dari sup yang sudah dimasak, tetapi setiap kali kau menyajikan hidangan, kau mencampurnya dengan orzo sedikit demi sedikit dan memasaknya lagi. Benar?” jelas Kaya dengan penuh suka cita.
Rachel melongo melihat Kaya. Meskipun Kaya tahu bahwa orang-orang memperhatikan dirinya…Kaya mengangkat bibir atasnya di tengah keheningan itu lalu berkata.
“Abaikan saja perkataanku jika salah.”
“Perkataanmu…benar. Ini agak membingungkan. Padahal aku bersiap-siap resepku akan terekspos oleh Minjoon, tapi aku tidak tahu kalau justru kau yang melakukannya.”
“Aku meniru dia. Orang bilang teman cenderung mirip.”
“Bukan teman, tapi sepasang kekasih.”
“…Itu juga sama. Aku belum menyelesaikan SD ku. Santailah denganku.”
[Setiap kali dia marah dia terlihat semakin cantik bagiku. Kenapa?]
[Miskin=kasihan=sopan=cantik. Bukan begitu?]
[Dia bilang dia menirukan Jo Minjoon, tetapi lidahnya yang sensitif bukan lelucon. Dia tentu saja tidak mendapatkan gelar jenius secara gratis.]
Rachel mengangkat garpunya dengan wajah tertekan lalu melihat Kaya. Meskipun Kaya semata-mata ingin menirukan Jo Minjoon…bukan hal mudah untuk menebak hingga pada poin itu dalam waktu singkat. Kata-kata Serguei dan Jo Minjoon, tentang merekrut Kaya, terngiang di telinga Rachel. Meski terasa agak kekanak-kanakan, Rachel tidak bisa menahan lagi rasa penasaran di dalam hatinya.
“Kaya, Apa kau mampu menebak semua bahannya?”tanya Rachel
“Keju mozzarella, seledri, labu, artichoke, wortel, lobak, basil, tomat.”
Pada saat itu Rachel menghirup nafas. Melihat matanya yang terbuka dengan bagian putihnya terlihat, Kaya menyeringai.
“Itulah bahan-bahan yang bisa aku lihat dengan mataku.”
“Oh…”
Rachel melihat hidangan dengan wajah datar. Dilihat dengan baik, bahan-bahan yang baru saja Kaya sebutkan adalah semua bahan yang dapat dilihat dalam hidangan. Perlahan Kaya menambahkan.
“Baiklah, bahan yang tidak bisa terlihat oleh mata adalah kacang polong dan kacang arab. Tetapi sejujurnya, akan aneh jika Anda tidak bisa merasakan cita rasa sejelas ini. Ini juga mengandung kaldu ayam tetapi jika Anda tidak bisa merasakan ini dengan lidah Anda, itu buruk sekali. Jika aku mau membual sedikit…menurutku, ini juga mengandung babi. Dan aku juga bisa merasakan beberapa lemak babi.”
“Itu sangat menakjubkan. Kau sungguh punya lidah yang bagus.”
“…Kenapa aku tidak bisa membedakan sebaik itu?”kata Sera kesal.Emily, yang di sampingnya, tersenyum kecut dan menepuk punggungnya.
“Meskipun kau seorang epicurean, pada dasarnya, kau perlu mempunyai lidah yang sensitif untuk itu. Aku juga tahu ada kacang polong, tapi aku tidak tahu jenis apa itu. Dan ini normal.”
“Meski begitu…Aku tetap iri. terhadap pasangan yang sama-sama punya lidah yang sensitif.”
“…Kita bukan pasangan.”
“Aku akan meralatnya. calon pasangan. …Aku paham. Aku salah. Jangan mmelotot padaku seperti itu.”
[Momon saat kau tidak bisa menyebut pasangan, pasangan datang.]
[Sudah bertahun-tahun sejak aku tidak memanggil istriku, istri.]
“Obrolan itu, diamlah, kumohon.”
[Sekarang dia juga menyuruh penonton diam.]
[Aku mendengar ucapan buruk. Wow…Tapi kenapa aku terus ingin mendengarnya?]
“……Sesat.”
