Penerjemah: Hennay
Dewa Memasak: Bagian 224 <Natal penuh kasih (3)>
Tentunya, hidangan itu tidak seperti mendinginkan hawa di meja dengan cepat. Tetapi, itu memberi mereka ruang untuk bernapas. Lagipula, Grace berusaha tersenyum. Dia melihat Minjoon dengan tatapan penuh kasih lalu menoleh dan tersenyum pada Kaya.
“Betapa noraknya pacarmu, Kaya.”
“Itulah yang membuatku jatuh cinta.. Lagipula aku juga norak.”
“…Bukankah sebelumnya kau mengatakan kau menyukai sisi dewasanya?”
Jo Minjoon melihat Kaya dengan wajah kecewa. Kaya hanya mengabaikannya dengan tersenyum. Ketika dia dengan gugup melangkah maju, Kaya meraih pipi Minjoon.
Apa yang terjadi setelahnya jelas. Kaya menarik Jo Minjoon, lalu Minjoon tersandung kembali setelah itu dengan merona. Semua pelanggan sedang memperhatikan dia dengan senyum di wajah mereka. Minjoon berteriak pada Kaya sepelan mungkin.
“Apa yang kau lakukan di tempat kerjaku?!”
“Bukankah ini mengasyikkan, melakukan hal semacam ini ditempat yang seharusnya tidak boleh?”
“Bagimu, iya, tapi buatku…”
“Apa yang kau lakukan? Sekarang kau membuatku merasa malu juga. Berhentilah bersikap seperti anak kecil.”
“Waktu itu kau memintaku bersikap cenderung seperti itu, dan…”
“Ck ck ck, kalian orang dewasa, berhentilah mengambil hati anak kecil terlalu banyak.”
Kaya membalas sangat banyak untuk semua yang dikatakan Minjoon hari ini. Minjoon hanya berakhir membelalak pada Kaya sejenak, sebelum kemudian menyerah.
“Ini terasa seperti delima, kan?”
Minjoon penasaran apa yang dia tanyakan sejenak, tetapi itu menjadi jelas apa yang dia bicarakan ketika dia mendecakkan bibirnya sedikit. Minjoon mengalihkan pandangan sejenak dengan wajah memerah. Itu semacam hal yang tak terpikirkan baginya, orang Asia. Melakukan sesuatu seperti ini di depan para orang dewasa…
‘Jiwa Amerika, hah. Betapa mengejutkan.’
Grace dan Bruce tampak sungguh tidak keberatan, syukurlah. Jemmalah yang tampak gugup, sebenarnya. Dia seharusnya sudah sekolah menengah atas sekarang. Perasaannya pasti sudah campur aduk saat ini.
‘Aku tidak pernah berpikir hal-hal akan berubah seperti ini.’
Itu sedikit mengejutkan tetapi setidaknya secara umum suasana hati di meja menjadi lebih baik. Minjoon berbicara pada Jemma.
“Apa kau suka makanannya, Jemma? Apa itu enak?”
“I-iya. I-ini seenak y-yang kakak buat.”
“Oh, itu terdengar aku telah membuat sesuatu yang menakjubkan, kalau begitu.”
Jemma tersenyum. Bibirnya yang bergetar tidak membiarkan dirinya tersenyum lebar, tetapi…Bagi Minjoon, tidak ada senyum yang lebih ceria dari pada ini.
Ada sebuah stigma di luar sana untuk orang kaya dan orang miskin…bahwa orang kaya hidup dalam cangkang yang hampa dan membosankan. Sedangkan orang miskin menemukan kebahagiaan pada hal-hal kecil. Tentunya, ini tidak benar. Kadang-kadang, itu terjadi, tetapi tidak sering.
Sulit bagi orang miskin untuk tidak menemukan kebahagiaan. Sebuah cambuk dapat membuat seekor kuda berlari tetapi juga bisa membuat kuda itu menyerah. Sebuah kehidupan dengan hanya ada cambuk dan tidak ada wortel, betapa kejamnya itu?
