God of Cooking – Bagian 204 < Satu, Dua, Tiga (1) >
Translator : Hennay
Editor : MEIONOVEL.ID
Musim gugur di California tidak begitu dingin. Mirip dengan penghujung musim gugur dan musim panas di Korea. Udara hangat itu berubah panas di dalam dapur. Bukan sebuah kejutan, karena api keluar dari banyak tungku di waktu yang sama.
Tetapi Kaya tidak bisa merasakan panas itu sekarang, AC di dalam dapur cukup dingin, tetapi bukan hanya itu alasannya. Benaknya penuh dengan pikiran kejadian yang akan segera datang hingga sulit untuk merasakan panas.
“Kaya, apa kau baik-baik saja? Kau tampak gugup.”
George, yang merupakan chef kepala restoran yang sebenarnya, bertanya pada Kaya. Kaya menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak baik-baik saja. Aku gugup setengah mati.”
“Maaf. Akan hebat jika kau punya banyak waktu untuk memasaknya sendiri.”
“Aku tidak akan mengeluhkan tentang betapa tidak kompetennya aku. Jadi, diamlah dan berhenti menyulut emosiku.”
“…Itu sangat kasar sekali untuk seseorang yang baru saja mengatakan bahwa dia tidak akan mengeluh.”
Kaya tidak menjawab, dia hanya menatap aula. Setelah beberapa saat. Kaya membuka mulut dengan gugup saat dia melihat tiga orang menuju meja.
“Aku akan kembali.”
“Jangan khawatir soal dapur dan selamat menikmati. Aku akan menjaga tempat ini dengan baik.”
Sungguh tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena apa yang biasanya dilakukan Kaya hanyalah menemui orang-orang. Tetapi berbeda dengan hari ini. Di luar semua menu restoran di sana ada empat hidangan yang Kaya rencanakan dan membuat hidangan-hidangan itu sendiri.
Kaya keluar lalu duduk. Dia tersenyum pada tiga orang itu.
“Terima kasih telah datang pada hari spesialku ini.”
“Ini tentang dirimu, jadi tidak ada alasan untuk menolaknya.”
“Anderson, terima kasih sudah datang, tapi jangan jadi brengsek yaa. Aku mulai menyesal mengundangmu.”
Kaya sedikit mengerutkan dahi. Jo Minjoon menekan dahi Kaya dengan jarinya lalu berkata.
“Jangan mengerutkan dahi. Nanti kau keriput.”
“Apa kau khawatir?”
“Bagaimana mungkin aku tidak khawatir. Kau kan pacarku.”
Kemudian Kaya tersenyum lalu mencium pipi Jo Minjoon. Anderson yang melihat mereka dan Chloe yang duduk di sebelah mereka menghela napas dalam melihat adegan itu. Keduanya menghela napas dengan alasan yang berbeda tetapi mereka berdua lelah akan Kaya dan Jo Minjoon. Dengan hati-hati, Chole mulai membuka topik baru.
“Lihat, kalian berdua seperti sepasang burung merpati. Kaya, bisakah kau mulai dengan menu perkenalan?”
“Oh, iya. Pada dasarnya, ini adalah menu 3 set tetapi pelanggan kami tidak benar-benar peduli dengan itu dan hanya memesan apa yang mereka mau.”
“…Mereka tidak peduli dengan set menu?”
Anderson berekspresi aneh saat dia mendengar sesuatu yang ganjil. Kaya mengangguk.
“Kukira restoran kami tidak benar-benar tampak sebagai restoran makan malam mewah. Jadi pelanggan tidak benar-benar mengharap makan malam yang mewah. Kami punya menu 3 set, tetapi biasanya mereka memesan hidangan tersendiri. Karena perbedaan harganya pun tidak terlalu besar.”
“Jadi, apa yang kau buat?”
“Hidangan pembuka, utama, dan penutup, masing-masing satu. Nama menu set ini adalah Menu Lengkap Original Kaya.”
“……Itu jelek.”
Saat Anderson mengatakan itu Kaya melotot padanya lalu menghela napas. Kaya pun tidak suka nama itu. Kaya berkata saat melihat dua temannya yang lain.
