- Home
- God of Cooking
- Chapter 245 Bahasa Indonesia - Seekor burung gereja, katak, atau bahkan kupu-kupu (1)
Penerjemah: Hennay
Dewa Memasak: Bagian 245 <Seekor burung gereja, katak, atau bahkan kupu-kupu (1)>
Ada banyak kisah tentang orang-orang yang mendapatkan hasil tak terduga dari tindakan mereka. Seperti cerita tentang burung gereja yang membawa pulang sebuah biji ajaib setelah disembuhkan, atau seperti pepatah tentang bagaimana batu yang dilempar secara acak bisa membunuh katak. Bahkan ada juga istilah yang mirip seperti efek kupu-kupu, contohnya.
Minjoon sedang berada di situasi seperti itu. Apakah dia diberkati oleh tiga hewan di atas atau bagaimana? Resep yang dia putuskan untuk dipublikasikan berakhir membawanya pada hasil yang lebih besar. Tayangan di TV di depannya adalah bukti dari fakta itu. Seorang reporter acak di tengah jalanan New York memulai kisahnya.
<<Resep yang dipublikasikan secara luas oleh chef Jo Minjoon baru-baru ini telah menyebabkan badai tren untuk dicoba di restoran dan di rumah-rumah, dan para ahli menyebut fenomena ini menjadi ‘Efek Jo’.>>
“Efek Jo… Pfft.”
Kaya menyeringai sendiri, menyebabkan Minjoon menggaruk-garuk kepala malu.
“Berhenti tertawa. Bukan itu tujuan awalku.”
“Oke, baiklah. Tapi kau sungguh sukses besar kali ini, bukan? Bahkan sampai muncul di TV.”
“Iya. Aku masih tidak percaya. Bagaimana itu bisa terjadi?”
Hal ini tidak jauh keluar dari porsinya saat pertama kali Akira memosting tentang hidangan penutupnya. Akan tetapi, tidak lama setelah Minjoon mengungkap resepnya, teman Chloe, seorang penyanyi terkenal mencoba membuat hidangan itu untuk dirinya sendiri, dan mengunggahnya di blog pribadinya.
Inilah awal mula dari semua ketidakberuntungannya. Semua penggemar remaja dari penyanyi itu mulai mencoba resep itu sendiri, dan beberapa restoran berakhir memasukkan itu ke dalam menu. Restoran dimana-mana mulai mengikutinya, dan… menjadi tren saat ini.
Hal ini tidak hanya terjadi di LA, tentu saja. Lagi pula, reporter itu sedang siaran dari New York saat ini. Pemilik cafe yang diwawancarai melalui TV mulai berkata,
<<Aku ingin berterima kasih pada Minjoon. Kami mendapat semakin banyak pelanggan setelah hidangan Minjoon dicantumkan di menu. Seolah seluruh lingkungan sekitar menjadi lebih hidup dari sebelumnya.>>
Berikutnya, para pelanggan mulai diwawancarai. Kebanyakan dari mereka adalah para gadis yang ingin mencoba hidangan itu.
<<Aku mencoba sendiri setelah melihatnya di laman starbook Theresa, dan aku sudah menyantapnya hampir setiap hari sejak itu. Ini adalah hidangan penutup terbaik yang pernah kucoba, tak diragukan lagi.>>
<<Aku mencoba membuatnya sendiri di rumah, ternyata sulit sekali.. Aku bahkan tidak tahu bagaimana mencari keju berdasarkan umurnya.>>
<<Aku tidak tahu apakah cafe-cafe mengikuti resepnya dengan cukup baik. Tapi ini tetap lezat, jadi aku tidak begitu peduli.>>
<<Kudengar aslinya dinamai lima cita rasa dan tekstur Parmigiano Regiano? Kami cukup menyebutnya Jo Regianno. Lebih sederhana seperti itu.>>
“Apa menurutmu mereka mengikuti resepnya? Terutama dengan umur kejunya?”
“Entahlah…”
Minjoon terdiam sedikit setelah mendengar pertanyaan Kaya. Hidangan ini sulit dibuat. Apalagi bagi pemilik cafe sederhana. Orang-orang ini pun tidak bisa menaikkan harganya.