‘…Tidak, semestinya mereka punya wortel dalam hidup mereka’
Barangkali keluarga mereka sendirilah yang menjadi kekuatan yang memotivasi mereka. Bukan, jelas, memang itu. Mereka mungkin menjadi beban berat bagi satu sama lain pada waktu-waktu tertentu, tetapi pada saat yang sama, mereka harus saling memotivasi dengan baik. Itulah alasan mereka tumbuh bersama dengan sangat baik. Jo Minjoon melihat Grace.
“Anda hebat, Mrs. Grace.”
“Hm? Ada apa dengan pujian itu?”
“Aku baru saja terpikir…pasti sulit membesarkan dua putri yang cantik dengan situasimu.”
Grace melongo menatap Jo Minjoon. Matanya mulai memerah saat dia memikirkan masa lalu. Bruce mengulurkan tangannya berusaha menenangkan Grace, tetapi sedikit tersentak di tengah dan menyerah. Barangkali dia terpikir dia bahkan tidak bernilai melakukan hal semacam itu. Grace tenang beberapa saat kemudian lalu menatap Minjoon dengan tersenyum.
“Maaf, mendengar itu semua secara tiba-tiba… membuatku kacau.”
Suaminya–dia sungguh bukan siapa-siapa lagi– muncul setelah dua dekade. Mengatakan pada Grace bahwa dirinya akhirnya sukses. Alasannya sederhana. Hutang menjatuhkan dirinya saat bisnisnya gagal, dan mengharuskan dia lari dari keluarganya.
Grace tahu semua ini. Tetapi dia tidak peduli. Dengan lari, dia orang yang buruk. Itulah yang dia pikirkan dan itulah yang ingin Grace pikirkan. Dia tidak ingin orang itu kabur.
Tetapi orang itu kembali. Seperti Musa. Dengan buah sukses di tangannya. Dia berbeda dari yang sebelumnya. Dia dapat dengan mudah membimbing mereka kembali damai dan bahagia. Tetapi hal ini membuat Grace khawatir. Dia berkata dengan suara gemetar.
“Bruce, aku akan mengakuinya. Kau sudah sukses. Kau mungkin bisa melakukan lebih untuk Kaya daripada yang bisa kulakukan. Aku selalu menekan Kaya untuk berjalan di sisiku, tetapi kau dengan mudah membawanya dan mengambilnya ke tempat yang tidak bisa aku datangi.”
“Bu!”
Kaya membelalak pada Grace. Tetapi Grace tidak menatap balik Kaya. Itulah yang paling mengganggunya. Bayangan menjadi seorang ibu yang tidak bisa membantu. Bukan, dia bisa menerima fakta itu dengan baik. Akan tetapi, memikirkan bahwa Bruce, seseorang yang telah menghilang selama 20 tahun bisa menjadi orang tua yang lebih baik daripada dirinya…itulah yang menyakitinya.
Kemudian, Bruce berkata.
“Grace, aku bahkan tidak pernah berpikir hal aneh semacam itu.”
“Kenapa kau menganggap itu aneh? Itu logika sempurna yang terpikirkan.”
“Tidak, itu sama sekali tidak logis. Iya, aku kaya sekarang. Aku bisa membelikan Kaya rumah dan mobil. Tetapi tidak peduli apa pun yang aku lakukan padanya, aku tidak akan pernah bisa menggantikan posisimu sebagai orang tua. Seperti itulah orang tua.”
Grace tidak bisa merespon. Dia tidak benar-benar yakin. Kaya berkata juga, dia tampak seperti preman jalanan dengan riasan yang dia pakai, tetapi kata-katanya sangat lembut.
“Mom, apa kau ingat restoran Italia waktu itu di pasar?”
“…Iya, ingat. Chefnya selalu berkata bahwa dia orang Italia, tetapi kenyataannya orang Finlandia. Penipu brengsek.”
“Makanannya juga buruk. Al dente pantatku, pastanya selembek tai. Plus, bahkan tomatnya tidak segar. Adonan pizza juga hampir terasa seperti baguette.”
“Iya, betul. Ada apa?”
“Aku merindukannya.”
Kaya tersenyum. Matanya menyusuri leher Grace. Menerawang ke masa lalu.
