Dewa Memasak – Bagian 17: 100 chef (3)
Adonan daging ikan lele tampak berwarna putih dengan bintik hijau. Terus terang, itu tidak indah dan tidak menyenangkan dilihat. Tapi baso biasanya dimakan seperti itu, membosankan dan nampak susah bila dimakan. Alih-alih menjadi kekurangan, itu lebih seperti karakter yang unik.
Jo Minjoon mengepal adonan, membuat bulatan kecil dengan jempol dan jari telunjuknya. Kemudian, dia memasukkannya ke dalam alat pengukus. Dia memikirkan cara memasak seperti itu.
Bagian selanjutnya adalah memasak kuah rebusan dengan benar. Jo Minjoon mengiris bawang putih dan bawang merah tipis-tipis. Kemudian, dia melumuri wajan dengan minyak dan mulai menumisnya hingga harum. Tentunya itu bukan karena dia mengubah tahapan proses memasak. Sebelum memasak kuah rebusan, kau memberikan cita rasa berminyak pada kuahnya. Dan itu bisa mengubah rasa pedas.
Ketika bawang merah dan bawang putih dimasak sampai pada kematangan tertentu, Jo Minjoon memasukkan bawang bombay. Bawang bombay yang dipotong secara horizontal, kehilangan kekerasannya begitu dimasukkan ke dalam wajan. Dan saat itu lah dia menuangkan kaldu. Jo Minjoon menutup bagian atas saringan dengan kain saring, lalu menuangkan air kaldu ke atasnya. Satu tangan memegang saringan dan tangan yang lain memegang panci. Air kaldunya tidak banyak, tapi tetap saja, sedikit susah dilakukan.
Ketika air kaldu mengalir masuk ke dalam wajan, saat air bertemu dengan minyak, timbul suara mendesis. Dan pada saat yang sama, aroma sedap dari air kaldu semerbak. Para peserta di dekatnya tidak bisa berhenti memperhatikannya. Sesedap itu aromanya. Dan pada saat yang sama, Jo Minjoon yakin bahwa dia sukses. Dia bisa menebak hanya dengan mencium aromanya. Bukan karena dia telah membuatnya berulang kali sebelumnya. Tapi aroma yang mengandung cita rasa khas, yaitu cita rasa segar dari sayuran dan cita rasa ikan lele yang unik dan segar.
Tentu saja dia harus mencicipinya agar tahu asinnya pas atau tidak. Jo Minjoon membumbuinya dengan kecap asin dan garam. Dia tidak bisa menggunakan banyak kecap asin. Dia bisa menuangkan banyak kecap asin, tapi kuahnya akan berubah warna menjadi gelap. Tapi jika kau hanya menggunakan garam, rasanya akan berbeda. Rasa asin dari garam dan kecap asin sangatlah berbeda. Kecap asin tidak selalu memiliki rasa asin. Kecap asin memiliki cita rasa khasnya sendiri, asam dan rasanya tajam. Itulah kecap asin.
Sekarang hidangan sudah tampak selesai. Tapi dia tidak mau mengakhirinya seperti ini. Untuk menyajikan hanya kuah kaldu dan baso, dia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang Alan jelaskan padanya sebelumnya.
Jadi apa yang dia pilih adalah gorengan kulit ikan lele. Jo Minjoon menguburkan kulit ikan pada tepung tapioka. Dan kemudian mulai menggorengnya pada wajan yang telah berisi minyak. Tidak butuh waktu lama. Setelah meletakkan kulit ikan goreng di atas meja, ada satu hal yang menanti untuk dilakukan.
Jo Minjoon melihat ke sekelilingnya. Para peserta masih menyiapkan hidangan mereka. Jo Minjoon yang sedang melihat-lihat mereka, berhenti pada satu orang, yaitu Kaya. Pada wajan penggorengannya, api melonjak naik pada apa yang sedang dia masak. Apakah dia memasak hidangan China? Jo Minjoon mencari tahu melalui ingatannya. Dia mungkin sedang membuat Tangsuyuk (탕수육).
