Dewa Memasak – Bagian 176: Seseorang yang muncul di Truk (2)
Itu membingungkan. Mau tak mau, dia terkejut. Tidak pernah dalam mimpi terliarnya sekalipun, dia mendapati melihat sebuah truk makanan yang menawarkan makanan gastronomi molekuler.
Kemudian, Minjoon menyadari dari melihat barang-barang yang terletak di belakang pria itu. Sebuah suntikan yang digunakan untuk menambahkan semacam saus atau jus buah ke dalam bahan, sebuah alat pembuat busa yang digunakan untuk membuat saus busa, sebuah mesin pendingin kilat Pacojet, yang bisa menghancurkan bahan apapun dan mengubahnya menjadi es krim atau mousse dingin.
Mata Jo Minjoon penuh rasa tidak percaya saat dia beralih melihat pria itu. Dia tidak bisa mengira-ngira orang seperti apa pria itu. Pintu penumpang terbuka dan ada orang yang keluar dari truk. Setelah melihatnya Jo Minjoon berseru.
“…Apa yang terjadi?”
“Kau kan pandai. Aku yakin kau sudah tahu, yaa kan?”
“Aku sudah tahu. Tapi…”
“Lezzhaa…!”
Kata-kata Jo Minjoon terpotong oleh pekik suka cita Ella yang cadel. Jo Minjoon, tidak, keduanya melihat Ella. Setelah memasukkan sendok ke mulutnya, Ella tersenyum gembira. Kemudian Ella mendongak sambil tetap mengulum sendok.
“Apa Anda bisa membuatkanku satu lagi ini?”
“Tunggu sebentar. Aku akan membuatkanmu rasa yang berbeda.”
“Bukan untukku, aku mau memberikannya untuk ibuku. Tapi…hemmm… Aku juga mau rasa yang lain.”
Jo Minjoon tersenyum sambil memberikan sendoknya ke tangan Ella. Ella tersentak dan menarik napas dalam-dalam.
“Kau bisa memberikan punyaku ini untuk ibumu.”
“Ah, tidak. Paman makanlah juga. Ini betul-betul enak.”
“Aku akan meminta satu lagi.”
Ella menatap sendok sejenak seoalah pikirannya tidak bisa teralihkan lalu berkata.
“Terima kasih, Paman.”
Setelah melihat Ella berjalan dengan kakinya yang pendek dari belakang, Jo Minjoon perlahan berkata.
“Senang berjumpa dengan Anda, Chef sous. Namaku Jo Minjoon.”
“Mari kita simpan perkenalannya untuk nanti. Aku lebih suka memperkenalkan diri melalui masakan dari pada berbicara.”
Untuk memasak es krim, itu agak aneh, tetapi Jo Minjoon paham. Itu adalah es krim yang dibuat dengan mengggunakan gastronomi molekuler. Kecuali seseorang yang bersikeras menentang keahlian memasak molekuler, tidak ada seorang pun yang bisa mengklaim ini bukan masakan.
Sendok lain diletakkan di depan Jo Minjoon. Hidangan itu berskor 8 poin. Meskipun gastronomi molekuler, hidangan itu hanyalah sorbet dan ceri berkarbonasi. Mudah untuk bertanya-tanya bagaimana mungkin hidangan ini mendapat poin tinggi hanya dengan 2 bahan itu, tetapi pada saat dia memasukkan itu ke mulutnya, pikirannya berubah drastis.
‘Ah…!’
Awalnya, dia berpikir ini mungkin es krim apel atau mojito. Tetapi apa yang dirasakannya sungguh berbeda dari yang dia duga. Pertama, hanya berbicara tentang sorbet, ini tidak manis. Teksturnya lembut, tetapi cita rasanya justru sedikit asin. Dan cita rasa yang samar tetapi jelas adalah…
“Asparagus.”
“Aku dengar kau adalah yang terbaik di dunia setidaknya dalam menebak bahan-bahan. Sekarang, aku tahu itu benar.”
