Dewa Memasak – Bagian 29: Mendapat bantuan saat di tepi jurang diskualifikasi (4)
[Puré anggur putih]
Kesegaran: 90%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk diketahui)
Kualitas: Tinggi (Bahan menengah)
Skor Memasak: 7/10
Itu tidak buruk. Memperhitungkan itu dibuat oleh Jo Minjoon, maka itu benar-benar skor yang bagus. Tapi dengan bantuan Kaya pada hidangan ini, itu adalah skor yang biasa saja. Tapi hidangan ini belum lengkap karena foie gras belum dimasak.
Jo Minjoon mencicipi puré. Rasa manis dan asam yang unik dari anggur putih menstimulasi lidahnya. Dan apa yang terasa di bagian akhir adalah rasa saus demi-glace. Itu tidak berlebihan dan kau tidak akan tersiksa karenanya.
Jo Minjoon menoleh untuk melihat Kaya.
“Haruskah kita meletakkan puré di atas piring terlebih dahulu?”
“Iya. Itu bagus.”
Jo Minjoon memilih piring berbentuk persegi panjang. Lalu dia akan menuangkan puré. Dia tidak lupa apa yang Alan katakan padanya. bahwa dia kurang dalam plating. Jadi dia ingin menunjukkan itu.
Jo Minjoon menjatuhkan 3 tetes besar puré dengan bentuk zigzag. Lalu dia membuat bentuk-bentuk artistik dengan bagian dasar sendok. Saat melihat sekilas untuk pertama kali, tampak seperti ada 3 garis yang terbentuk. Bagian atas dan bawah terbentuk garis ke arah kanan, dan di bagian tengah terbentuk garis ke arah kiri.
Menurutnya akan cukup bagus, jika dia menempatkan 3 potong foie gras untuk para juri. Jo Minjoon menoleh ke belakang lagi pada Kaya. Mata Kaya semakin serius lebih dari sebelumnya. Saat Jo Minjoon baru membuka mulutnya,
“Kaya…”
“Waktunya sudah habis. Ini adalah giliran terakhir! Selesaikan hidangan kalian dengan cepat.”
Bahkan sebelum Jo Minjoon dapat mengatakan sesuatu, alarm berdering bersamaan dengan suara Alan. Kaya berdiri di depan meja memasak dengan ekspresi kaku. Dan kemudian mengambil foie gras.
Saat pertama melihat dengan sekilas, foie gras tampak seperti dada ayam yang sudah direbus lama di dalam bir. Sisi bagian luar yang berwarna kuning kecoklatan tidak sehalus yang dia pikirkan.
Kaya menyentuh permukaa luar foie gras dengan lembut. Itu sangat lunak. Dan saat dia memotongnya, sensasinya tidak berubah. Memotong foie gras yang bagian dalamnya juga sudah meleleh terasa seperti memotong puding.
Kaya mulai mengiris foie gras, membentuk kolom yang sempit dan tebal. Dia menempatkan itu di dalam wajan yang panas.
Foie gras adalah hidangan yang penuh lemak yang tersimpan di hati angsa tersebut. Selain itu, foie gras mengeluarkan banyak minyak hingga cukup untuk mengisi wajan.
Ketika satu sisi sudah cukup terpanggang, Kaya membalik foie gras. Kemudian memiringkan wajan. Foie gras mulai miring ke satu sisi dan minyaknya mulai berkumpul di sisi terendah. Lalu Kaya menggunakan minyak itu untuk disiramkan ke permukaan foie gras. Itu adalah metode arroser yang Jo Minjoon pernah gunakan sebelumnya.
Pemandangan minyak yang berdesis dan mendidih sungguh menyenangkan untuk dilihat. Aroma kental yang tercium tidak jauh dari apa yang mereka ingat. Aroma yang sangat kuat hingga kau mengira itu dari bumbu padahal bukan. Jo Minjoon mencoba menghubungkan aroma yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dengan sesuatu yang ada dalam pikirannya. Tapi dia tidak bisa melakukannya. Itu suatu hal yang hampir tidak ada bandingannya.
