Dewa Memasak – Bagian 150: Rival (2)
“Apa boleh buat. Aku tidak bisa menolak tawaran itu.”
Jo Minjoon melihat Anderson dengan tatapan percaya diri. Entah ini hari yang normal atau tidak, tapi dia tampaknya lebih percaya diri dari sebelumnya. Alasannya sederhana. Dia menyantap sushi Yamamoto kemarin. 8 poin. Itu berarti bahwa Jo Minjoon juga memahami resepnya dengan sempurna.
Jika bukan sushi dan hanya telur gulung, hidangan itu tidak akan mendapat 8 poin. Namun, kompetisi ini cukup hanya dengan itu. Telur gulung Anderson hanya 6 poin. 7 poin. Itu mungkin. Jo Minjoon yakin.
“Baiklah. Kalau begitu, ayo kita mulai bersamaan. Kita harus membuatnya pada kondisi yang sama.”
“Benar. Mari kita lakukan.”
Senyum di mulut Jo Minjoon menghilang. Dia berdiri di depan meja dapur dengan santai. Dia masih belum lupa dengan resep Yamamoto. Tidak. Justru dia mengaturnya lagi di kepalanya. Masalahnya adalah bahan-bahan.
‘Aku perlu minyak kastanye dan minyak kacang pinus. Tapi untuk kaldunya….di antara bahan-bahan yang ada di resep, aku hanya punya tangleweed, ikan teri, dan bonito.’
Sulit menyamakan citarasanya jika tidak ditirukan dengan benar. Dia tidak bisa pergi untuk membeli bahan-bahan yang tidak tersedia. Kemudian.
“Tunggu. Kalian berdua tunggu.”
Sera mendekati mereka dengan ekspresi jahil. Dia mengangkat ponselnya lalu bertanya.
“Akan bagus bila banyak penonton pada kompetisi semacam ini. Ini bagus juga untuk mempromosikan siaran langsung nanti. Bagaimana kalau merekam kompetisi ini dan mengunggahnya di internet?”
“…Apa yang kau bicarakan?”
“Kenapa? Apa kekanak-kanakan?”
“Bukan itu…yaa, baiklah. Mari kita lakukan.”
Anderson mengangkat bahu seolah tidak ada yang bisa dia perbuat. Sedangkan Jo Minjoon, dia bahkan tidak memperhatikan pembicaraan mereka. Dia menuangkan semua perhatian pada masalahnya. Melihat telur gulung tanpa nasi, telur gulung Yamamoto berskor 7 poin. Namun saat ini, telur gulung yang bisa dia buat dengan bahan-bahan yang terbatas berskor 6.
Tidak ada kaldu. Itu menstimulasi Jo Minjoon. Dia harus berpikir. Dia mulai memikirkannya, arti di balik resep tersebut serta arti dan tujuan dari setiap bahan-bahan itu.
‘Kenapa dia harus mencapurkan bahan-bahan itu? Menggunakan tangleweed, rumput laut, katsuoboshi tidak akan memberikan cita rasa yang sama? Ayo ingat lagi cita rasa telur gulung waktu itu…’
Jo Minjoon memejamkan mata. Sama seperti layar sistem, yang menunjukkan skor estimasi masakan, muncul secara terus menerus, pikirannya juga berjalan terus menerus. Sebuah masalah melahirkan masalah yang lain, dan sebuah jawaban juga memberikan masalah yang lain. Setelah beberapa saat, mata Jo Minjoon terbuka dan menatap dengan tajam. Dia menoleh pada Anderson.
“Bisa kita mulai?”
“Ayo.”
Mereka berdua mulai mendidihkan air untuk membuat kaldu kemudian mulai memecahkan telur. Setelah itu, metode mereka mulai berbeda. Jo Minjoon memecahkan telur dengan dua tangan begitu tenang hingga tampak sangat fokus. Begitu juga saat dia mengocok telur. Anderson membawa mesin pengocok dan mengocok telur dengan cepat, sedangkan Jo Minjoon, dia mengambil sumpit dan perlahan mengocoknya dengan tenang seolah dia memeluknya .