Kaya menghela nafas lalu menggelengkan kepala. Kemudian. Mata Jo Minjoon tertuju pada pramusaji yang mendekat. Meskipun dia tidak bisa melihat dengan baik apa yang ada di atas piring, dia bisa melihat dengan jelas layar sistem di atasnya.
[Pasta minyak dengan cumi dan bokchoy sebagai garnish]
Kesegaran : 96%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk ditunjukkan)
Kualitas: Tinggi
Skor Masakan: 10/10
‘10 poin dengan pasta…?’
Dan itu pasta minyak. Itu adalah jenis masakan yang Jo Minjoon pikir paling sulit mendapat 10 poin. Dalam pasta minyak, alih-alih menggunakan minyak untuk mendapatkan cita rasa yang jernih, tapi sulit mengeluarkan cita rasa yang rinci dan rumit.
Piring diletakkan. Jo Minjoon melihat pasta dengan mata seolah-olah dia sedang melihat kekasihnya yang telah kembali. Bentuknya cukup sederhana. Mie, yang berwarna hijau merata, ditempatkan dengan cantik. Warna hijau itu tidak hanya karena bok choy di antara mie tetapi mungkin karena mereka memarut basil hingga minyak zaitun itu sendiri berwarna hijau mencolok.
Awalnya, Jo Minjoon agak bingung karena dia tidak bisa melihat cumi-cumi, tetapi bila dilihat dengan baik, cumi diiris setipis linguine yang tersembunyi di antara mie. Dia masih tetap bingun tentang apa yang Alan lakukan hingga hidangan ini mendapat 10 poin. Dia tidak bisa memahaminya.
Itulah yang dia pikirkan saat dia menyesap mie itu. Dari mie yang naik dengan elastis seperti mie udon dan menggeliat di dalam mulut seperti nakji (낙지). Ini pertama kalinya dia merasa kekenyalan seperti ini saat menyantap pasta.
Saat dia mengunyah mie, cumi, dan bokchoy, emosi yang dia rasakan melampaui itu. Jelas bahwa dia merasakan aroma unik dari cumi dan bokchoy, tetapi bagaimana mungkin dia merasakan cita rasa manis barley dalam mie?
Terlebih lagi, cita rasa barley bahkan tidak berpadu dengan bahan-bahan yang lain. Cita rasa pedas samar pada mie menghangatkan mulutnya, mungkin karena biji cabai yang diletakkan di dalamnya selain basil. Dari lidah dan bibirnya yang menjadi sensitif, mie itu terasa sangat organik hingga membuatnya syok.
Seketika itu, hela nafas ganjil terdengar. Pada saat itu, Jo Minjoon berpikir bahwa itu mungkin karena perasaan senang yag tak tertahan, tetapi bukan itu. Tepat di sebelahnya, Kaya mengunyah mie dengan wajah merona sambil memejamkan matanya.
‘… Jika dipikir-pikir, ini adalah hidangan 10 poin pertamanya.’
Mata Jo Minjoon berkaca-kaca. Dia tidak tahu kenapa dia merasa sesak saat Kaya menyantap hidangan 10 poin pertamanya. Suaranya sedikit gemetar.
“Apa ini enak?” tanya Jo Minjoon
Kaya mengangguk tanpa membuka mulut dan matanya bahkan penuh air mata. Itu adalah cita rasa yang seolah-olah jika kau membuka mulut, maka tangisanmu akan segera turun dengan cepat. Jo Minjoon memahami Kaya karena dia punya indera pengecap yang lebih sensitif, kesan yang dia rasakan pasti lebih kuat.
Jo Minjoon mengeluarkan sapu tangan lalu mengusap air mata Kaya.
“Riasanmu akan berantakan.”
[Gila.]
[Menurutku, mereka lebih aneh dari para orang aneh di hollywood, dengan maksud tertentu]
[Apa semua pria Korea seperti itu?]
[Aku pria, tapi kami tidak semua seperti itu.]
Anderson yang sedang menyantap pasta kemudian melihat Alan dengan ekspresi tercekik. Alan yang sedang melihat Jo Minjoon dan Kaya dengan ekspresi puas, menoleh. Anderson berkata dengan suara canggung.
“Adakah obat mual di sini? Sepertinya pencernaanku bermasalah.”
< Siaran langsung mereka (3) > Selesai