“Aku ingat menyukai momen itu, pergi ke restoran itu setelah bekerja. Aku pergi ke semacam restoran mewah sekarang, tetapi…aku masih merindukan citarasa itu. Aku akan merindukannya, bagaimanapun. Dan kau di sana denganku juga. Ayah tidak. Tidak ada yang bisa mengubah itu. Jadi berhentilah memikirkan hal aneh semacam itu. Tolong. Jika kau masih memikirkan…”
Kaya sedikit tersedak, lalu menarik napas. Jemma memeluk Kaya. Dia tampak agak sedih juga. Grace melihat Kaya dengan wajah rumit.
“…Baiklah. Maaf.”
Minjoon tidak yakin dengan situasi ini. Apa itu sedih? Apakah itu haru? Well, apapun itu, jelas itu adalah langkah yang harus dilalui keluarga itu Tetapi yang lebih penting sekarang, ada pelanggan lain untuk dilayani.
Dia ingin di sebelah mereka, tetapi dia harus ada di dapur.
‘Orang-orang punya tempatnya sendiri.’
Hal yang bisa dia lakukan hanyalah mengharapkan kebahagiaan mereka. Minjoon menuju ke meja berikutnya. Dia tersenyum sambil memegang teko.
“Bagaimana makan malam Anda?”
€
Jelas, keluarga itu tidak bisa benar-benar sembuh hanya setelah satu kali sesi makan. Mereka masih butuh waktu. Namun, makan malam berakhir bahagia itu bagus. Saat Kaya mengantar Grace dan Jemma kembali ke hotel mereka, Grace berkata.
“Kau harus bertemu pria yang baik. Aku tidak ingin kau menderita seperti aku.”
“Minjoon orang yang baik, kau tahu itu.”
“Well, iya. Aku membicarakan yang setelahnya.”
“…Kenapa kau berbicara seolah aku akan putus?”
“Bagus jika kau terus bersama dia selamanya. Tetapi tidak umum bagi orang seusiamu untuk mempertahankan hubungan selama itu, kau tahu?”
“Aku akan menikah dengannya. Atau tetap lajang. Jadi, jangan bilang begitu.”
“Tentu, tentu.”
Grace tersenyum. Saat Kaya melihat Grace dengan tatapan kecewa, Jemma tersenyum.
“Aku akan suka melihat kalian berdua bersama.”
“Jangan khawatir. Itu tidak akan lama. Kita bahkan akan punya anak. Aku bahkan sudah menentukan nama. Arnold untuk anak laki-laki, dan untuk anak perempuan.. Agh, apa yaa?”
“Berapa banyak?”
“Dua. Jika lebih pasti akan sulit bagiku untuk mengasuh dan bekerja.”
“Kau terdengar seolah sudah menikah.”
Grace melihat Kaya tidak percaya. Kaya tersenyum. Pada saat itu, Grace hanya bisa setuju dengan gagasan bahwa cinta membuat seseorang semakin cantik. Tidak ada yang lebih cantik dari Kaya saat ini. Grace menghela napas.
“Aku tidak tahu kenapa kau menjadi chef tercantik kedua di acara itu. Kau terlihat lebih cantik dari pada Chloe, anak itu.”
“Ibu Chloe mungkin tidak setuju. Jangan khawatir soal itu. Siapa yang peduli soal peringkat. Minjoon berpikir akulah yang paling cantik, dan itu saja cukup.”
“Benarkah?”
“Tentu saja.”
“Kau harus hati-hati. Sulit untuk selalu menunjukkan sisimu yang cantik saat kau hidup bersama. Kau tidak sendawa atau kentut di depannya, bukan?”
“Tidak! …Mungkin iya.”
Kaya merespon dengan percaya diri pada awalnya, tetapi dia menjadi tidak yakin pada dirinya sendiri. Grace menghela napas. Gadis itu sudah dewasa tetapi dia punya sisi yang sangat kekanak-kanakan. Hal itu membuat Grace khawatir. Begitu mereka sampai, Grace melihat Kaya untuk yang terakhir kali.
“Aku percaya padamu. Aku bisa, kan?”
“Tentu saja. Jangan khawatir.”