Setelah itu, Jo Minjoon mulai memasukkan bahan-bahan ke dalam air yang mendidih. Dia memasukkan ikan teri dan bonito yang terbungkus kain ke dalanm tangleweed yang mendidih. Kemudian kaldu akan dimasukkan ke dalam telur kocok. Bumbunya sederhana, yuzu kosho(유즈코쇼), kondimen yang banyak disukai orang Jepang. Kemudian dia memasukkan lada secukupnya. Telur Yamamoto sempurna karena ada cuka dan wasabi dalam nasi. Yuzu kosho bisa mengisi tempat yang kosong.
Namun yuzu kosho bukanlah satu-satunya yang dia tambahkan ke dalam telur kocok. Dia mengeluarkan telur pollock asin dari lemari pendingin dan memasukkannya ke dalam telur kocok. Jika dia menambahkannya sekarang, ini akan menjadi kaldu, cita rasanya manis dan pedas.
Karena bahan-bahannya sendiri berbeda, jumlah kaldu yang dimasukkan ke dalam telur juga berbeda. Sebenarnya, ini hidangan yang jauh berbeda. Jika kau harus menyebut bahan yang sama yang digunakan Yamamoto secara langsung, itu adalah minyak kastannye dan minyak kacang pinus.
Anderson sedang meletakkan wajan di atas kompor gas. Sedangkan Jo Minjoon menyalakan api induksi yang kecil dan memanaskan wajan. Yamamoto membuat telur gulung di wajan yang dipanasakan secara merata di atas api jerami. Dia berkata bahwa api seperti itu membuat bagian luar telur yang lembut tanpa cacat. Dia berpikir bahwa api induksi bisa membuat keseimbangan itu.
‘…Mereka berdua terlalu serius.’
Sera melihat mereka berdua dan berekspresi kesal. Mereka tidak bermain dengan seru. Sera, yang memegang kamera dengan asal, menjadi ikut serius.
Kalau Jo Minjoon, dia membuat telur gulung yang sangat tipis dan cantik. Sedangkan Anderson, dia membuat telur gulung berukuran tebal. Kau belum bisa tahu mana yang lebih baik. Hanya saja, tangan mereka yang memegang wajan dan menggulung sungguh cekatan seperti seorang master.
Meski telur gulung sudah matang, hidangan masih belum selesai. Kalau Jo Minjoon, dia memarut lobak dan meletakkannya di atas telur gulung, lalu dia menuangkan sari bawang putih. Sedangkan Anderson, dia menggoreng bawang merah lalu menaburkan di atasnya. Jeremy, yang melihat pemandangan itu, menghela nafas. Dia hanya mengatakan ingin melihat kemampuan mereka untuk membuat telur gulung, lalu betapa alaynya mereka dalam membuat telur gulung.
‘Ada yang bilang jika kau ingin makan sesuatu yang lezat, maka buatlah chef bersaing satu sama lain, hidangan siapa yang terbaik.’
“Silahkan, dan juga pilih, mana yang paling lezat.”
“Apa perlu melakukan itu? Aku pasti menang. Betapa banyak waktu yang kucurahkan berlatih membuat telur gulung.”
Anderson menajamkan tatapannya seolah dia tidak pernah kalah dalam membuat telur gulung. Jo Minjoon menyeringai dan berkata,
“Aku juga yakin dengan ini. Aku sering membuatnya sebelum mulai belajar memasak dengan benar.”
“Makan punyaku dulu.”
Mendengar itu, semua orang menjulurkan sumpitnya, tidak terkecuali Jo Minjoon. Entah karena sengaja dibuat atau karena resepnya berubah sedikit, dibanding sebelumnya, cita rasanya agak berbeda. Layernya sama, tetapi tekstur telur gulungnya sungguh tebal.
Akan tetapi bukan berarti itu buruk. Setiap kali kau mengunyah telur gulung, cita rasanya melimpah, dan secara keseluruhan terasa manis hingga terkesan kau sedang makan kue gulung kecil. Secara utuh, itu adalah telur gulung ala Jepang yang sesuai dengan dasarnya.
Di sisi lain, telur gulung Jo Minjoon istimewa. Adanya telur ikan pollock asin bukanlah kombinasi yang spesial karena kombinasi itu sangat terkenal, tetapi yuzu kosho dengan minyak kacang pinus dan minyak kastanyelah yang spesial. Rachel mengangguk lalu berkata.
