Dewa Memasak – Bagian 3: Kembali ke 7 tahun lalu (3)
“…Itu benar.”
Jo Ara seketika mengangguk tanpa berpikir dua kali. Jo Minjoon tidak menahan tawa karena merasa itu lucu, memikirkan bahwa masakan ibu mereka dinilai rendah oleh anak-anaknya.
Namun bahkan jika kau menerima begitu saja Lee Hye Seon memasak dengan baik, Jo Minjoon yakin bisa melampaui ibunya. Jo Minjoon hampir berada di puncak para amatir. Keahliannya memasaknya tidak lebih rendah dari ibu rumah tangga biasa.
“Ara. Kau ingin makan apa? Pilihlah.”
“Aku perlu pilihan jika hars memilih.”
“Kenapa begitu? Baiklah, kau dapat memilih antara hidangan barat atau sup. Kalau tidak kau juga bisa memilih mie.”
“ Hmm…..”
Jo Ara mulai berpikir. Dari biasanya melihat kakaknya hanya memandangi langit-langit rumah kemudian berlagak menjadi chef. Hal ini benar-benar lucu. Jadi dia berpikir sesuatu yang tampaknya susah untuk dipersiapkan. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. Hidangan China benar-benar susah untuk dibuat. Jo Ara tersenyum menyeringai dan berkata:
“Champong!” (짬뽕)
“…Apa?”
“Buatkan aku Champong. Champong. Kenapa? Bisakan?”
Jo Minjoon merasa terhina. Tapi Jo Minjoon dapat dengan jelas memahami maksud Jo Ara jadi dia tidak marah. Jo Minjoon berkata,
“Aku akan membuatnya.”
“…Apa?”
“Iya, aku akan membuatnya.”
Jo Minjoon segera mengambil talenan. Dia tidak punya mie khusus untuk hidangan China, tetapi dia terpikir untuk menggunakan kwetiau. Untuk seafoodnya dia punya kerang, tapi dia tidap punya waktu untuk membersihkannya. Sekarang hampir pukul enam. Dan untuk membersihkan kerang dengan benar butuh minimal tiga jam.
“Ara. Lihat di lemari es apakah ada daging babi!”
“Oke”
Mungkin Jo Ara merasa bersalah meminta kakaknya membuatkan makan malam, dia beranjak melakukan apa yang kakaknya minta. Setelah beberapa menit memeriksa lemari es, dia kembali dengan membawa sebongkah daging babi.
“Ini”
[Daging Paha Depan]
Kesegaran: 87%
Asal: Korea, Hoengseong
Kualitas: Tinggi
“Ini daging bagian paha depan.”
Ini adalah bagian daging yang paling dia suka secara pribadi. Rasa lemaknya dibandingkan dengan Samgyeopsal (삼겹살) atau Moksal (목살, daging bagian leher) lebih sedap. Rasa ketika kau menggigitnya benar-benar berbeda. Jo Minjoon berpikir sesaat. ‘Bisakah aku memakainya agar cocok dengan sup Champong?’ Dia berpikir hal itu bisa dilakukan. Hanya jika daging ditumbuk. Jika tidak ditumbuk, rasa yang muncul dari daging ini berbeda dengan mie.
Jo Minjoon mengambil asahan dan menajamkan pisau. Dan segera mulai memotong daging dan kemudian menumbuknya. Bagian di mana Jo Minjoon memberi perhatian lebih tentang memasak adalah penggunaan pisau. Orang biasa mungkin berpikir bahwa membuat bentuk dengan menggunakan pisau sudah cukup, namun bagaimana kau memegang pisau akan berpengaruh terhadap bagus tidaknya hasil akhir memasak.
Bahkan jika ujung pisau kurang tajam atau kau gagal mengontrol kekuatanmu saat memotong daging, itu bisa berakhir seperti kain yang robek. Tetapi tentu saja jika kau mendedikasikan dan mencurahkan semua untuk mempelajarinya, anak kecil pun juga dapat menguasainya dengan mudah. Tetapi mereka tidak mungkin secepat Jo Minjoon. Jo Ara menonton dengan mata berbinar dan berkata,
“Kapan kau meningkatkan keahlian menggunakan pisau?”
