Penerjemah: Hennay
Dewa Memasak – Bagian 182: Mengambil Inisiatif (4)
“…Menyerahkan semua padanya?”
Alicia melihat Chen tidak percaya. Chen hanya mengangkat bahu dengan ekspresi santai.
“Ini hanya sesuatu yang banyak dibesar-besarkan di industri saat ini. Tidak ada orang yang bisa memastikan apa yang akan terjadi. Tetapi …bukankah ini sungguh sulit dipercaya?”
“Benar. Aku merasa pernah mendengar sesuatu yang mirip. Mereka bilang saat Rachel Rose meninggal nanti, masing-masing lokasi cabang Rose Island mungkin bisa diteruskan pada chef kepala masing-masing. Apa itu berarti, dia ingin meneruskan Rose Island yang berlokasi di Venice pada Minjoon…?”
“Sejujurnya, sangat tidak mungkin untuk sekarang karena ini baru saja mulai. Plus, kita tidak tahu apakah ini hanya untuk yang berlokasi di venice ataukah pada semua cabang…kita belum tahu.”
“Jika apa yang kau bilang itu benar…”
Alicia melihat Jo Minjoon dengan ekspresi penasaran. Pria muda itu mungkin menjadi pemilik Rose Island, yang mengontrol sisi baik dunia kuliner. Ini semua hanya kemungkinan dan kecurigaan saat ini, tetapi mau tak mau, jantungnya berdebar kencang.
“Aku juga mendengar bahwa Mr. Jeremy punya ekspektasi tinggi terhadap Jo Minjoon.”
“…Pria tua rumit itu?”
“Kukira Minjoon adalah sebuah mutiara hingga seorang pria rumit seperti dia bahkan tidak bisa mengeluh tentangnya.”
Alicia memasukkan pasta terakhir ke mulutnya, ravioli. Dia mulai tersenyum saat jus buat mengalir keluar dari jeli dan kesegarannya membilas kerongkongannya.
“Dan Rachel Rachel sendiri yang akan melatihnya.”
€
“Acara ajang pencicipan berakhir. Semua orang diberi waktu untuk memberikan suara, tetapi hasilnya tidak diungkapkan di depan penonton. Lagipula, ini bukan siaran. Rachel akan mengumumkan hasilnya di Rose Island, yang mana memicu situasi yang tak terduga.
“…Kaya masih tetap sama.”
Chloe tidak tahu apakah harus tertawa atau tidak, jadi dia hanya memasang ekspresi bingung. Jo Minjoon hanya menggaruk-garuk pipinya dengan malu-malu. Rachel mengundang Kaya dan Chloe untuk datang melihat-lihat Rose Island. Begitulah mereka sekarang berada di aula. Saat mereka berdiri di area sempit, pertemuan yang tak terelakkan terjadi.
“…Riasanmu terlalu tebal.”
“Tidak apa-apa memakai riasan tebal. Agar tampak cantik.”
“Itu tidak tampak sebegitu cantik.” jawab Ella dengan ekspresi cemberut. Dari suasana yang terjadi, Kaya dan Ella seolah tahu bagaimana mereka akan memperlakukan satu sama lain sejak mereka bertemu, secara alami, mereka berakhir dalam situasi seperti itu. Kaya telah mendengar tentang Ella dari Jo Minjoon, dan Ella sudah tahu tentang Kaya melalui media.
Semua keluarga dapur fokus memperhatikan perbincangan menghibur di antara mereka. Bahkan Rachel dan Lisa bertopang dagu memperhatikan mereka, tetapi Ella dan Kaya tidak peduli semua tatapan itu saat ini. Ella masih kecil dan Kaya pun juga masih seperti anak kecil dengan cara yang sedikit berbeda dari Ella.
“Kau tahu, baru-baru ini aku juara dua chef tercantik di AS.”
Ella tidak mau kalah. Dia membusungkan dada dan perutnya saat merespon balik.
“Kau tidak akan bisa mendapat posisi pertama. Aku mendapat juara pertama saat kontes kecantikan di Taman Kanak-kanak.”
“Hei! lihatlah dia.”
Kaya menunjuk Chloe lalu berkata dengan nada tinggi.
“Jawab aku dengan jujur. Apa kau percaya diri kau lebih cantik darinya?”
