Dewa Memasak – Bagian 50: Persimpangan (1)
Orang tua Chloe adalah arsitek. Dulu ayahnya pernah berkata bahwa seperti sebuah rumah yang dihuni oleh manusia, harus selaras dengan alam. Chloe tidak tahu apa artinya tapi wajah ayahnya sungguh keren baginya saat mengatakan itu. Pekerjaan arsitek adalah impian Chloe, meski itu membosankan bagi anak yang lain.
Namun, impian itu tidak bertahan lama karena keluarga yang dia sayangi tidak bertahan lama, keluarganya bercerai.
Meskipun orang tuanya dapat menyelaraskan rumah dengan alam, mereka tidak bisa selaras sebagai suami dan istri. Bahkan setelah Chloe lulus sekolah dasar, suara teriakan mereka berakhir pada dokumen perceraian. Hak asuh anak diberikan pada ibunya, Diana Jong, jadi Chloe Crook berubah menjadi Chloe Jong sejak itu.
Diana biasanya memang sibuk, tapi sejak itu, Diana pulang ke rumah semakin malam. Diana ingin anaknya hidup normal meski dari keluarga yang bercerai. Oleh karena itu, dia membiarkan anaknya melakukan apapun yang dia inginkan seperti seni bela diri, menunggang kuda, berenang, karate, dll. Mungkin itu yang Diana harapkan, agar anaknya hidup dengan gembira. Itu yang dia yakini.
Namun, Diana tidak melakukan hal yang paling penting untuk Chloe, yaitu untuk berada di sampingnya. Istilah makanan buatan rumah tentu tidak familiar bagi Chloe. Keahlian Diana memasak sangat bagus dan dia biasanya memasak dengan Chloe di akhir pekan. Akan tetapi, memperhatikan anaknya, apalagi di hari-hari biasa, itu sangat sulit bagi Diana.
Alasan Chloe dapat memasak dengan baik adalah karena itu. Hal yang ingin dia buat terlalu banyak dan dia tidak ingin terus-terusan makan makanan seperti pizza atau hamburger untuk mengisi perutnya. Sesekali dia melihat internet, dan kadang-kadang dia mengikuti cara ibunya memasak hingga keahlian memasak Chloe berkembang seperti Diana.
Dia tidak pernah bermimpi menjadi chef. Sejujurnya, sulit untuk tahu apakah dia memang ingin menjadi chef. Dia hanya suka memasak. Dia berpartisipasi di kompetisi dengan setengah hati, dan sekarang…
“Aku bersungguh-sungguh.”
Di atas kasur, Chloe bergumam sambil menerawang ke atap. Di dalam kepala Chloe, banyak hal terlintas. Kaya, Jo Minjoon, Hugo, …etc.
Poin utama yang terlihat di wajah mereka adalah merka penuh dengan ambisi dan keyakinan dalam memasak. Tentu Chloe juga sangat suka memasak. Tapi jika dia ditanya untuk mempertaruhkan segalanya dalam kehidupannya seperti mereka, dia tidak akan bisa menjawabnya dengan mudah.
Malam itu dia tidak bisa tidur. Chloe memakai pakaian olahraga dan pergi keluar, berjalan-jalan di bawah cahaya bulan. Disamping aneh, itu juga berbahaya karena kau tidak tahu orang macam apa yang berkeliaran di malam hari. Itulah kenapa Chloe berjalan-jalan hanya di sekitar asrama Grand Chef.
‘…Ini masih sedikit menakutkan.’
Angin dingin berhembus dan suasana di sekelilingnya benar-benar sepi. Oleh karena itu, saat dia melihat pria yang sedang duduk di bangku, wajahnya berubah ceria.
“Minjoon! Kau tidak tidur?”
“Hah, apa yang kau lakukan jam segini?”
“Kau juga berada di luar jam segini.”
Jo Minjoon tersenyum dan menjawab. Chloe sekilas melihat ponsel Jo Minjoon. Di layar ponsel yang menyala terang, banyak komentar tertulis. Tapi karena itu dalam huruf Korea, Chloe tidak bisa membacanya.
“Apa yang kau lihat?”
“Komentar.”
“Jika aku melihat itu, aku hanya akan merasa sedih, jadi aku tidak suka membaca itu.”
“Aku juga tidak suka karena itu membuatku sedih.”
“Lalu kenapa kau melihat komentar-komentar itu?”
“Karena itu manusiawi, ingin tahu segala hal yang diumpatkan seseorang tentang dirinya.”
Jo Minjoon berkata seperti itu dan mengangkat bahunya. Chloe menghela nafas.
“Dan kau mengatakan itu pada Kaya bahwa itu buang-buang waktu dan perhatianmu. Kau tampak seperti guru yang menasehati muridnya.”
“Kaya masih muda. Dia akan menemukan kesulitan mengatasinya.”
“Lalu apa kau sudah dewasa?”
Pada pertanyaan Chloe, Jo Minjoon menjawab dengan senyuman. Chloe duduk di samping Jo Minjoon dan membuka suara,
“Menurutku aku masih belum dewasa, Aku masih muda.”
“Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu? Apa malam yang membuatmu menjadi rentan?”
“Hanya karena…”
Chloe tersenyum ceria. Jo Minjoon melihat Chloe kemudian membuka suara,
“Kau terganggu oleh sesuatu.”
“…Tidak ada yang seperti itu.”
“Kau tidak terganggu dan keluar malam-malam begini? Ini sudah pukul 12 malam”
“Kau juga diluar.”
“Tapi aku bermasalah.”
Jo Minjoon berkata seperti itu dan menunjuk ponsel dengan jarinya. Chloe memegang dahinya seolah-olah dia kehilangan kata-kata untuk membalas.
“Iya, bagus. Aku minta maaf, karena tidak terganggu oleh masalah.”
“Tentang apa itu?”
Jo Minjoon bertanya lagi dengan suara yang serius. Chloe memajukan mulutnya dan memeluk lututnya. Ini dingin.
“Begitulah, orang lain bekerja keras dalam hidupnya…Aka tetapi itu tidak terlihat pada diriku.”
“Kau bekerja keras, lalu apa masalahnya?”
“Ambisiku tidak sebanyak kalian dalam memasak, apalagi sampai menyeberangi samudera pasifik dan datang ke sini. Hal ini tentu yang aku paling sukai dan semakin semakin aku suka, tapi aku tidak berpikir aku bisa mengatasi tantangan itu seperti dirimu. Aku bertanya-tanya apakah aku sanggup mempertaruhkan hidupku untuk memasak selamanya.”
“Dan apa yang kau terpikir akan kau lakukan jika bukan memasak?”
“Aku ingin menjadi detektif. Aku penggemar serial Home.”
“Sekarang yang aku lihat, kau berkata bahwa kau akan sekolah hukum.”
Jo Minjoon menatap Chloe seolah-olah dia terkejut. Chloe menutup pipinya dengan kedua tangannya. atau mungkin dia kedinginan. Pada saat itu, Jo Minjoon berpikir untuk melepas mantelnya, tapi dia tidak benar-benar melepasnya. Mereka tidak dalam hubungan seperti itu. Jo Minjoon tertawa dan berkata,
“Ternyata mempunyai banyak kemampuan, juga menyebabkan masalah, sebab kau punya banyak jalan yang bisa di susuri.”
“Lalu kenapa jika aku punya banyak jalan? Hal yang paling penting adalah seberapa banyak yang kau pertaruhkan di jalan itu.”
“Kau telah mempertaruhkan banyak hal. Tidak perlu merasa gelisah.”
Chloe menggelengkan kepalanya dengan lamban.
“Apa yang menggangguku bukan itu, melainkan apakah aku akan terus berjalan di jalan ini?”
“Aku suka masakanmu.”
Meskipun dia berkata dengan terang-terangan, ada sedikit perasaan di dalamnya. Jo Minjoon melanjutkan berbicara.
“Menurutku karaktermu terlihat pada hidanganmu, tidak berlebihan, terlihat lembut dan banyak pertimbangan menyelimuti hidanganmu. Pikiran buruk tidak tampak sama sekali di dalamnya.”
“Meskipun aku tidak melakukan hal yang buruk, tapi aku bisa memikirkan hal-hal yang buruk. Jika kau bisa melihat ke dalam kepalaku kau bahkan akan terkejut.”
“Tidak apa-apa memikirkan apapun itu di kepalamu. Masalahnya adalah kau menunjukkan itu atau tidak dalam sikapmu. Dan Chloe Jong yang aku lihat sampai sekarang adalah seorang yang pemalu tapi punya sisi yang menarik. Jika orang menunjukkan kelemahan seseorang, kau malah cenderung akan mencari kebaikannya.”
“…Hey, jika kau mengatakan seperti itu, aku jadi malu.”
“Jika kau seperti itu, lalu apa aku akan lega? Jika ini direkam untuk disiarkan aku akan hidup menanggung malu selamanya. Aah, aku merinding.”
Jo Minjoon berkata demikian dan mengeluarkan tangannya. Chloe menatap Jo Minjoon. Rambutnya yang pendek berkibar karena angin.
“Masalahku sudah terpecahkan meski belum teratasi.”
“Sebenarya, tidak ada solusi terlepas dari apa yang kau dengar. Pada akhirnya, kau harus berjalan sendiri untuk tahu jawabannya dan jika kau ragu…”
Jo Minjoon mengambil kembali ponselnya dari dalam sakunya dan berdiri. Dia menunjukkan jalan setapak dan berkata,
“Setidaknya, aku akan berjalan di jalan ini bersamamu.”
–
Oh hyunjun : Sungguh menakjubkan bagi orang Korea untuk tampil di acara tv luar negeri. Dia bahkan tidak tinggal di luar negeri dan dia orang Korea biasa.
ㄴ ㅁㄷㅇㄷ : Apa yang menarik dengan itu? Godkorea di sini punya banyak kejadian seperti itu. Itu menyebar ke seluruh dunia!