Kaya meletakkan foie gras yang sudah terpanggang diatas puré anggur putih. Dan diatasnya lagidiletakkan potongan tipis anggur putih sebagai dekorasi. Dan pada saat itu, senyum lebar terbentuk dari mulut Jo Minjoon.
[Stik foie gras dengan puré anggur putih]
Kesegaran: 82%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk diketahui)
Kualitas: Tinggi (Bahan menengah)
Skor Memasak: 8/10
8 poin. Hidangan yang separuhnya dibuat oleh Jo Minjoon sendiri mendapat skor 8. Itu berarti bahwa hidangan itu dapat segera di hidangkan di restoran Michelin. Jo Minjoon menatap Kaya. Melihat ekspresi bahagia Jo Minjoon, Kaya mengerutkan keningnya.
“Apa? Mengapa kau terlihat bahagia sekali?”
“Makanan itu sepertinya dibuat dengan baik.”
“Memang kau siapa? Beethoven makanan? yang bisa tahu tanpa mencicipinya?”
Kaya mengomel seperti itu, tapi ekspresinya tidak marah. Dia pun juga tahu. bahwa hidangan itu sukses. Bagaimana seseorang bisa disebut koki jika dia tidak tahu seberapa baik hidangan yang dimasaknya.
Alarm berdering untuk terakhir kalinya. Joseph membuka suara,
“Waktunya sudah habis. Semuanya, letakkan tangan kalian di atas meja.”
Suarany terdengar tenang, tapi berat. Jo Minjoon melihat sekilas ke sekelilingnya. Mereka kebanyakan telah menyelesaikan hidangannya, kecuali 1 tim. Foie gras mereka digoreng, tapi masalahnya bukannya tidak kering dengan baik melainkan hangus. Mereka tampak seolah-olah sudah tidak punya harapan lagi, ekspresi mereka muram. Apa yang akan mereka andalkan dengan hidangan yang memiliki skor 3. Meski ini kompetisi amatir, itu sesuatu yang tidak boleh disajikan di piring.
Sisanya semua hidangan bernilai 5 poin kecuali hidangan Anderson. Jo Minjoon mengira bahwa hidangan tim Anderson akan mencapai 8 poin, tapi secara tak terduga hanya 7 poin.
‘Mereka juga membuat stik foie gras.’
Tapi dipikirkan dari segi strategi, dalam misi kali ini kau hanya bisa memasak foie gras menjadi stik. Karena paté maupun mousse tidak bisa mengeluarkan rasa asli dari foie gras. Dalam sebuah misi, memberikan rasa maksimal pada masakan memang penting, tapi tidak bagus dilakukan pada misi dengan tema foie gras.
Sebenarnya, ada 3 tim dengan hidangan 5 poin yang membuat stik foie gras. Tentu saja, kecuali tim Kaya dan tim Anderson, stik mereka hangus.
Para juri berjalan menuju tim yang menghanguskan foie gras. Mereka hanya melihat hidangan itu, dan meninggalkannya tanpa berkata apapun. Melihat tatapan dingin para juri, Jo Minjoon tidak bisa berhenti merinding.
Meja selanjutnya yang dituju para juri adalah milik tim Anderson. Hidangannya adalah stik foie gras yang ditemani dengan saus balsamic reduction yang rasanya manis sekaligus asam. ekspresi para juri sangat bagus. Alan membuka suara pertama kali,
“Ini bagus.”
“Ini berkualitas dan rapi.”
“Anderson. Dengan hidangan ini kami bisa tahu dengan pasti bahwa kau adalah orang yang telah diajari dengan benar cara memasak yang baik.”