Sebagai rujukan, Chloelah yang mendapat posisi pertama dalam peringkat itu. Dibanding Kaya, Chloe memiliki pesona yang natural tentang dirinya. Peringkat itu bukan hal yang begitu berpengaruh, tetapi Kaya membahasnya berkali-kali dengan Jo Minjoon. ‘Ingatlah kau berkencan dengan wanita paling catik nomor dua dalam industri ini.’. Semacam itu.
Ella melirik Chloe lalu tersentak sedikit dan mengerutkan bibirnya. Dia punya alasan untuk menggerutu pada Kaya, tetapi dia tidak punya alasan untuk melakukannya pada Chloe. Dia tidak memiliki perasaan atau kepercayaan diri untuk bersikap jahat padanya. Pada akhirnya, Ella menghampiri Jo Minjoon dan menggenggam tangan Jo Minjoon dengan erat.
“Paman! Wanita itu jahat padaku.”
“Hei kau, singkirkan tanganmu. Dia pacarku.”
Kaya buru-buru berjalan menghampiri mereka lalu berusaha menarik tangan Minjoon. Tetapi Ella memegang tangan Jo Minjoon dengan erat dan tidak mau melepaskannya. Jo Minjoon tersenyum masam pada Kaya.
“Kaya, Ella itu anak-anak. Jangan marah ya.”
“Kau dipihak siapa sih?” Pihakku? Atau dia?”
“Aku hanya tidak mau pacarku bertengkar dengan anak kecil.”
“…Kau membuatku tidak bisa berkata apa-apa.”
Kaya mundur sambil merajuk. Ella menjulurkan lidahnya keluar sambil menatap Kaya, tetapi syukurlah, pertengkaran tidak berlanjut. Lisa memanggil Ella dengan nada tegas.
“Ella, sini.”
“…Aku tidak melakukan kesalahan apapun.”
“Ibu tidak bilang kau bersalah. Tetapi jika kau terus berdiri di sana, kau akan mendapat masalah. Kemarilah.”
Ella melepaskan lengan Jo Minjoon dengan ekspresi kecewa lalu dia menggerutu dan berjalan menuju Lisa. Suara tegas Lisa dapat didengar semua orang lalu Rachel berdehem untuk mendapat perhatian mereka.
“Menurutku, semua orang telah menikmati waktu menyantap hidangan pembuka, jadi sekarang aku kira kita perlu mengumumkan hasilnya. Bagaimana sebaiknya aku melakukannya? Memberi jeda waktu baru mengungkapkannya ataukah sebaiknya aku mengatakan itu dengan cara biasa saja.
Javier berteriak.
“Katakan dengan biasa saja Guru.”
“Itu memang yang kupikirkan. Kalian para orang muda selalu tidak sabaran. Dan juga, Javier, kau mendapat posisi terakhir.”
“…Apa?”
Javier melongo lalu menyeringai menduga itu hanyalah lelucon.
“Ah, Chef, Jangan bercanda seperti itu. Kenapa aku yang terakhir?”
“Anglaise dengan busa kopi itu tidak buruk. Tetapi itu tidak membuat banyak orang terkesan. Itu adalah hidangan yang lebih cocok menjadi amuse-bouche.”
“…Sebagai lelucon, guru terlalu panjang-lebar menjelaskannya.”
“Aku tidak bercanda. Kerja bagus, Javier. Sayang sekali, tampaknya kau tidak bisa mendapat bagian yang kau inginkan.
Wajah Janet cerah setelah mendengar itu. Javier adalah orang yang juga menginginkan bagian hidangan pembuka. Fakta bahwa Javier menempati peringkat terakhir, hal itu berarti selama Janet bukan peringkat pertama, bagian hidangan pembuka bisa dia raih.
Janet menyeringai sinis lalu berkata pada Javier.
“Terima kasih telah memberikan bagian hidangan pembuka padaku.”
“……Ah, oh!”
Javier terduduk lemas di kursi. Karena situasinya menjadi seperti ini, sekarang yang penting adalah siapa yang mendapat peringkat pertama. Kaya menempelkan dagunya di bahu Jo Minjoon lalu berbisik pelan.
“Kau yakin mendapat peringkat pertama, kan?”
“…Aku yakin, tapi aku sungguh berharap aku mendapat peringkat kedua.”
“Jangan. jadilah peringkat pertama.”
“Kalau begitu, aku akan mengerjakan gastronomi molekuler.”
“Itu asik dan keren. Belajarlah dengan baik jadi kau bisa membuatkan untukku nanti.”
