Dewa Memasak – Bagian 18: 100 chef (4)
Itu adalah kata-kata yang memang tidak perlu panjang. Tidak ada kata ajaib lain seperti ‘lezat’. Pada kata yang singkat itu, Jo Minjoon dapat merasakan sekali lagi jantungnya berdebar. Para juri tidak terus berbasa-basi dan pergi melewati Jo Minjoon. Kemudian melanjutkan penjurian.
Jo Minjoon menatap rebusan baso ikan lele. Tidak ada kesalahan.
[Rebusan Baso Ikan Lele]
Kesegaran: 93%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk diketahui)
Kualitas: Tinggi (Bahan menengah)
Poin Memasak: 7/10
Jo Minjoon mendongak dan melihat para juri. Giliran Kaya hampir tiba.
Hidangan Kaya adalah tangsuyuk ikan lele dengan saus merah. Para juri menggigitnya, dan berkata itu enak tanpa berpikir dua kali, lalu meninggalkannya. Bahkan Kaya tidak bisa membuat mereka tinggal lebih lama karena masih banyak orang yang harus dievaluasi.
Jo Minjoon melihat tangsuyuk ikan lele Kaya. Layar menunjukkan bahwa itu hidangan 7 poin. Ketika dia tahu bahwa level memasak Kaya adalah 7, dia dapat mengatakan bahwa hidangan yang dia buat mungkin juga bernilai 7.
Namun pada saat itu, Jo Minjoon merasakan kekuatan godaan. Godaan untuk menghampiri dan mencoba hidangan Kaya.
Jo Minjoon bahkan pernah mencoba hidangan 9 poin di sebuah restoran Michelin. Dia tidak perlu berhasrat lebih untuk hidangan 7 poin itu. Intinya, bukankah itu hidangan yang dia bisa membuatnya jika dia tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi meski begitu, tangsuyuk ikan lele benar-benar menarik karena Kaya yang memasaknya.
Apa yang chef letakkan di atas piring saji tidak hanya sekedar masakan.Ciri khas yang dia punya juga diletakkan di atas piring. Jo Minjoon bertanya-tanya, cita rasa khas apa yang ditambahkan oleh Kaya.
Namun, dia tidak bisa seketika itu berlari padanya kemudian mencoba masakannya di tengah-tengah penjurian. Suasana di tempat ini serius karena bahkan saat itu beberapa orang sedang didiskualifikasi. Beberapa orang yang mendengar hidangannya tidak lezat meninggalkan ruangan dengan lemas.
Para juri yang menyelesaikan evaluasinya pergi ke atas platform. Emily tersenyum dan berkata dengan suara yang tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Selamat. Sebelumnya adalah fase kualifikasi, tapi sekarang kalian akan menjalani fase kualifikasi yang sesungguhnya. Dari beberapa orang yang terpilih, kalian sekali lagi terpilih.”
Jo Minjoon dengan tenang memeriksa sekelilingnya. Tidak banyak peserta yang tinggal. 30, bahkan mungkin tidak sebanyak itu. dengan sekali penjurian, banyak orang yang terdiskualifikasi. Joseph yang berada di sebelah Emily, membuka suara,.
“Alasan kalian bertahan hari ini sederhana. Kalian tahu bagaimana menangani bahan masakan, dan melezatkannya. Itu adalah kulaitas yang paling penting bagi seorang chef. Kalian memiliki pondasi sebagai chef yang sesungguhnya.
Jo Minjoon berpikir bahwa Joseph benar-benar pembicara yang baik. Tepat ketika dia berpikir bahwa detak jantungnya sedikit kembali tenang, Joseph mengatakan bahwa Jo Minjoon seorang chef, membuatnya jantungnya berdebar lagi. Itu seperti jatuh cinta saat di SMA.
“Ada perbedaan besar antara orang-orang yang memasak dengan para chef. Sekarang kalian harus bertanggung jawab atas apa yang berada di ujung pisau kalian. Tanggung jawab untuk membuat sesuatu menjadi lezat. Tanggung jawab untuk tidak menghancurkan bahan masakan. Aku berharap kalian akan dapat menjaga itu hingga akhir.”
Keheningan mengisi atmosfer ruangan. Jo Minjoon menggigit bibirnya dan menatap para juri. Alan berkata,
“Misi selanjutnya 2 hari lagi. Selama itu, kalian bebas untuk menginap di kamar yang tersedia di gedung ini. Tentunya, kalian dapat menggunakan semua bahan-bahan di dapur sebelum kalian didiskualifikasi. Mari kita berharap waktu yang kita miliki sangat berarti.
Segera saat para juri menyelesaikan kata-katanya, mereka pergi meninggalkan tempat. Dan begitu juga para peserta. Mereka benar-benar merasa lelah setelah apa yang mereka lakukan. Karena akan sangat memberatkan saat banyak kamera terpasang di atas meja.