“Kau membentuk ulang telur gulung di sushi telur Yamamoto.”
“Iya. Aku tidak punya semua bahan-bahannya, jadi aku memperbaikinya sedikit.”
“Sulit mengatakan mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk…tetapi ini lezat. Sungguh”
Mendengar itu, Jo Minjoon tersenyum ceria. Telur gulungnya berskor 7. Dengan memperhitungkan itu dibuat dalam kondisi yang langka, skor itu benar-benar bagus. Meski telur gulung Anderson berskor 6, bukan berarti bahwa telur gulung Jo Minjoon lebih baik. Telur gulung Anderson sesuai dengan aslinya. Bagi orang yang ingin cita rasa sederhana, telur gulung Anderson akan terasa lebih lezat.
Sebenarnya, hasil kompetisi pun demikian. Rachel dan Emily memilih telur gulung Jo Minjoon, Jeremy dan Sera memilih telur gulung Anderson. Ini seri.
“Jika kau lebih tua, alih-alih cita rasa yang terlalu merangsang, kau akan lebih suka makanan yang nyaman seperti ini. Ini bukan soal yang utama dan yang tidak , terlepas dari itu, aku lebih suka telur gulung Anderson. Karena dia punya keahlian teknik yang bagus, dia tidak bersikap arogan. Aku suka poin itu.” kata Jeremy.
“Meski begitu, aku lebih suka telur gulung Jo Minjoon. Ketika menyantap makanan menjadi sebuah petualangan, itulah momen yang menyenangkan. Kombinasi yuzu kosho dan ikan pollock terasa menyegarkan.”
“Terima kasih.” kata Sera sambil menutup ponselnya.
“Semuanya, ini belum diputuskan. Jika kalian penasaran dengan hasilnya, kalian harus melihat siaran langsung hari ini!”
Dengan kata-kata terakhir Sera, pekerjaan singkatnya sebagai kameramen telah usai. Jo Minjoon melihat Sera dengan tatapan aneh.
“Kompetisinya berlanjut?”
“Ah, …ini terasa seperti kalian harus melakukan ronde kedua, jadi aku memutuskan mengatakan seperti itu.”
“Yaa, tak ada masalah. Orang-orang bahkan tidak akan peduli.”
Namun…
Ternyata mereka peduli.
–
Frank Bond : Aku tidak menyangka aku akan berkeringat hanya dengan melihat kompetisi telur gulung. Kenapa mereka begitu sengit.
ㄴ Annabel Montgomery : Sepertinya aku paham. Karena dia temanku, aku tidak ingin kalah sama sekali. Aku suka hubungan rival seperti itu.
Isla Elias : Menurutku, aku bisa tahu cita rasa telur gulung Anderson seketika, tapi aku bahkan tidak bisa membayangkan cita rasa telur gulung Jo Minjoon. Jelas itu seperti keloyalan Anderson dan kreativitas Jo Minjoon.
ㄴPeter Downard : Sebagai chef yang aktif, aku setuju dengan perkataanmu. Anderson lebih berpengalaman dalam menangani hidangan secara manual, tapi kalau Jo Minjoon, dia bisa memasukkan kreativitas dan pemahamannya tentang bahan-bahan ke dalam hidangan.
ㄴIsla Elias : @Peter Downard Oh, apa kau sungguh chef? Aku penasaran akan sesuatu, apakah umum memiliki keahlian seperti Anderson ataupun Minjoon, di usia mereka?
ㄴPeter Downard : @Isla Elias Tidak mungkin. Pengalaman dan usaha, keduanya tidak mudah terakumulasi pada usia itu. Khususnya pada kasus Jo Minjoon apalagi, dia punya indera pengecap yang mutlak.
Teagan Holdcroft : Meski begitu, apa sih yang mereka persaingkan? Masakan? Dari siaran sebelumya, mungkin berhubungan dengan menyantap makanan.
ㄴ Olive Jerram : Siapa yang bisa mengalahkan Minjoon soal menyantap makanan? Dia yang terbaik di dunia saat ini.