“Aku hanya berharap.”
Berita itu baru saja mulai membahas topik itu. Yaitu, tentang apakah cafe-cafe sungguh mengikuti resep Minjoon sampai detail, dan apa perbedaan yang ada antara versi yang di Rose Island dan dan versi yang ada di luar.
<<Kita sungguh tidak bisa memilih topik ini. Lagipula, ada banyak sekali restoran-restoran dan cafe-cafe di sana yang membuat makanan yang sama. Pasti ada perbedaan.>>
<<Jikalau ada, makan di Rose Island lebih merupakan gerakan simbolis. Hampir seperti seseorang yang naik haji. Akan sangat berarti jika kita pergi ke restoran untuk mencoba hidangannya jika kita bisa.>>
<<Naik haji, Anda bilang? Ini terdengar seolah hidangan ini akan tercatat dalam sejarah.>>
<<Memang. Hanya jika semakin populer. Aku yakin ini akan menjadi menu di setiap cafe kecil di dunia, sama seperti tiramisu dan kue keju.>>
“…Namamu akan tersebar di seluruh penjuru dunia.”
“Dia hanya menjadi optimis.. Siapa tahu?”
“Jadi itu mungkin saja, kan. Hmm… Membuatku merasa gugup.”
Kaya meraih pipi Minjoon dengan jahil.
“Kau tidak akan berselingkuh dariku kan saat terkenal nanti?”
“Aku sudah melakukannya andai aku mau.”
“Aku bercanda.”
Kaya memalingkan muka dengan tertawa ringan. Dia berkata lagi setelah menatap layar TV sejenak.
“Bagaimana rasanya? Baik atau buruk?”
“Tidak ada alasan aku merasa buruk. Hidanganku jadi populer.”
“Tetapi kau tidak mendapatkan sepeserpun dari itu.”
Minjoon hanya merespon dengan tersenyum. Dia meletakkan tangannya di kepala Kaya.
“Aku sudah bilang, jika aku ingin uang…”
“Kau akan melakukan hal lain selain memasak. Aku tahu. Aku dengar. Tapi tetap saja ini sedikit mengesalkan. Seluruh dunia mengoceh tentangmu, tapi di sinilah dirimu.”
“Aku suka di sini seperti ini. Apa kau tidak?”
Minjoon menoleh ke Kaya dengan tersenyum. Gadis itu malah tertawa terbahak-bahak.
“Aku tak pernah membencinya.”
€
Berkat hidangan Min Joon yang sekarang dinamai dengan julukan ‘Jo Reggiano’, Rose Island akhirnya menjalankan beberapa perubahan. Biasanya, orang-orang harus memilih di antara lima atau enam hidangan penutup yang berbeda, tetapi sekarang kebanyakan orang pasti memilih Jo Regianno.
Hal ini menyebabkan restoran penuh dengan parmigiano regianno, dan sebagian besar penyaji jadi menebak pelanggan pasti akan memesan Jo Regianno. Toh orang-orang lebih sering memesan makanan tambahan.
“Senang bisa bertemu denganmu, Minjoon.”
“Saya pun demikian. Tapi rasanya aku sudah melihatmu sebelumnya.”
Wanita di meja itu tersenyum. Dia adalah Theresa Page, yang membuat hidangan ini menjadi seperti ini. Wanita itu menoleh melihat Chloe.
“Aku mendengar dari Chloe betapa menakjubkannya dirimu.”
“…Aku tidak berani bertanya spesifiknya.”
“Menurutku, kau akan suka.”
“Hentikan, Theresa! Dia akan salah paham. Aku tidak bicara banyak, Minjoon. Hanya membicarakan soal masakanmu.”
“Terima kasih.”
Minjoon tersenyum. Dia menoleh ke Theresa dengan ekspresi penasaran.
“Boleh aku bertanya sesuatu?”
“Tentu boleh.”
“Apa yang membuatmu ingin mencoba resepku?”