“Aku tidak akan pernah mempertimbangkan membuat es krim dengan asparagus…Aku tidak pernah mencicipi sesuatu seperti ini.”
Jika hanya asparagus, mungkin terasa sedikit lunak, mungkin juga menyegarkan, tetapi tidak cukup untuk disebut es krim. Akan tetapi, ceri di atasnya memadukan semuanya. Manisnya menghantam lidah bersamaan dengan karbonasi, sehingga membuat sorbet asparagus terasa seperti krim ramuan yang menyegarkan.
Inilah yang membuat sebuah sensasi, yang bagi Ella cilik bepikir ini enak. Jo Minjoon mengangguk-angguk lalu berkata.
“Ini seperti mencelupkan es krim ke dalam saus. Ini jelas kreasi yang sangat unik.”
“Inilah kenapa orang-orang terus memanggilku jenius.”
Pria itu tersenyum dengan percaya diri. Saat dia turun dari truk lalu menggapai tangan Jo Minjoon, ada bunyi keriat-keriut dari belakang mereka, dan ada langkah kaki menghampiri mereka. Ella, yang sedang memegang sendok seperti tongkat sihir di tangannya, ada di depan, dan keluarga dapur dibelakangnya. Anderson berseru.
“Guru, kau di sini. Itu berarti orang ini … di sini…”
“Rafael Yoon.”
Orang yang menyebutkan nama Rafael bukanlah dirinya sendiri, melainkan Janet. Dia bertanya dengan nada seperti mengerang.
“Apa kau…chef sous?”
€
“Rafael Yoon. Pemilik Assosiasi Chef Truk Makanan…, chef pemilik truk makanan yang paling inovatif. Sebenarnya dia mulai memasak di restoran Hotel Arjo La Guarde…kenapa ada banyak penjelasan untuknya?”
“Itu berarti dia telah meraih kesuksesan.” jawab Anderson singkat.
Jo Minjoon membaca semua pengalaman Rafael yang muncul di ponselnya. Saat mengikuti sekolah kuliner, Rafael memutuskan bahwa sekolah menurunkan efisiensinya dan dia dikeluarkan, dia menjadi chef magang di restoran di sekitar tempat tinggalnya. Saat dia menjadi chef preparasi di sana, dia buru-buru pindah ke hotel, dan hanya setelah beberapa tahun sebagai chef sous di sana, dia juga pergi dari sana.
Kemudian, dia mulai menjalankan truk makanan. Pada saat itulah nama Rafael Yoon mencapai tingkat Chef Bintang. Rafael menggunakan truk makanan sebagai sarana untuk membawa keahlian memasak molekuler, sesuatu yang banyak orang ingin tahu, langsung kepada orang-orang.
Tentu hasilnya sukses. Banyak orang yang tertarik dengan gastronomi molekuler , tetapi sebagian besar hidangan gastronomi molekuler hanya ditemukan di restoran mewah. Tidak ada pilihan lain. Biaya peralatan gastronomi molekuler merupakan faktor penting, tetapi itu bukan alasan utama. Ada banyak chef yang mempelajari dengan benar gastronomi molekuler, dan tidak mungkin para chef itu bekerja dia restoran biasa.
Pada aspek itu, ‘Es krim molekuler’ Rafael Yoon sangat inspiratif. Mengatur harga untuk menyesuaikan pasar membuat jumlah makan yang diterima sedikit, lagipula es krim bukanlah hidangan yang dimakan dalam jumlah banyak. Awalnya, orang-orang datang ke truknya karena mereka penasaran tentang gastronomi molekuler. Dan karena nama Rafael Yoon sendiri populer, orang-orang berhenti karena tertarik dengan Rafael Yoon sendiri.
“…Betapa hidupnya bak roller coaster.”
“Sekarang restoran kita bagian dari roller coaster itu.”
“Aku penasaran apa alasannya.”
