Dewa Memasak – Bagian 24: 3 hidangan dan satu masakan (3)
“Waktunya sudah habis. Hentikan tangan kalian!”
Alan berteriak dengan tegas. Jo Minjoon melihat Alan dengan tenang. Alan melihat ke 9 peserta dan berkata,
“Aku akan mengevaluasi masing-masing tim secara terpisah. Chloe, Minjoon, Marco. Bawa hidangan kalian ke sini.”
Jo Minjoon meraih piring yang berisi tahu sutra goreng dan berjalan menuju tempat Alan. 3 piring saji sudah diletakkan. Emily melihat hidangan-hidangan tersebut dengan bingung, dan berkata,
“Masakan jepang tahu sutra goreng, bersama dengan masakan china tumis remis, serta biskuit. Ini terasa seolah-olah bermacam-macam budaya dipersatukan. Tapi akankah mereka cocok satu sama lain?”
Seseorang yang menjawab pertanyaan itu adalah Chloe. Dia mempunyai senyuman yang akan membuat terkesan siapapun yang melihatnya. Dan dia berkata,
“Aku pikir itu akan cocok. Seperti tim kami, kami semua berasal dari budaya yang berbeda tapi selaras.”
“Aku harap demikian.”
Setelah menyelesaikan perkatannya, Emily membelah tahu. Lapisan yang tergoreng melekat pada tahu, jadi meski tahu dibelah, tahu tidak akan hancur. Oleh karena itu, Emily tampak cukup puas setidaknya dengan hidangan tahu.
Sendoknya diisi dengan saus kecap, dan di atasnya diletakkan tahu sutra goreng. Emily memasukkan itu ke mulutnya dengan gerakan yang elegan.
Saat mengunyahnya, Emily bisa tahu bahwa hidangan itu dibuat dengan baik. Ia tidak merasakan sedikitpun minyak dari tahu. Saus kecap terasa enak karena sari jeruk nipis, dan saat memakan tahu, dia merasa seperti makan salad.
Itu adalah hidangan pembuka yang bagus. Setidaknya itu bagus bagi amatiran yang membuatnya. Emily menikmati tahu itu. Sejujurnya, jika kau memasak tahu dengan baik, maka rasanya akan lezat. Tapi mengeluarkan rasanya itu adalah tugas yang tidak mudah.
Dengan begitu, tidak ada koreksi pada hidangan tahu agedashi Jo Minjoon. Tidak ada yang spesial, tapi rasanya tepat sesuai dengan aslinya. Emily mengevaluasi demikian.
Dan itu juga yang dipikirkan Joseph dan Alan. Mereka merasa aneh karena sari jeruk nipis ditambahkan ke dalamnya, tapi karena yang dimasukkan sedikit, maka tidak memperburuk rasanya, malah menjadi aroma dari saus.
Joseph mulai memikirkan hal yang berkali-kali dia pikirkan sebelumnya, yaitu bahwa Jo Minjoon adalah seorang jenius dalam hal membuat konsep suatu resep. Tapi belum bisa dikatakan menonjol. Saat mengubah sebuah resep, terkadang itu menjadi lebih buruk atau bisa menjadi lebih baik. Dan Jo Minjoon mempertahankan rasa asli dari suatu hidangan dan membuatnya lebih baik.
‘Bagaimana bisa dia yang masih muda mengerti soal komposisi rasa?’
Tidak aneh jika Joseph berpikir seperti itu. Joseph yang sedang bingung, berkata,
“Minjoon. Siapa yang memberimu ide memasukkan sari jeruk nipis?”
“Itu sesuatu yang tiba-tiba terpikirkan olehku.”
“Dan kau sebenarnya masih mencobanya?”
“…Iya. Apakah itu aneh?”
Joseph tidak membalas dan memilih diam. Jo Minjoon tidak tampak berbohong. Itu berarti dia melakukannya dengan idenya sendiri. Dan bisa dikatakan hidangan sebelum-sebelumnya juga sama.
Bagi Jo Minjoon, untuk bisa melakukan hal itu, dia harus memasak berulang kali. Tapi apakah itu mungkin? Dia masih berusia awal 20-an. Bahkan jika dia menghabiskan hidupnya di dapur, itu sulit dilakukan.
Joseph, yang tidak tahu soal bantuan dari sistem, jelas bertanya-tanya soal itu. Namun dia tidak bisa terus memikirkannya. Setelah momen itu, makanan sudah mulai dingin, Emily dan Alan sudah memasukkan remis ke mulutnya.
Dia tidak melakukan apa-apa lagi dan memakan remis. Ini enak. Dasarnya, ini memang hidangan yang lezat. Tapi kelembutan saus kecap dan rasa originalnya membuatnya semakin lezat setelah memasuki kerongkongan. Lidah mereka, yang lebih sensitif dari orang biasanya, dapat merasakan dengan jelas rasa asin dan manis dari minyak pedas dan saus tiram, serta kelembutan dari remis yang seolah-olah mengecup lidahnya.
Itu adalah rasa yang mempesona serta selaras. Joseph merilekskan dirinya dan menikmati rasa yang tersisa di mulutnya. Bahkan setelah dia menjadi salah satu chef terbaik di dunia, hatinya masih polos. Apa yang membawanya menjadi chef adalah demi memakan sesuatu yang lezat dan membuat sesuatu yang lezat.
Itulah mengapa Joseph tidak bisa beranjak dari hidangan remis itu. Emily dan Alan juga sama. Tentunya ada perbedaan di antara mereka tapi kesan mereka lebih lembut dari biasanya.