Kaya adalah orang Amerika-Inggris, tapi hidangan yang dia buat tidak terbatas hanya hidangan barat. Dia benar-benar dapat memasak berbagai macam masakan.
Karena itu, Kaya menceritakan latar belakangnya saat disiarkan. Sejak dia kecil, dia harus membantu ibunya berjualan buah. Anak-anak seusia itu sedang bermain robot dan boneka, sedangkan dia bermain bersama dengan para penjual di pasar. Namun, pengalamannya itu membantunya belajar dengan cepat keahlian mengecap karena ada berbagai bahan dan makanan yang tidak umum dilihat maupun dirasakan
Tentunya, jika orang normal berada di situasi tersebut, meski jika mereka tahu banyak jenis, mereka tidak akan tahu seberapa kuat rasanya karena di sana adalah pasar makanan yang sederhana. Dan hal rumit yang bisa dilakukan hanya oleh Kaya adalah belut bakar yang dia masak sebelumnya.
Namun, meski jika mereka memakan hidangan yang sama, Kaya mengecap rasa yang berbeda. Bagi orang yang normal, perbedaan sedikit saja tidak akan terasa. Tapi Kaya bisa merasakan perbedaan satu butir garam seperti satu sendok garam. Meski pada hidangan yang sama, jika dia membumbuinya sekali, masakan itu pasti akan lebih lezat karena itulah kemampuannya. Pasar itu merupakan sekolah yang sempurna baginya.
Bahkan Kaya belajar memasak, metode belajarnya berbeda. Ketika seorang pekerja paruh di restoran makanan bakar yang ditusuk (꼬치구이), dia membalik makanan sesuai dengan resep. Tapi Kaya bisa tahu kapan waktu yang tepat untuk membaliknya, dan bagaimana daging diiris agar terbakar sempurna. Itu dilakukan Kaya tanpa sadar. Dia menguasai itu secara alami.
Dia terlahir dengan kemampuan itu. Tidak ada penjelasan lain. Jo Minjoon terpikirkan suatu hal bahwa dia ingin menjadi juri. Bahwa dia ingin mencoba hidangan Kaya sebagai juri. Selain memasak, hanya tahu bahwa hidangan itu dibuat oleh Kaya merupakan penghargaan yang hebat.
Itu adalah sesaat ketika dia melihat Kaya. Alan mendekati meja Jo Minjoon. Setelah dia melihat panci di atas kompor, dia berkata,
“Apa yang kau buat?”
“Rebusan baso ikan lele.”
” Rebusan baso ikan lele? Hmm… Apa kau menggoreng kulitnya?”
“Iya. Dahulu kala, aku pernah melihat orang Asia memakan itu seperti sebuah cemilan.”
“Apa kau pikir itu akan cocok dengan hidanganmu?”
“Iya. pasti cocok.”
Jo Minjoon menunjukkan sikap percaya diri. Bahkan Alan, yang sedang mendengarkan Jo Minjoon, terkejut. Dia telah menjadi juri di semua sesi sebelumnya tapi dia belum pernah melihat seseorang sepercaya diri ini. Karena meski kau memasaknya dengan baik, di depan para juri, kau tidak akan bisa menujukkan rasa percaya diri.
Alan mengerutkan dahi. Biasanya ada 2 kasus yang seperti ini. Pertama adalah kau punya pengalaman dan bakat yang nyata dan kedua adalah kau tahu bagaimana menjadikannya lezat, tapi tidak tahu bagaimana cara terbaik untuk membuatnya. Sejujurnya, Alan berpikir itu adalah kasus yang kedua. Jo Minjoon masih muda. Dia masih berusia 21 menurut standard Amerika. Dia terlalu muda untuk percaya diri dengan hidangannya padahal dia tidak mendapat pendidikan yang layak.
“… Aku berharap hidanganmu sama bagus dengan rasa percaya dirimu.”