Janet, yang menyimak mereka berdua dalam diam, mulai bergumam pelan. Janet berbicara entah kenapa dengan nada malu-malu.
“Melihat pengalamannya, dia hanya terlihat seperti seseorang yang melakukan apapun yang dia inginkan.”
“Tetapi dia perlu alasan untuk memilih Rose Island. Dia adalah seseorang yang menggapai sukses dengan truk makanan. Dia adalah seseorang yang mungkin tidak bermasalah dalam memutuskan tawaran menjadi chef kepala di banyak restoran. Jadi, kenapa dia datang ke sini dan meninggalkan truk makanan kesayangannya? Yang lebih aneh lagi, dia datang sebagai chef sous. Apakah alasan semestinya adalah semacam petualangan baru?”
Jo Minjoon mulai memikirkan dengan keras pertanyaan Janet. Dia hanya menemukan satu alasan.
“Untuk belajar dari guru Rachel. Aku tidak bisa memikirkan alasan lain.”
Jo Minjoon mengatakan itu saat dia melihat ke arah ruang kantor. Rafael berjalan lurus menuju ruang kantor ketika dia masuk ke restoran. Javier berada di depan pintu mencoba menguping pembicaraan, tetapi tampaknya dia tidak mendengar apapun. Jika dia bisa, dia tidak akan membiarkan telinganya menempel di pintu saat Isaac tiba-tiba membukanya. Saat Isaac menatap Javier dengan tatapan dingin, Javier mulai tertawa canggung.
“Ah…Bagaimana pembicaraannya?”
“Mr. Javier, apa yang kau lakukan di sini?”
“Tidak apa-apa, Isaac. Lagipula ini sesuatu yang nantinya akan mereka dengar. Semuanya, kemarilah.”sahut Rachel memanggil mereka. Ketika semua orang berkumpul bersama, Rachel tersenyum lalu berkata.
“Seperti yang kubilang sebelumnya, Rafael akan mengambil peran sebagai chef sous. Akhirnya, dapur kita sudah lengkap. Sekarang, karena sudah tersusun, kita bisa mulai mengerjakan PR yang sudah menumpuk.”
“Saat kau bilang PR, mungkinkah…”
Janet berkata dengan nada penuh antisipasi. Rachel mengangguk.
“Iya. Ini saatnya menentukan bagian kalian. Sekaligus kita juga perlu memutuskan pasangan chef preparasi dan chef demi.
Telinga semua orang bersemangat mendengar komentar Rachel. Karena bagi chef demi, mereka akan segera tahu dia akan bekerja di bagian mana, dan bagi chef preparasi akan segera tahu akan bekerja dengan siapa. Semua orang gelisah karena itu. Khususnya itu sangat rumit bagi Jo Minjoon, bukan karena perdebatan yang akan terjadi, melainkan karena dia masih belum tuntas memikirkan ingin bekerja di bagian mana. Pasta ataukah hidangan utama? Dia bahkan tidak mempertimbangkan gastronomi molekuler. Rafael melihat mereka lalu bertanya.
“Izinkan aku bertanya sesuatu. Di sini apa ada yang tertarik dengan gastronomi molekuler?”
Tidak ada chef demi yang menjawab pertanyaannya. Faktanya, mereka berusaha menghindari kotak mata dengannya. Rafael lanjut berbicara dengan nada kecewa.
“Chef, sudah kubilangkan? Akhir-akhir ini, semua orang punya hasrat untuk menolak gastronomi molekuler. Itu bukan jenis makanan yang buruk lho. Itu juga sebuah area yang mana kau bisa membentuk jiwamu sebagai seorang chef.”
“Iya. Aku tahu. Jadi tenanglah.”
Rafael mengungkapkan kekecewaannya, tetapi segera, dia menunduk dengan ekspresi kecewa. Emosinya terlihat berubah sangat cepat. Mungkin aspek kepribadiannya yang membuatnya tidak pernah bertahan di satu tempat dalam waktu yang lama. Rachel lanjut berbicara.