“Kenapa kau meributkan soal ini?”
Jo Minjoon menyeringai. Sejujurnya, dia mengembangkan keahlian memasak yang kebanyakan tentang menggunakan pisau adalah ketika dia baru saja masuk restaurant sebagai yang paling muda. Dia tidak tahu seberapa banyak bawang bombai dan bawang putih yang harus dicacah dan diiris. Dia berpikir bahwa kala itu adalah hari-hari yang sangat melelahkan, tetapi dipikir-pikir momen itu dibutuhkan. Namun dia tidak ingin mengulangi masa itu. Tidak akan.
Setelah mengiris daging, dia juga memotong daun bawang dan bawang putih lalu meletakkannya di sebelah daging. Setelah meremukkan bawang putih menggunakan sisi pisau kemudian dia mengirisnya. Dan untuk daun bawang, dia mengirisnya memanjang. Jo Ara memerhatikan dari tempat dia duduk dengan mulut menganga. Jo Minjoon sudah cepat dalam mengiris daging, dan sekarang dia lebih cepat lagi. Keahlian yang dia perlihatkan saat mengiris bawang putih dan daun bawang tidak biasa. Bisa dibilang itu adalah sesuatu yang kau bisa lihat hanya di TV.
“Bu!” Oppa menggunakan pisau dengan sangat baik!”
“Oke!”
Jo Ara menaikkan suaranya dan berteriak, tetapi Lee Hye Seon menjawabnya dengan jengkel. Bahkan jika Jo Minjoon bagus dalam hal itu, tapi bagaimana mungkin? Jo Ara frustasi, dia berhenti mengganggu ibunya. Sesi iris-mengiris sudah hampir selesai.
Jo Minjoon menebarkan minyak untuk memasak diatas permukaan wajan. Dan ketika minyak sudah cukup panas dia memasukkan bawang putih dan daun bawang. Ketika sayuran yang masih basah bertemu dengan panas, timbul suara berisik. Suara itu membuat Jo Minjoon senang. Kadang-kadang sebagian minyak terpercik ke arahnya, tetapi itu tidak dapat dihindari.
Di samping wajan, dia mulai mendidihkan air. Daripada menuangkan air dingin pada bahan yang sudah ditumis, lebih baik menuangkan air panas.
Aroma daun bawang dan bawang putih menggelitik hidungnya. Ketika bawang putih mulai berubah warna menjadi kecoklatan, Jo Minjoon memasukkan irisan daging diatasnya. Lemak babi dan minyak goreng bercampur dan asapnya terhisap oleh ventilator. Irisan daging mulai terpanggang dan berubah warna menjadi kecoklatan.
Dan itu adalah momen yang tepat menaburkan bubuk lada. Jo Minjoon tidak membuang-buang waktu, dia menaburkan bubuk lada dan saus tiram. Itu adalah langkah selanjutnya. Jo Minjoon meraih segenggam penuh daun kol kering. Jo Ara yang sedang mengamati Jo Minjoon berkata dengan ekspresi yang aneh.
“Semuanya oke, tapi tidak apa-apakah memasukkan daun kol kering? Itu kan bukan sup kentang.”
“Aku pikir tidak apa-apa.”
“Ada apa dengan jawaban itu.”
Dia tidak bisa menjawab dengan pasti. Ini adalah sesuatu yang belum pernah dia coba. Bagaimanapun dia berpikir bahwa aroma dari daun kol kering akan cocok dengan Champong. Itu memberi perasaan bahwa dia akan menyajikan hidangan Champong ala Korea. Dia berpikir untuk menambahkan sedikit ketumbar, tetapi Jo Ara tidak terlalu suka ketumbar. Dan jika memang dia memasukkan ketumbar kedalam masakannya maka hidangan tersebut mendekati cita rasa Thailand.