Alan berbicara seperti itu lalu pergi. Jo Minjoon merasa bahwa Alan tidak suka dengan kepercayaan dirinya. Namun dia tidak peduli. Karena dia akan membiarkan hidangannya yang berbicara.
Waktu yang diberikan hampr habis. Saat persiapan memasak, ada banyak peserta yang dikeluarkan karena kesalahan mereka. Jumlah mereka hampir 20-an. Jo Minjoon mengeluarkan basonya dari dalam alat pengukus. Beruntung baso-baso itu matang dengan sempurna. Segera saat dia membuka alat pengukus, dia dapat mencium aroma dari ikan, tofu, dan ketumbar. Dan sensasi itu begitu menggiurkan hingga dia ingin segera memasukkan itu ke dalam mulutnya. Maka dia mencicipinya.
Dan terbentuk senyuman di wajah Jo Minjoon. Mungkinkah karena perasaan puas setelah membuat hidangan dengan baik, ataukah senyum alami yang terukir ketika kau memakan sesuatu yang lezat. Apapun itu, kesimpulannya sama. Baso itu sempurna.
Jo Minjoon menuangkan kuah kaldu ke atas mangkuk, dan memasukkan beberapa baso. Kulit ikan lele goreng diletakkan sebagai garnish, namun tampak sedikit membosankan. Mungkin kali ini pun dia akan mendengar keluhan tentang dekorasi hidangannya.
Namun hanya karena itu, dia tidak ingin bersikap tamak dengan meletakkan banyak sekali garnish. Karena jika kau ingin memberikan momen yang menyenangkan tapi menomorduakan rasa, itu tidak akan berarti.
“Berhenti! Semuanya hentikan tangan kalian. Waktunya sudah habis.”
Alan berteriak dengan suara yang tajam. Helaan nafas terdengar di sana-sini. Beberapa menghela nafas lega dan beberapa menghela nafas kesal. Jo Minjoon melihat Kaya sekilas. Tidak ada yang berbeda dengan masa lalu. Di depannya ada hidangan apik tangsuyuk ikan lele.
Tidak ada waktu yang terbuang dan para juri segera memulai. Ada banyak orang yang telah didiskualifikasi saat tengah memasak, tapi ada yang masih bertahan kira-kira 60 peserta. Tidak ada waktu untuk membuatnya lama, jadi kadang-kadang, para juri bahkan tidak memakan hidangannya dan mengevaluasinya berdasarkan seberapa baik hidangan tersebut dimasak.
Saat tengah memasak, Jo Minjoon merasakan perasaan yang aneh. Banyak orang didiskualifikasi tepat di depan matanya. Karena cara memotong yang buruk dan lainnya, juga karena tekstur daging yang buruk. Itu nampak seperti pemandangan di dunia chef. Dunia memasak. Sebuah dunia yang bergantung akan satu hal.
Bahkan tidak ada kata simpati ataupun dorongan semangat. Hanya satu hal yaitu lezat dan tidak lezat. Ada juga saat-saat di mana mereka membuang makanan yang tersaji ke dalam tempat sampah. Kau bisa menitikkan air mata karena perlakuan berlebihan itu tapi Jo Minjoon bisa memahami mereka. Itu tidak bisa diterima. Bagi bahan masakan, bertemu dengan orang yang salah dan membuat bahan masakan tersebut menjadi sesuatu yang tidak bisa disebut memasak adalah hal yang mengerikan. Terlebih lagi jika seseorang itu bermimpi menjadi chef.
Dan waktu penjurian Jo Minjoon tiba. Setelah melihat rebusan baso ikan lele Jo Minjoon, para juri memasukkannya ke dalam mulut. Kulit ikan goreng yang membuat suara kriuk di mulut menemani baso yang yang kenyal. Ketiga juri tidak ada yang berkata apapun dan tetap mengunyah. Setelah itu, mereka meminum kuahnya. Satu juri yang membuka suara adalah Joseph. Dia berkata dengan singkat,
“Ini enak.”
< 100 chefs (3) > Selesai
Bawang guys