Jo Minjoon tidak merespon. Dia melihat Rachel dengan perasaan gugup. Rachel lanjut berbicara.
“Peringkat ketiga adalah Anderson. Kerja bagus, Anderson. Secara pribadi, aku paling menikmati hidanganmu. Itu broccolini yang sempurna.”
“Terima kasih.” jawab Anderson santai. Dia tidak tampak senang ataupun sedih. Seharusnya dia sedih karena dia telah bekerja keras selama kompetisi dan tidak mendapat hasil yang memuaskan. Namun, selama Minjoon tidak mendapat peringkat kedua dan memilih pasta, bagian itu harus dia dapatkan.
Dengan situasi seperti ini, Janet kembali gugup. Jika dia berakhir peringkat pertama, dia tidak akan mengerjakan bagian hidangan pembuka. Bukan karena dia benci ganstronomi molekuler, tetapi ada satu hal yang dia pahami setelah mempelajari gastronomi molekuler di sepuluh hari terakhir. Gastronomi molekuler membutuhkan presisi yang sangat tinggi saat bekerja, dan itu…
‘sangat merepotkan.’
Gastronomi molekuler adalah masakan yang sangat ilmiah. Itu berarti, jika kau membuat kesalahan kecil dalam pengukuran, kau akan mengacaukan keseluruhan hidangan. Tentunya sama halnya ketika berkaitan dengan memanggang, tetapi pengukuran bukan hanya satu-satunya masalah dalam gastronomi molekuler.
Sebagai contoh, jika melihat pasta jeli Jo Minjoon, kita perlu menggunakan sebuah suntikan atau selang untuk mendorong udara ke dalam dan mengeluarkan mie. Pada hidangan Janet, kita membutuhkan suntikan untuk memasukkan kaldu ke dalam film. Ada banyak sampel yang mana itu adalah hidangan rusak karena filmnya robek saat proses.
Ada banyak aspek gastronomi molekuler yang sangat sensitif, hampir seolah kita melakukan operasi medis. Meskipun membutuhkan waktu yang sama, gastronomi molekuler membutuhkan konsentrasi dan stamina lebih banyak dari pada bagian lain. Itulah yang dibutuhkan gastronomi molekuler. Jo Minjoon berbisik pada Kaya singkat.
“Jika aku berakhir di gastronomi molekuler, aku akan terlalu lelah untuk bertemu denganmu.”
“Aku terseret ke sana dan ke sini setiap saat tanpa mengeluh.”
“Ini lelah yang berbeda.”
“Berhentilah merengek. Jika kau lelah, aku akan mengisi dayamu kembali. Seperti ini.”
Tiba-tiba Kaya mencium pipi Jo Minjoon. Jo Minjoon menelan ludah, ekspresinya gugup. Meskipun Chloe telah menata hatinya, Jo Minjoon masih cemas Chloe akan terluka. Jo Minjoon berguman dengan suara pelan.
“Orang-orang menonton. Apa yang kau lakukan begitu tiba-tiba.”
“Mengisi dayamu. Lagipula, bukankah kau yang tidak peduli kalau orang-orang menonton?”
Dia tidak bisa berkata apa-apalagi. Minjoon hanya melihat ke arah Rachel. Rachel tersenyum lalu berkata.
“Apa pertengkaran cinta kalian sudah selesai?”
“…Maaf.”
“Tidak perlu meminta maaf. Cinta seringkali memberikan motivasi bagi seniman. Khususnya untuk sesuatu seperti gastronomi molekuler yang penuh dengan kesegaran, cinta akan menjadi kekuatan yang besar.”
“Hahaha. Guru berbicara seolah aku akan menangani gastronomi molekuler.”
Rachel tersenyum lagi lalu menjawab.
“Selamat. Kau pemenangnya.”
€
“…Ini mungkin pertama dan yang terakhir kalinya dalam hidupku aku merasa aneh saat menjadi pemenang.”
Jo Minjoon berguman dengan suara pelan. Di malam hari. Jo Minjoon berada di rumah Kaya. Tentu tidak hanya dia, ada Anderson, Chloe, dan Kaya bersama dengannya.
Tidak ada pilihan lain. Chloe berbagi rumah dengan agennya, rumah Anderson milik Amelia dan Fabio, sedangkan Jo Minjoon tinggal di rumah Rachel. Bukan karena mereka tidak bisa menerima tamu di rumah mereka, hanya saja mereka merasa tidak nyaman.