Namun Jo Minjoon tidak meninggalkan tempat. Masih ada sedikit rebusan yang tersisa. Dia bahkan tidak gagal, jadi dia tidak mau membuang hidangannya ke dalam tempat sampah. Jo Minjoon menuangkan rebusan ke mangkuk lain. Masih ada 6 butir baso ikan lele yang tersisa. Setelah menuangkan kuah dan memasukkan baso, dia menempatkan kulit ikan goreng.
Dia membawa itu dan menghampiri Kaya. Dia adalah salah satu peserta yang tidak meninggalkan meja. Dan menurut Jo Minjoon, Kaya berpikiran sama seperti dia. Seorang pemasak yang baik tidak akan bisa membuang hidangannya sendiri dengan mudah.
Saat Jo Minjoon mendekat, Kaya membuka matanya dengan tajam dan menatap Jo Minjoon. Dia lebih pendek dari 170 cm. Dia bahkan menggunakan hak tinggi tapi setidaknya dia selebar tangan lebih rendah dari pada Jo Minjoon. Jo Minjoon berkata,
“Kau tahu apa itu barter?”
“… Apa itu?”
“Sopan santun leluhur kita. Aku ingin mencoba itu. Bagaimana?”
Jo Minjoon mengatakan itu sambil matanya menunjuk pada tangsuyuk ikan lele dan rebusan baso ika lele. Kaya tertawa canggung.
“Kau ingin bertukar?”
“Maksudku, aku tidak keberatan berbagi.”
“Bagaimana jika hidanganmu tidak lezat?”
“Tapi bahkan para juri bilang ini lezat.”
Kaya membuka matanya seolah menentang itu. Namun kata-kata yang keluar dari mulutnya berbeda dengan ekspresinya.
“Baiklah.”
Kaya mengatakan itu dan mengangkat jemarinya. Dia berkata dengan suara provokatif.
“Satu baso untuk satu tangsuyuk.”
Tentunya apa yang dia baru saja katakan tidak cocok dengan ekspresinya. Jo Minjoon tertawa ceria dan membalas,
“Ini kesepakatan yang rasional.”
Jo Minjoon berdiri di sebelah Kaya dan memakan tangsuyuk dengan garpu. Itu memang hidangan 7 poin. Dia merasakan sesuatu yang meledak di kepalanya tapi bukan jijik. Sebuah hidangan yang pada dasarnya sempurna.
Rasa sausnya kuat. Aromanya menyebar ke seluruh mulutnya seolah-olah telah dicampurkan sejenis herba, dan daging ikan lele dimasak dengan sempurna, jadi terasa lembut dan lunak. Dia berpikir bahwa dagingnnya akan hancur karena karakteristiknya yang lunak seperti tahu, tapi ternyata tidak. Secara alami, bagian luar yang renyah karena digoreng dikombinasikan dengan saus dan rasa lunak dari daging bercampur dengan baik bersama dengan rasa manis dari saus.
Jo Minjoon melihat resepnya. Tidak ada apapun yang berbeda dengan resep tangsuyuk biasanya. Itu adalah resep yang segera muncul di internet saat kau mencarinya. Bau amis ikan dihilangkan dengan lemon, dan adonan ubi dicampur dengan adonan kentang dengan rasio 7:3. Sekarang poinnya adalah mengontrol jumlah minyak goreng yang digunakan.
Tahap selanjutnya seperti biasa. Adonan itu digoreng lalu mendidihkan cuka, gula, kecap asin, dan air adonan mengental. Setelah itu, memasukkan sayuran dan bubuk merica ke dalam saus kemudian memasaknya hingga matang.
Untuk mendapatkan 7 poin di saus itu, tidak hal yang spesial, dia memasaknya dengan penuh kesadaran. Jo Minjoon menikmati tangsuyuk dan berkata,
“Ini enak.”
“Masakanmu juga.”
Mungkin dia tidak terbiasa dengan pujian, tapi Kaya menjawab dengan suara canggung. Jo Minjoon tidak bisa berhenti merasakan keanehan. Seseorang yang biasanya dia lihat di TV sekarang mengatakan bahwa hidangnnya lezat.
Perasaan yang kau dapatkan ketika sesuatu telah berubah dapat dideskripsikan seperti saat ini. Tampak seolah-olah dia selangkah lebih dekat dengan impiannya. Tapi tiba-tiba, Jo Minjoon mulai berpikir. Apa impiannya? Untuk membuat hidangan yang lezat? atau menjadi chef yang terkenal?
Dia tidak terus-terusan khawatir. Kaya berkata dengan muka bersemu merah.
“Aku makan satu lagi yaa.”
“Apa?”
“Aku mau makan satu lagi. Basomu. Jadi kau juga, makanlah 1 lagi tangsuyukku.”
Benar. Ini adalah barter. Jo Minjoon tertawa dan menusukkan garpunya. Benar. Bahkan jika dia membuat hidangan yang lezat, ataupun menjadi seorang chef yang terkenal, jika dia terus memasak dengan hati yang sama seperti sekarang maka…
< 100 chefs (4) > Selesai