Bagian terakhir adalah biskuit moka. Apa yang ditempatkan di atas biskuit kotak rasa moka adalah yogurt tawar yang sedikit beku berbentuk seperti bola kelereng. Biskuit moka masuk ke mulut para juri. Kerenyahan biskuit bersama dengan tersebarnya aroma kopi dan rasa asam dari yogurt sangat nikmat di mulut.
Itu adalah hidangan yang kau tidak akan bisa membuatnya tanpa memahami aturan pembuatan hidangan penutup. Bahkan jika para juri mencoba untuk tidak berekspresi, mereka tidak bisa berhenti tersenyum kecil. Karena sesuatu yang lezat membuat orang tersenyum.
Jo Minjoon melihat senyuman para juri dan dia merasa lega. Biskuit moka Marco memiliki poin 7. Memikirkan level Marco yang bernilai 7 dalam membuat kue, meski itu bukan kegagalan, hal itu membuat Jo Minjoon merasa gelisah. Di samping skor memasak, dia tidak memiliki kepercayaan diri mengenai harmoni dari ketiga hidangan ini.
Pengecapan masih berlanjut. Para juri menuju ke menu hidangan tim Kaya. Kaya bertanggung jawab terhadap makanan pembuka. yaitu tataki salmon yang hanya bagian luarnya yang dipanggang dan disajikan dengan salad dan saus asam. Jo Minjoon mengernyit.
[Salad Tataki Salmon]
Kesegaran: 92%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk diketahui)
Kualitas: Tinggi (Bahan menengah)
Skor Memasak: 8/10
8 poin. Itu adalah hidangan luar biasa seperti Kaya. Namun Jo Minjoon tidak terkesan dengan hidangan itu. Dan para juri juga demikian.
“…Apakah ini hidangan pembuka?”
“Iya.”
Ini lebih seperti hidangan utama dari pada hidangan pembuka. Ini terlalu berat. Aku merasa seperti itu hanya dengan melihatnya.”
Alan berekspresi persis seperti apa yang Jo Minjoon pikirkan. Lebih tepatnya, itu adalah apa yang semua orang pikirkan. Mungkin akan lebih baik jika Kaya membuat sushi salmon. Dari pada tataki salmon pedas. Itu terlalu berat sebagai hidangan pembuka.
Kaya melihat Alan tanpa berkata apapun. Akhirnya Anderson tidak bisa menahannya lagi dan berkata,
“Aku minta maaf. Sebenarnya…”
“Cukup. Aku dengar dari sutradara. Kalian bertengkar untuk memperebutkan peran mengolah hidangan utama? Itu bagus. Tapi haruskah hal itu mempengaruhi hidangan?”
Alan melihat Anderson tapi perkataannya itu ditujukan pada Kaya. Kaya sedikit mengerutkan dahi dan melotot pada Alan. Dia berkata dengan nada rendah dan suaranya yang serak,
“Setidaknya makanlah. Rasanya pasti enak.”
Ketika mendengar suara Kaya yang sedang marah, barulah Jo Minjoon memahami situasinya. Ketika kandidat pemenang, Anderson dan Kaya, bergabung menjadi satu tim, hasilnya adalah bencana. Alasannya sederhana. Sedang hidangan penutup diselesaikan peserta yang lain, Anderson dan Kaya beradu pendapat tentang siapa yang akan memasak hidangan utama.
Hasilnya adalah Anderson yang membuat hidangan utama. Tapi setelah itu, hidangan Kaya menjadi masalah. Dia membuat tataki salmon sebagai hidangan pembuka. Kau tidak bisa tahu apakah karena dia kurang paham dengan hidangan pembuka ataukah karena dia merasa dendam terhadap Anderson.
Tapi hasilnya adalah apa yang ditunjukkan sekarang.
“Aku tidak bisa makan ini. Aku pikir juri lain juga memikirkan hal yang sama denganku.”
Alan berkata seperti itu dan melihat pada Emily dan Joseph. Keduanya diam dan hanya mengangguk. Joseph berkata seperti meratapi,
“Kaya, mengapa kau memasak ini? Kau adalah seseorang yang paham masakan. Dan itu juga berarti kau paham kenikmatan bersantap. Ini… Aku tidak bisa mengatakan secara keseluruhan Aku bahkan tidak bisa menilai rasanya. Ini seperti patah hati dari pada kecewa. Bagaimana mungkin…”
Joseph bahkan tidak sanggup menyelesaikan perkataannya dan menghela nafas. Jo Minjoon hanya melihat tatapan Joseph. Itu adalah kata-ata yang kasar untuk diucapkan di depan hidangan 8 poin, tapi Jo Minjoon memahami mereka. Seperti yang Joseph baru katakan. Hidangan ini keluar dari tema. Hidangan itu tidak bisa dipertimbangkan untuk dimakan bahkan dibuat dengan tidak tulus. Itu adalah hidangan yang diisi dengan keegoisan dan kemarahan karena peran membuat hidangan utama diambil orang lain.
Dan barulah Jo Minjoon mengerti. Bahkan meski Kaya seorang jenius, dia masih gadis berusia 18 tahun. Bahwa dia masih seorang bebek buruk rupa yang belum menjadi angsa.* Dia masih seorang gadis yang belum bisa mengontrol emosinya sendiri.
Keheningan menyelimuti ruangan. Jo Minjoon hanya menatap salad tataki salmon yang Kaya buat. 8 poin. Sebuah hidangan yang sangat disayangkan sekaligus tidak punya tempat.
Ini…
< 3 hidangan dan satu kali makan (1) > Selesai