“Oppa, tolong berikan aku sedikit dagingnya.”
Jo Minjoon tersenyum dan memberi Jo Ara sesendok penuh daging. Setelah mencicipinya Jo Ara tertawa.
“Aku cinta daging.”
“Aku juga.”
Jo Minjoon mengangguk sembari memanaskan seporsi daging.
“Mmm. Kau memasak untuk merasakan cita rasa semacam ini.”
“Daripada membuat Champong Aku pikir lebih enak jika digoreng?”
“Itu karena kau baru mencicipi sesuap. Jika kau terus memakannya lama-lama akan terasa asin.”
“Mm. Jika kau berkata begitu, Mungkin kau benar.”
Bahkan jika kau memasukkannya ke dalam sup, rasa asinnya akan bercampur dengan yang lain. Jo Minjoon mengecek panci yang terisi penuh dengan air. Airnya mendidih. Jo Minjoon mengangkat panci dan perlahan menuangkannya ke dalam sup di atas wajan. Itu menimbulkan suara yang mirip dengan suara saat kau memadamkan api. Tidak lama aroma daun bawang dan lada menyebar.
“…Tak disangka, aku pikir ini akan lezat.”
“Nanti jangan minta aku membuatkanmu lagi.”
Jo Minjoon meninggalkan wajan, mengambil bawang bombai dan talenan. Dia memotong kepala bawang bombai lalu mengirisnya secara horizontal mengikut teksturnya. Jo Minjoon mengiris bawang bombai nampaknya hanya sekitar 10 detik. Jo Ara tidak bisa berkata apa-apa lagi dan kagum melihat kakaknya.
“Oppa kau tidak belajar Bahasa Inggris di kampus tetapi malah pergi kursus memasak ya?”
“Itu pujian kan?”
“Tidak… Ini terlalu tiba-tiba. Kau memasak dengan baik. Oppaku? Seperti ini?”
Perasaan bingung tersirat dalam suaranya. Jo Minjoon tidak merespon dan tersenyum. dia berpikir menjawab itu dengan mengatakan yang sebenarnya tidak ada gunanya. Apakah dia berlatih sendiri? Kapan dia punya waktu sendiri di rumah? Jo Minjoon hanya dapat mengalihkan topik.
“Cukup. Ambilkan aku kol.”
Jo Ara masih bingung, dia tidak menjawab tapi langsung beranjak. Jo Minjoon mengiris kol melintang mengikuti teksturnya. Jika irisannya terlalu besar maka akan susah masuk mulut dan keras saat dikunyah. Pertama dia memotong kol satu hingga dua menit. Setelah itu dia juga mengambil kwetiau.
Jika kau mendidihkan mie dengan sup, mie akan kehilangan oksigen dan mengeras tetapi itu juga membantu menguatkan rasanya. Secara pribadi Jo Minjoon memilih menuangkan sup ke atas mie yang sudah direbus. Karena dia menyukai rasa yang sederhana. Tapi ada alasan dia tidak melakukannya kali ini.
‘Merepotkan.’
Untuk menuangkan sup pada mie butuh usaha dua sampai tiga kalinya. Dan perbedaan rasa di antara kedua metode itu tidak terlalu besar. Hal itu hanya soal preferensi masing-masing. Jika itu masalahnya dia tidak punya alasan untuk membuat dirinya repot. Selain merepotkan, kwetiau tidak akan bercampur dengan baik dalam sup. Jadi dia berharap dengan mendidihkan keduanya bersamaan maka akan lebih sedap.
Jo Minjoon diam menunggui kwetiau hingga mendidih, agar kwetiau tidak sampai lengket. Saat sebelum dia melakukan itu, Jo Minjoon memunculkan alarm yang tidak semengejutkan seperti sebelumnya.
[Champong Daging Paha Depan]
Kesegaran: 94%
Asal: Terlalu banyak bahan ditemukan.
Kualitas: Tinggi
Poin Memasak: 5/10