“Omong-omong, untuk pertama kalinya aku bisa dengan bangga mengatakan bahwa hidanganku ada di menu. Aku senang aku bisa berbagi hari ini dengan kalian, teman-teman.”
“Yang senang itu aku. Aku bisa ditraktir oleh chef kepala hari ini.”
Chloe menjawab dengan senyum hangat. Saat roti tinta cumi disajikan, Chole bertanya pada Anderson dan Jo Minjoon.
“Tapi kenapa kalian bisa berada di sini seperti ini? Dua hari lagi adalah hari pembukaan.”
“Kami libur hari ini. Kami akan sangat sibuk setelah dua hari ke depan, jadi Chef Rachel mengatakan pada kami untuk memikirkan hari ini sebagai hari libur terakhir kami.”
“Hah? Kalian tidak punya hari libur di restoran?”
“Kami beristirahat di hari minggu, tetapi tampaknya kita harus berlatih memasak atau memikirkan menu baru alih-alih berlibur.”
“Sibuk sekali.”
“Yah, siapa yang tidak sibuk di sini?”
Jo Minjoon mengangkat bahu dan menggigit roti tinta cumi. Roti itu tidak begitu lezat, hanya roti biasa, yang mana kau akan mengatakan ‘yah, roti yang seperti inilah yang ada di restoran.’ Chole berkata saat dia tampaknya mengingat sesuatu.
“Jika dipikir-pikir, aku melihat gambar itu, Minjoon. Seseorang yang bersama dengan para chef kepala dan juga Ella. Tetapi hanya Ella yang menarik pandanganku.”
“Aku tahu. Bahkan semua orang di Starbook membicarakan Ella.”
“Mungkin dia akan menjadi maskot restoran utama.”
“Yah mungkin.”
“Si genit bodoh itu…”
Kaya menggerutu dan mengerutkan dahi membencinya hanya dengan memikirkan Ella. Jo Minjoon tertawa lembut lalu mencubit pipi Kaya.
“Jangan membenci anak kecil.”
“Kalian semua mengatakan itu karena dia memperlakukan kalian dengan baik. Dia bersikap menjengkelkan padaku.”
“Bukankah itu karena Ella suka Minjoon?”
“Aku juga tidak suka itu. Anak itu seharusnya menyukai anak kecil lain. Berani-beraninya dia memikirkan pacarku.” jawab Kaya manyun.
Beberapa saat kemudian, hidangan pertama disajikan. Itu adalah sup. Jo Minjoon mencium aromanya lalu bertanya pada Kaya.
“Ini terbuat dari labu dan…buah. Persik? Bukan. Pear, bukan?”
“Wow. Hidungmu semakin lama semakin baik.”
“Aku selalu berlatih.”
Dia lelah menyembunyikannya, tetapi ekspektasi orang-orang terhadap pencicip mutlak menjadi beban bagi Jo Minjoon. Apa yang dia punya bukanlah indera pengecap yang mutlak, hanya semacam sistem yang bagus. Jadi, dia harus menganalisis dan memilah cita rasa dengan obsesif. Kemanapun dia pergi, orang aorang akan tetap berharap banyak darinya, jadi lebih baik dia melatih dirinya sendiri mendekati seorang pengecap mutlak.
Yang lucu adalah semua usahanya membuahkan hasil. Semakin dia mencoba untuk merasakan semakin banyak yang mampu dia rasakan, dan secara khusus hidungnya semakin sensitif. Lebih tepatnya, indera yang paling sensitif adalah penciumannya. Itu masuk akal jika kau berpikir betapa cita rasa dan aroma saling terhubung, tetapi itu juga perkembangan yang tak terduga.
Enak.
Dengan satu suapan, Jo Minjoon mengangguk puas. Sup itu menunjukkkan orang seperti apa chefnya, dan orang itu adalah Kaya. Kasar di luar, tapi lembut dan hangat di dalam. Tidak pamer dan hanya memikirkan pelanggan seutuhnya. Seperti itulah hidangannya. Jo Minjoon perlahan-lahan membuka mulutnya,
“Aku teringat apa yang kita bicarakan sebelumnya. Kaya, kau bilang kau ingin punya sebuah restoran yang bahkan para gangster miskin pun bisa datang tanpa ragu. Aku bisa melihat bahwa kau masih memilki impian itu melalui hidangan ini.”