“Aku berpikir keras bagaimana menempatkan bagianmu. Dan seperti biasa, hanya satu jawaban. Apapun itu, chef harus bicara dengan keahlian mereka!”
“Apa kau mengatakan untuk menghadapinya langsung?”
“Mirip. Kalian semua akan belajar masakan dari Rafael. Tidak hanya chef demi, tetapi chef preparasi juga. Sekaligus, kalian akan belajar dariku.”
“…Guru, kau akan mengerjakan gastronomi molekuler juga?” tanya Anderson terkejut.
Meskipun yang lain tidak ada yang berkomentar, tetapi ekspresi mereka mirip. Rachel adalah seseorang yang telah memasak hidangan tradisional seumur hidupnya. Bahkan jika sebagian besar restoran mewah yang populer baru-baru ini mengandalkan bantuan gastronomi molekuler, saat itulah koki kepala berusia muda. Kebanyakan chef seperti Rachel yang telah meneliti masakan tradisional sejak lama, tidak suka menyesuaikan diri untuk berubah sebanyak itu.
Rachel mengangguk.
“Aku tidak hanya bermain ke sana ke mari selama sepuluh tahun terakhir. Aku fokus memasak, lebih dari yang pernah aku lakukan, untuk menciptakan cita rasa yang fantastis. Gastronomi molekuler bukan pengecualian.”
Jo Minjoon mengerang dalam hati. Dia suka Rachel telah meneliti gastronomi molekuler. Tetapi masalahnya adalah alasan dia melakukannya. Rachel selalu melihat masakan suaminya sebagai panutan untuk dicapai. Akan tetapi, jika dia tidak bisa menutup celah menggunakan gastronomi molekuler untuk makanan di saat gastronomi molekuler bahkan belum dikembangkan …… apakah itu masih menjadi masakan manusia?
‘Masakan…dewa barangkali.’
Berarti, Daniel tidak berbeda dari seorang dewa memasak. Dengan level memasaknya seperti itu, bayangan Daniel mungkin terasa lebih besar dari yang sebenarnya saat dia masih hidup. Alih-alih memikirkan ada orang yang hidangannya tidak bisa kau tiru atau bahkan kau bayangkan…lebih mudah bila percaya dia adalah dewa.
Tepuk tangan. Suara tepuk tangan mengeluarkan Jo Minjoon dari tepuk tangan. Rachel melihat tiap-tiap orang lalu berkata.
“Ada tiga aturan di dapurku. Pertama, pastikan kita memberi pelanggan, cita rasa yang hanya bisa mereka rasakan dalam mimpi. Kedua, jangan pernah lupa berterima kasih pada pelanggan kita. Dan yang ketiga, aturan utama, jangan pernah berhenti berubah sehingga tidak ada seorang pun yang bosan dengan makanan kita. Kita tidak bisa membiarkan gastronomi molekuler terkecualikan dari perubahan yang harus kita atasi.”
“Bahkan jika kau tidak berakhir di bagian gastronomi molekuler, kau harus memahami bagaimana cara memasak molekuler dan cara mengeluarkan rasanya dengan benar. Meskipun masakan yang akan kalian kerjakan hanya akan menjadi hidangan di bagian kalian sendiri, setiap hidangan tidak dapat berdiri sendiri. Memasak bukan tentang sepiring individu, tetapi menu secara keseluruhan. Apa kalian paham yang aku maksud?”
“Iya, chef!”
“Iya, chef!”
Jo Minjoon menjawab pertama kali, lalu diikuti teriakan dari yang lain. Rafael mengambil waktunya melihat satu demi satu chef demi, dan saat dia sampai di depan Jo Minjoon, dia berhenti dan bertanya dengan santai.
“Jadi? Bagaimana menurutmu? Apa kau masih tidak punya hasrat bertanggung jawab di bagian gastronomi molekuler?”
“Tidak sama sekali.” jawab Jo Minjoon.
<Seseorang yang muncul di Truk (2)> Selesai