ㄴ Teagan Holdcroft : @Olive Jerram Ah…dia yang terbaik karena mempunyai lidah yang sensitif, tapi akankah dia menggunakannya untuk mencicipi? Dia masih muda. Meski pengetahuan tentang cita rasa sangat luas, menurutku, ada batasan dari usianya.
ㄴ Qamar Putthoff : @Teagan Holdcroft Tapi karena pengecapannya yag seperti itu, akankah dia mampu melampaui batasan usianya lebih cepat? Karena hardwarenya sendiri bagus, maka kecepatan softwarenya untuk mendownload pun akan lebih cepat.
ㄴ Deka Khela : @Teagan Holdcroft Yaa, dengan mengesampingkan pengecapannya yang mutlak, menurutku, akan menyenangkan bila mereka melakukan ini. Siapa yang makan lebih banyak.
Reaksinya tidak meledak, tapi hanya dalam10 menit setelah video diupload, para penonton membicarakan kompetisi apa yang akan dilakukan Jo Minjoon dan Anderson berikutnya. Jo Minjoon melihat Anderson dengan ekspresi ciut.
“Menurutku, ini sudah lama sejak aku dan Kaya menjadi topik pembicaraan.”
“…Jadi kenapa aku lagi?”
“Apa yang bisa kulakukan? itu tak terhindarkan karena kita bersama seperti TTM.”
“Jangan gunakan kata-kata seperti itu. Karena kita juga perempuan.”
Anderson merona. Sera berkata dengan wajah canggung.
“Maaf. Karena aku…”
“Bagaimana dengan itu? Sekarang karena sudah seperti ini, kita hanya harus berkompetisi. Tapi kita akan berkompetisi apa?”
“Aku tidak tahu. Pikirkanlah.”
“…Menebak bahan-bahan?”
Anderson melotot pada Jo Minjoon dengan tatapan dingin. Jo Minjoon menggaruk kepalanya dengan canggung.
“Jika kau tidak mau, maka sarankan sesuatu.”
Anderson tenggelam dalam pikirannya. Setelah beberapa saat, Anderson melihat Martin.
“Ke mana kita pergi?”
“Ya?”
“Ke mana kita pergi setelah ini?”
“…Itu rahasia.”
“Kau harus memberitahu kami, jadi setidaknya kami bisa memikirkan akan berkompetisi apa. Bisakah kau memberitahukannya hanya pada kami?”
Martin memutar bola matanya dengan wajah tidak suka. Pada akhirnya, dia berkata seolah dia menyerah.
“Kita akan pergi ke restoran.”
“…Sebuah restoran? jadi kau membicarakan tentang suatu tempat yang kita bisa makan malam dengan baik seperi orang barat, kan?”
“Ah…mirip. Satu hal yang pasti, siapapun yang datang ke sana akan takjub.”
“Restoran bintang tiga yaa?”tebak Jo Minjoon
Semua orang menoleh pada Jo Minjoon dengan wajah yang berkata ‘Hah?’ lalu menoleh kembali pada Martin. Martin sedang menjaga ekspresi tenangnya, tetapi Jo Minjoon tahu bahwa Martin mengepalkan tangannya lebih keras.
“Hei, apa bintang tiga terlalu umum?” kata Martin.
“Ini Jepang. Butuh waktu juga bagimu untuk mendapatkannya. Agak mengecewakan bila kita tidak bisa pergi kesana sebelum musim berakhir. Terima kasih. Itu akan menjadi bintang tiga yang kedua dalam hidupku, aku harus berterima kasih padamu.”
“Bukan. Sudah kukatakan, bukan bintang tiga.”
“Martin. Aku punya pengecapan yang sensitif. Setidaknya aku bisa membedakan bagaimana rasanya berbohong.”
Martin diam. Dia tidak boleh terprovokasi oleh Jo Minjoon. Namun Jo Minjoon sudah mencari tahu melalui ponselnya. Martin mendecakkan lidahnya beberapa kali hingga rasanya bibirnya kering. Setelah beberapa saat, Jo Minjoon menyeringai dan berkata.
“Ada satu. Ada restoran bintang tiga yang dekat dari sini dan punya sistem menu lengkap.”
“Aku…yakin kau adalah malaikatku.”
< Rival (2) > Selesai