Kaya sendiri adalah gangster miskin, jadi dia tahu bagaimana rasanya lebih baik dari yang lain. Jo Minjoon meletakkan tangannya di bahu Kaya sejenak. Kaya menyentuh bahunya yang baru saja disentuh Jo Minjoon lalu berkata dengan nada santai.
“Aku tidak ingin membuat hidangan untuk pamer. Minjoon, kau bilang kau menyukai sebuah restoran yang mana kau bisa menggunakan bahan-bahan bagus sebanyak yang kau mau?”
“Yah, kukira begitu. Fakta bahwa kita tidak bisa menggunakan bahan-bahan bagus karena harganya…itu sangat disesalkan. Aku ingin menggunakan setiap bahan yang ada di dunia.”
“Satu hal yang pasti adalah kau harus sangat pintar karena orang-orang tidak suka pada chef yang menggunakan bahan-bahan mahal lalu membuat hidangan mahal menjadi biasa saja.”
“Aku hanya perlu membuat sebuah hidangan 1000 dollar dengan bahan seharga 100 dollar.”
“Silakan. Aku akan mendukungmu.”
Kaya tersenyum. Para chef, yang sedang menatap meja Kaya, merasa sangat tidak familier dengan cara Kaya tersenyum. Kaya selalu kasar dan dingin seperti landak saat didapur tetapi lihatlah bagaimana dia bisa tersenyum seperti itu di depan pacarnya. Tentunya Kaya tidak bisa merasakan orang-orang memelototi dirinya. Dia penuh suka cita hanya dengan berbincang dengan teman-temannya. Teman-teman. Alami untuk mengatakannya sekarang, karena bahkan saat Kaya mulai Grand chef, dia tidak punya satu orang pun untuk diandalkan.
“Bagus sekali. Kaya. Kami adalah pelanggan pertama yang mencicipi hidanganmu.”
Jadi kata-kata dan pujian mereka sama berharganya seperti emas. Hari yang baik dengan orang-orang baik di tempat yang baik dan membicarakan hal baik. Kaya tidak pernah menduga memiliki hari seperti ini, jadi, ini adalah momen bahagia baginya. Kaya perlahan membuka mata.
“Itu jadi mungkin karena dukungan dari semua orang. Ada waktu-waktu di saat aku ingin menyerah. Membuat resep baru lebih sulit dari yang kukira dan terkadang aku merasa seperti seorang anak kecil yang bermain-main sebagai chef, bukan chef yang sesungguhnya…Khususnya Minjoon, terima kasih untuk selalu ada untukku.”
“Kau tidak perlu berterima kasih untuk sesuatu yang layak kau dapatkan.”
“Ini semua yang bisa kuberikan pada kalian, teman-teman. Jadi diam dan dengarkan. Ketika aku mengatakan terima kasih.”
“…Bukankah itu terlalu kasar untuk orang yang berterima kasih?”
Saat Jo Minjoon mengatakan itu, Kaya tersenyum dengan seksi lalu bersandar di leher Jo Minjoon. Suaranya menggelitik leher Jo Minjoon.
“Kau ingin sesuatu yang lebih kasar?”
“……Hei. Ada orang di depan kalian dan banyak lho.” kata Anderson dengan jengkel.
Dengan canggung, Chole mengipasi dirinya sendiri dengan tangannya, dan semua orang di sekitar meja itu melihat Jo Minjoon dan Kaya. Bahkan chef di dapur melihat mereka. Kaya melepas lengannya dari Jo Minjoon lalu mengangkat kedua tangannya seolah menyerah.
“Bisakah kalian tidak melihat kami? Kalian semua tampaknya berpikira kotor.”
“Kalian berdua yang tidak peduli ada orang lain. Aku bertanya-tanya kenapa semua adegan ciuman ini muncul di internet…tidak heran.”
Kemudian, hidangan berikutnya muncul. Daging kukus yang dikukus dengan wine. Itu adalah fillet daging dan di sebelahnya ada bawang goreng dan sari anggur yang dibentuk menjadi jeli. Chole berseri-seri karena penasaran lalu berkata.