“Carlos, bagus untukmu telah mendapat tambahan ilmu dengan resep dan cara memasak Anderson. Tapi aku bingung, kerja individu dari masing-masing belum tampak di sini. Meski begitu, hidangan ini lezat. Aku percaya dengan pertimbanganmu. Naiklah ke lantai 2!”
Dengan pergi ke lantai 2 itu berarti kalian lolos. Evaluasi berakhir dengan Carlos yang bersorak dan Anderson tersenyum.
Namun para juri berekspresi cerah hanyalah saat di depan hidangan Anderson. 2 meja selanjutnya, para juri hanya melontarkan kata-kata kejam pada mereka.
“Apa yang kau masak?”
“Aku mencoba membuat paté foie gras disertai dengan baguette.”
“Paté? Ini paté? Celaka! Louis, jika kau mengatakan ini adalah mousse, maka aku tidak akan semarah ini. Lihatlah tekstur ini! Pada saat yang sama, perasaan yang diberikan paté harus lebih tebal dari perasaan yang lembut seperti pada sosis. Tapi apa ini. Rasanya lebih seperti mustard.”
“…Maafkan aku.”
“Maaf? Jangan minta maaf padaku. Minta maaflah pada hidangan ini. Ya Tuhan, angsa ini tidak akan pernah membayangkan bahwa tujuan hidupnya adalah menjadi krim kasar yang menyedihkan ini.”
Dengan kata-kata Alan, para peserta tidak bisa berkata apa-apa. Hal yang sama terjadi pada meja selanjutnya. Emily yang mencoba menggigit foie gras dengan canape, hanya menghela nafas. Lalu bertanya,
“Apa kau mencoba membuat paté?”
Saat itu,para peserta tidak bisa menjawab, hanya ragu-ragu. Tampak mereka mengingat kata-kata Alan sebelumnya. Bahwa mereka lebih baik mengatakan itu mousse. Meski bagi mereka, hidangannya tampak mengkilap dan berminyak. Emily menatap tajam mereka dan berkata,
“Tampaknya kalian bahkan tidak bisa mengatakan nama hidangan kalian. Sepertinya kalian bahkan tidak layak untuk dievaluasi. Kalian setuju?”
Para peserta masih tidak menjawab. Setelah meninggalkan para peserta itu, para juri mendatangi Kaya dan Jo Minjoon. Jo Minjoon menelan ludah. Dia sudah tahu bahwa hidangannya dimasak dengan baik, tapi melihat kata-kata yang terlontar pada peserta lain, Jo Minjoon merasa sangat gugup. Dan sama halnya dengan Kaya. Tanganya sedikit gemetar. Joseph membuka suara,
“Apa yang kau buat?”
“Ini stik foie gras. Kami menyertakan puré anggur putih, dan sebagai garnish, kami menempatkan potongan buah anggur.”
Saat Jo Minjoon menjawab, para juri memotong foie gras perlahan. Ketika mereka memakan potongan itu, mereka tidak bisa menyembunyikan ketakjuban mereka dan mengekspresikan kekaguman mereka lewat suara.
Ini rasa yang selaras dan profesional. Ini dipanggang dengan baik hingga kau tidak akan menyadari bahwa sebelumnya ini foie gras beku. Bagian dalam dan luar dipenuhi dengan rasa lemak yang lembut. Tapi puré anggur putih menangkap rasanya.
Jika kau berkata bahwa ini puré anggur putih, maka pada dasarnya rasanya manis dan murni. Mudah memikirkan bahwa itu tidak akan cocok dengan stik berat seperti foie gras, tapi saus demi-glace mencegah hal itu. Peranan saus demi-glace adalah sebagai jembatan. Sebuah jembataan yang berlokasi di antara puré dan foie gras. Aroma dari puré menjaga aroma foie gras dan rasa dari puré berperan berbeda.
Rasanya bisa diperhitungkan. Itu hampir tidak bisa dipercaya bahwa itu pertama kalinya bagi Jo Minjoon dan Kaya memasak foie gras. Alan membuka suara tanpa disadari,
“Ini…luar biasa.”