Pada akhirnya, tempat Kayalah satu-satunya tujuan mereka pergi tanpa ragu. Kaya mengigit pizza yang penuh dengan keju lalu berkata.
“Kenapa sih? Seberapa hebat gastronomi molekuler? Itu sesuatu yang bahkan tidak bisa kau lakukan di semua tempat karena mereka tidak memiliki peralatannya. Selain itu, kau bahkan bisa memilih chef preparasi yang kau mau. Ada keuntungan menjadi pemenang.”
“…Aku ingin bekerja di bagian hidangan utama. Aku juga ingin bagian pasta.”
“Jangan mimpi yaa. Bagian pasta milikku.”
“Diamlah, juara tiga.”
Anderson hendak mengumpat marah, tetapi hanya bergumam dalam hati lalu meminum air sodanya. Chloe tersenyum seperti bayi lalu berkata.
“Tetapi ini tetap hal yang bagus. Kita berempat bisa bersama-sama seperti ini. Ini mengingatkan aku tentang masa lalu.”
“Aneh mendengarmu menyebut masa lalu. Itu hanya beberapa bulan yang lalu sejak kompetisi berakhir.”
“Tetapi itu tetap saja terasa sudah lama sekali. Ada banyak sekali yang terjadi setelahnya.”
“Iya, Kaya menjadi Chef Cinderella nasional, sementara kau, Chloe, menjadi chef paling cantik di penjuru negeri.”
“…Jangan lakukan itu. Itu memalukan.”
“Apa yang akan Kaya lakukan jika kau malu. Dia terlalu pamer dia menjadi juara dua.”
Kaya tersedak pizza lalu meninju Minjoon dari samping. Pipinya memerah kemudian berteriak.
“Kapan aku melakukannya?! Aku tidak pernah pamer!”
“Apa yang kau katakan pada Ella hari ini itu pamer.”
“Itu karena dia anak kecil. Aku menjadi kekanak-kanakan seumuran dia. Menyamakan level dengan orang-orang yang kau temui. Apa kau pernah mendengarnya?”
“Menurutku, kau bukan menyamakan level, melainkan kalian berdua memang berada di level yang sama.”
Mendengar jawaban cepat Jo Minjoon, Kaya menatap Jo Minjoon dengan geram. Chloe buru-buru mengubah topik.
“Omong-omong, ini bagus kita pergi ke hotel Kaya. Aku khawatir kita hanya akan berjalan-jalan di luar.”
“Sepertinya aku juga akan segera menyewa tempat. Aku di sini cukup lama. Tetapi biaya sewa tempat tinggal di lingkungan ini terlalu mahal.”
“Sulit menemukan tempat yang layak di bawah $1000 per bulan di sekitar sini. Bisa lebih murah jika berbagi kamar dengan orang lain…tetapi sejujurnya, aku tidak mau berbagi kamar dengan orang asing.”
“Aku tidak butuh apapun yang penting tidak ada kecoak.”
Kaya berkata dengan ekspresi gugup. Dia menatap Jo Minjoon.
“Aku harap Minjoon tinggal denganku. Lalu dia bisa membunuh semua kecoak yang ada.”
“Tidak. Aku kabur saja.”
“…Pecundang.”
Kaya bergumam dengan ekspresi kecewa. Chloe berkata.
“Agenku akan segera pindah karena dia akan menikah. Biaya sewaku juga akan naik. Hanya memikirkan harus mencari tempat baru, membuatku sakit kepala.”
“Ini serius. Akan bagus jika kita semua tinggal bersama.”
Ketika Kaya mengatakan itu, sontak hening. Kaya tampak bingung lalu perlahan berkata.
“Minjoon, kau bilang kau tidak berencana lanjut tinggal di rumah Rachel, kan?”
“Iya. Segera setelah aku mulai mendapat gaji, aku harus mencari tempat tinggal sendiri. Aku tidak bisa menjadi beban.”
“Anderson, bagaimana denganmu…”
Kaya melihat Anderson sejenak lalu berkata seolah memprovokasinya.
“Kau bilang kau ingin jauh dari orang tuamu dan menjadi independen.”
“Itu benar tapi kenapa? Mungkinkah kau…”
Dia mengangguk. Matanya berbinar saat dia melihat mereka bertiga.
“Haruskah kita semua tinggal bersama?”
<Mengambil Inisiatif (4)> Selesai