“Sepertinya kau juga mencoba metode masak molekuler. Kau membuat jeli.”
“Yah, jeli itu lebih seperti sebuah hidagan klasik dari pada hidangan molekuler modern. Konsep membuat saus dalam bentuk jeli itu sangat kreatif. Dan…metode masak molekuler, aku harus melakukannya mulai sekarang dan seterusnya karena kadang-kadang aku memasak hidangan molekuler di rumah Minjoon.”
“Apa kau masih bertanggung jawab membuat sarapan?”
“Tapi kadang-kadang, Minjoon membantu. Dia baik. Berbeda dengan penjahat Disney yang di sana.”
“…Penjahat yaa penjahat. Kenapa aku harus penjahat Disney?”
“Karena kau terlalu biasa.”
Kaya menjawab dengan sinis karena Anderson menanyakan hal yang sangat jelas. Anderson memotong-motong daging dengan wajah kesal. ‘Aku akan membuat kekacauan di ruang tamu.’ Dia merencanakan skema jahat pada saat Kaya beres-beres rumah.
Daging kukus itu juga lezat. Terus terang masakan itu sulit dibandingkan dengan masakan Rose Island. Bukannya hidangan Kaya buruk atau semacamnya, melainkan apa yang ditunjukkan Rose Island dan Kaya sangatlah berbeda.
Rose Island menekankan cita rasa dan harmoni dari setiap gigitan yang diberikan oleh suatu hidangan. Berfokus pada aspek estetika menikmati rasa daripada membuat kenyang …… tapi hidangan Kaya sangat mendasar. Hidangan enak yang membuatmu kenyang. Daging kukus itu sendiri berukuran sangat besar.
Dan Kaya memasukkan semua elemen dasar suatu hidangan ke dalam daging kukus. Jika kita mencari ekspresi kemiripan, itu sebuah hidangan yang seorang nenek berikan untuk cucunya Bisa dirasakan bahwa chefnya ingin pelanggan kenyang.
Dan cita rasanya tidak hanya mendasar. Dari setiap gigitan, rasa anggur tidak terasa tajam tetapi lembut dan empuk, dan saat bertemu dengan jeli anggur, rasa manisnya secara dramatis membaik. Itu adalah hidangan yang kuat seperti halnya Kaya. Setelah itu, Chole berguman pelan.
“…Aku iri padamu.”
“Hah?
“Iya. Fakta bahwa kau bisa memasak hidangan semacam ini, membuatku iri padamu. Kukira ini adalah jalan seorang chef. Tapi aku, aku muncul di TV sebagi chef bintang tapi aku tidak pernah bekerja di restoran sebelumnya. Jadi hari ini…aku berpikir banyak hal. Mungkin sebaiknya aku berhenti dan bekerja di restoran.”
“Apa kau gila?”
Kaya segera menjawab tanpa ragu. Chloe tampak terkejut saat dia tidak menyangkan Kaya bereaksi begitu cepat. Kaya berkata dengan nada keras.
Ketika seseorang ada di dapur, yang lain harus ada yang di depan kamera. Chloe, yang kau lakukan itu hebat. Orang-orang menyayangimu dan kau melakukan pekerjaan dengan baik. Hanya karena kau tidak berpengalaman di dapur, bukan berarti kau tidak kompeten.”
“Itu..benar.
“Berbanggalah, Chloe. Kau itu seorang bintang. Seorang bintang lho. Dan kau juga wanita yang paling cantik yang kukenal. Jangan dengarkan apa yang orang lain katakan. Tidak ada habisnya memenuhi ekspektasi orang-orang. Lakukan saja apa yang perlu kau lakukan. Kau cukup bagus dalam melakukan itu.”
“…Terima kasih.”
Chloe merespon karena dia terharu. Jo Minjoon mengangguk setuju lalu bertanya pada Kaya.
“Jika kau tahu dengan baik kenapa kau begitu peduli dengan komentar buruk?”
Kaya tersenyum.
“Diamlah.”
< Satu, Dua, Tiga (1) > Selesai.