“Aku sedikit suka memasak. Maka dari itu, aku dekat dengan Chloe. Suatu hari dia datang lalu menyuruhku mencobanya, jadi aku mencobanya. Sekian.”
“…Ceritanya lebih sederhana dari yang kubayangkan.”
“Akan lebih aneh jika tidak. Apa kau keberatan jika aku bertanya sesuatu?”
“Tentu saja.”
“Bagaimana perasaanmu?”
Itu pertanyaan yang lebih sederhana dari yang Minjoon bayangkan. Tetapi memikirkan jawabannya membuat Minjoon berpikir selama 20 detik. Di saat Theresa mulai merasa kesal, Minjoon menjawabnya.
“Aku senang.”
“…Hanya itu?”
“Apa kau menginginkan yang lebih spesifik?”
“Tidak juga, tetapi aku juga tidak menduga jawaban yang singkat.”
“Jika ingin lebh spesifik… Aku menyukainya, tetapi aku tidak mau memikirkannya.”
Minjoon berusaha tetap santai saat berbicara. Dia tidak harus menjelaskan lebih jauh. Theresa tampaknya cukup paham dengan baik apa yang coba Minjoon ungkapkan. Lagipula, Theresa sendiri adalah penyanyi terkenal.
“Aku ingin berterima kasih padamu, Theresa. Aku jadi tahu bagaimana rasanya terkenal hingga ke penjuru dunia berkat dirimu.”
“Oh? Dan bagaimana rasanya?”
“Bahkan lebih baik dari melihat putraku sendiri tumbuh besar dan menikah.”
“Haha, itu menarik. Aku ingin mengulanginya kepada putraku sendiri jika dia tumbuh dewasa.”
Minjoon tersenyum, lalu menoleh ke Chloe, yang tersenyum balik padanya.
“Selamat.”
“Tidak perlu. Terima kasih juga, kau telah menyemangatiku.”
“Well, kita kan teman.”
Suara Chloe sangat santai.
Perbincangan mereka berakhir dengan Minjoon dan Theresa saling bertukar tanda tangan. Tetapi Minjoon tidak bisa langsung kembali ke dapur. Ada bebebrapa orang di luar yang masih menunggu untuk berbicara dengannya.
Bahkan kritikus makanan terkenal mulai berbicara dengan Minjoon dengan senyum di wajah mereka akhir-akhir ini. Para pelanggan rata-rata lebih gembira saat mereka berbicara dengan Minjoon. “Aku sungguh suka dengan hidanganmu.”, “Apa menurutmu cita rasanya sungguh berubah jika kita tidak menggunakan keju yang berbeda?”, dll.
Di saat sajian makan malam mereka akan segera datang , seorang pria berjalan mendekati Minjoon dengan tangan terjulur. Minjoon menjabat tangan pria itu, berpikir pria itu hanyalah pelanggan lainnya di restoran.
“Senang berjumpa denganmu, Minjoon. Boleh aku bicara denganmu sebentar?”
“Tentu boleh. Aku suka banyak berbincang dengan pelangganku.”
“Ah… Maaf, tapi aku ingin bicara denganmu di sini bukan sebagai pelanggan.”
Hal ini membuat Minjoon terkejut. Saat dia melihat pria itu dengan wajah bingung, pria itu mengeluarkan kartu namanya. Minjoon membaca kartu namanya dengan seksama. Pria itu adalah seorang manajer dari sebuah perusahaan yang bernama Rascoe Bakeries.
“Tidak sopan jika aku tidak memperkenalkan diri. Aku Alex Brandon, dari Rascoe Bakeries.”
“Ya, Mr. Alex. Apa yang bisa kulakukan untukmu?”
“Saya sangat terkejut oleh Jo Reggiano. Makanan aslinya sangat berbeda dari yang di jual di luar.”
“Terima kasih.”
“Aku punya penawaran untukmu.”
Mata Alex berbinar sedikit di bawah cahaya restoran.
“Apa kau bisa menjadi model kami jika kami mulai memproduksi Jo Regiannos?”
<Seekor burung gereja, katak, atau bahkan kupu-kupu (1)> Selesai.