“Ini sungguh lezat. Secara pribadi, Menurutku ini hidangan terbaik yang telah aku makan dalam program ini. Rasa dari puré dan foie gras semuanya sempurna. Dan mereka bahkan tidak terasa terpisah. Kalian telah menunjukkan hidangan yang tidak bisa lebih baik dari ini.”
“Terima kasih.”
Setelah Alan selesai, Emily berbicara sambil tertawa. Meski sedikit, senyuman Emily terukir jelas di wajahnya. Kameramen merekam sembari tersenyum melihat Kaya dan Jo Minjoon menahan diri mereka untuk tetap tenang. Mereka adalah sepasang yang menarik untuk dilihat.
Joseph berkata sembari tersenyum lembut,
“Kaya, kami tidak makan hidanganmu di misi sebelumnya. Meski itu hidangan yang bagus, tapi itu tidak terhitung dalam satu set menu lengkap. Sekarang kau tahu alasannya bukan?”
“…Akankah ada seseorang yang mengatakan bahwa mereka tidak harus dalam situasi seperti ini?”
Kaya menjawab dengan tegas bahwa dia tahu alasannya. Dia tidak bisa mengatakan bahwa dia mencontoh itu. Tapi sikapnya tidak berbeda dari perkataannya bahwa dia tahu alasannya. Joseph tersenyum lebar dan berkata,
“Kaya, kau sungguh chef yang berbakat. Tapi tidak ada chef yang bisa memasak sendirian. Percayalah pada rekan timmu seperti sekarang, dan berikan hatimu dalam memasak. Lalu, masakanmu akan bersinar terang.”
Kaya tampak malu-malu akan menjawab sesuatu, jadi dia hanya menjejak-jejak lantai dengan hak sepatunya. Joseph berkata sambil melihat Kaya,
“Aku mendengar bahwa kau, Minjoon, yang memikirkan ide tentang saus ini, benar begitu?”
“Iya, benar.”
“Kau bilang bahwa kau belum pernah makan foie gras, jadi bagaimana kau memikirkan resep yang cocok dengan foie gras?”
Itu benar-benar pertanyaan yang tajam. Tapi tampaknya Jo Minjoon telah bersiap untuk bisa keluar dari lubang itu.
“Aku pernah melihat fotonya. Foie gras dengan puré anggur putih.”
“Jadi kau mengatakan bahwa bergantung hanya dengan foto itu kau bisa mereplikasi rasanya?”
“Iya.”
Jo Minjoon menjawab singkat. Joseph bingung melihat Jo Minjoon. Ada apa dengan pemuda ini? Benarkah bisa meniru hanya dengan sebuah foto? Tentunya, kau bisa terinspirasi gambar di dalam foto. Namun, itu benar-benar kombinasi yang dipilih dengan baik. Saus demi-glace yang menyambungkan foie gras dengan puré dan memasak foie gras dengan metode arroser.
Tapi Jo Minjoon lah yang membuat resepnya. Apa ini kebetulan? ataukah bakat? Sejujurnya, dia tidak percaya diri dalam penilaian ini. Dia adalah peserta yang aneh. Dia adalah chef yang aneh.
“…Bagus sekali. Kau punya bakat yang bagus, Minjoon.”
Akhirnya, hanya itu yang Joseph katakan pada Jo Minjoon. Dia membalas sembari tersenyum.
“Terima kasih.”
Setelah mereka selesai mengevaluasi Jo Minjoon, para juri membagikan pendapat mereka. Perdebatan tidak berlangsung lama. Setelah mereka merasakan suatu keganjilan, Alan melihat Kaya dan Jo Minjoon dan bertanya,
“Apa yang kalian lakukan di sini?”
“…Ya?”
Alan tertawa.
“Naiklah ke lantai 2!”
< Mendapat bantuan saat di tepi jurang diskualifikasi (4) > Selesai