Saat Kaya kembali ke rumah, dia mulai berpikir serangkaian hal. Pernikahan. Anak-anak. Semua itu belum benar-benar terdengar nyata baginya. Namun, semua itu akan menjadi kenyataan di masa mendatang. Ketika dia pulang, dia mengetahui Minjoon baru saja sampai di rumah. Anderson menurunkan Minjoon dan pergi tanpa berkata apa-apa. Kaya bertanya pada Minjoon dengan wajah terkejut.
“Apa-ap, ke mana dia pergi?”
“Katanya dia punya urusan. Aku sungguh tidak tahu.”
“Apa dia melakukan itu karena kita?”
“Aku bilang padanya dia tidak perlu melakukan itu. Tetapi tampaknya dia benar-benar sedang punya urusan.”
“Aneh. Kukira dia tidak punya teman. Apa kau tahu siapa?”
“Maksudku, tidak seperti aku bisa bertanya…”
Minjoon tersenyum dengan ekspresi cemas. Kaya memikirkan beberapa kemungkinan selama sesaat sebelum tersenyum dan mendorong punggung Minjoon.
“Terserah. Ini akan bagus kita berduaan saja. Ayo masuk, di sini dingin.”
Sesaat kemudian, mereka berdua berbaring nyaman di tempat tidur mereka masing-masing. TV di satu sisi menampilkan suatu program. MCnya adalah seseorang yang Minjoon sering lihat di Rose Island. Minjoon yang pertama berbicara.
“Bagaimana ibumu?”
“Dia baik-baik saja. Dia tidak selemah itu. Tidak perlu khawatir.”
“Kau?”
“…Siapa tahu, aku punya hal-hal berbeda dalam benakku.” kata Kaya saat dia melihat ke dalam tasnya.
Apa yang keluar adalah kaus kaki berwarna merah. Minjoon tersenyum.
“Apakah di dalam kaus kaki itu ada hadiah untukku?”
“Tidak, tidak ada.”
“Kenapa kau tidak memasukkannya, kalau begitu? Kau tidak percaya pada Santa, yaa?”
“Aku membelinya untuk hal lain… Well, karena Anderson tidak di sini, kukira ini tidak perlu.”
Minjoon melihat Kaya bingung. Alih-alih meresponnya secara langsung, Kaya mengatakan hal lain.
“Aku terpikir sesuatu saat aku melihat orang tuaku. Bagaimana mungkin aku tidak menjadi seperti mereka? Bagaimana mungkin aku mencapai hubungan saling mencintai?”
“Apa kau menemukan jawabannya?”
“Iya. Kita hanya perlu percaya satu sama lain. Itu saja. Tapi…”
Kaya memberikan tekanan pada suaranya di akhir. Tetapi kata-kata selanjutnya agak lembut.
“Aku tidak berpikir kita sungguh saling percaya satu sama lain.”
“Kenapa?”
“…Ada sesuatu yang belum kita lakukan.”
Minjoon sungguh tidak paham. Mereka telah melakukan banyak hal bersama. Tetapi segera setelah itu, Minjoon melihat Kaya dengan ekspresi syok. Kaya menoleh kembali ke pintu dengan wajah malu.
“Kaus kaki ini…aku membelinya untuk digantung di pintu itu.”
Minjoon akhirnya paham. Kaya berkata,
“…Boleh?”
Kata-katanya mengandung banyak maksud. Tetapi pada saat yang sama, itu cukup berterus terang. Jo Minjoon menjawab. Kaya berdiri di sini sejenak tetapi kemudian berjalan menuju pintu.
Pintu tertutup. Dengan kaus kaki tergantung di knop pintu.
<Natal penuh kasih (3)> Selesai.
belom lanjut lagi ne novel ??
Komen dlu, nyoba baca
Seru banget, cuma grand chef nya lama bet wkwk
Di tunggu chap selanjutnya
MANA NIH LAJUTANNYA???
Baguss bgtt. Jadi inget shokugeki no soma wkwk ?
Min add yg raw mtl dari website candemo
Next~ ty for the update~
semangat tlnya min
Up min?
Chapter 74 isinya sama kaya chapter 73
ty infonya dah udah di perbaiki gan
166 = 165
sudah di perbaiki ty infonya