ㄴ Lee Geoneun : @ㅁㄷㅇㄷ Godkorea pantatmu! Akhirnya, memang seperti itu. Mereka tidak punya kesempatan yang seperti itu di Korea jadi mereka pergi ke luar negeri. Tidak ada jawaban.
Kimbo: Tapi ada sesuatu antara dia dengan gadis kulit putih itu. Jika dia berambut pirang aku akan sangat cemburu.
ㄴ Crow : Kau bisa mewarna rambutmu menjadi pirang, Bodoh! Tch tch.
ㄴ Kimbo : @Crow Jika kau menjemur kulitmu apa kau berubah menjadi orang kulit hitam?
Shin Saeyeon : Setelah melihat itu aku jadi lapar. Ngomong-ngomong Grand Chef sungguh menarik, akan bagus jika mereka datang ke Korea.
ㄴ Hello : Itu benar dan foto profilmu cantik sekali. Apa kau…?
JK KOO : Dari pada berbicara omong kosong lebih baik makan ayam goreng
ㄴ Nopeman : Tidak.
ㄴ JK KOO : @Nopeman Ini pendapatku kenapa kau menentangnya?
ㄴNopeman : Tidak.
Wardo : Ini lezat! Aku paham! Hama mesum. Kumohon!
Kim Yeongchan : Akan menarik, jika Jo Minjoon menang. Pria luar negeri akan mengambil semua penghargaan itu.
ㄴ Lee Joohee : Namun jika dia menang, akankah dia berjuang? Jika di sana dia mendapat penghargaan dia tidak akan kembali ke Korea.
ㄴ Kim Yeongchan : @Lee Joohee Kau tidak tahu tentang itu. Dia mungkin akan kembali merindukan kota asalnya, tapi yang aku lihat, akan lebih baik baginya untuk tetap tinggal di sana.
ㄴ Nopeman : @Kim Yeongchan Tidak.
Kimchipepperman : Akan bagus, jika Kaya dan Jo Minjoon akhirnya bersama.
Jo Minjoon berhenti melihat layar. Berbeda dengan kekhawatirannya, reaksi di Korea cukup bagus dan di sana banyak orang yang menyebutkan hal-hal lain selain dirinya. Sejujurnya, dia merasa bersyukur bahwa perhatian yang dia terima rendah, itu cukup bagus karena menurutnya, semakin banyak perhatian yang diberikan, maka semakin banyak hal negatif yang dibicarakan dari pada hal baik.
“Apa mereka orang Korea?”
Kaya yang melihat sekilas sesekali bertanya dengan suara rendah. Jo Minjoon mengangguk. Kaya bertanya lagi dengan hati-hati.
“Apa ada yang membicarakan aku?”
“Tidak banyak.”
Sebetulnya, dia banyak dibicarakan tapi semua berhubungan dengan Jo Minjoon. Sedikit memalukan untuk mengatakan itu di depannya. Dia memasang wajah lega. Jo Minjoon tersenyum kecut dan bertanya,
“Apa kau khawatir sebanyak itu?”
“Tidak ada seorang pun yang suka dirundung.”
“Maka bersikaplah sedikit lembut saat siaran, lalu separuh orang yang membencimu akan menghilang.”
“Cukup. Itu bukan aku.”
“Jika kau bicara seperti itu aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.”
Jo Minjoon mematikan layar ponselnya dan mengangkat kepalanya. Di dapur, para peserta berkumpul, tapi mereka berkumpul bukan untuk makan seperti biasanya, melainkan misi akan segera dimulai.
Tidak ada jadwal yang pasti untuk misi selanjutnya, kadang-kadang dalam dua hari, kadang-kadang dalam 7 hari. Para juri dan PD harus mengatur jadwal bersama, jadi, itu tidak terhindarkan. Meski begitu, menunggu tanpa jadwal adalah hal yang menjengkelkan.
Oleh karena itu, wajah para juri sedikit masam karena sedang menunggu saat-saat para juri masuk. Hugo, yang di sebelah Jo Minjoon, bertanya dengan wajah gugup.
“Menurutmu apa misi selanjutnya?”
“Entahlah. Menurutku semua tema biasa sudah keluar. Akankah kali ini memasak secara individu dan mereka memutuskan metode memasak dan bahan-bahan untuk kita.”
“Aku akan melakukan sesuatu seperti Texas barbeque.”
“Kau harus memperhatikannya selama 24 jam ke depan. Kau mau melakukannya?”
“Itu benar juga.”
Hugo mengakuinya dengan jelas dan mengangkat bahu. Setelah beberapa saat, pintu di belakang dapur mulai perlahan terbuka. Para peserta menelan ludah dan melihat ke arah pintu. Namun ada yang berbeda. Ada banyak perbedaan dari biasanya, yaitu jumlah para juri. Lebih tepatnya, Joseph dan Alan tidak di sana. Satu-satunya yang masuk adalah Emily.
Emily terbatuk sembari berdiri di atas panggung dan memperbaiki suaranya. Para peserta melihat Emily dengan sangat penasaran dan Emily tersenyum dengan sopan.
“Hallo semua. Meskipun aku telah melihat kalian cukup lama, tapi sepertinya masih baru kemarin.”
Emily melihat ke masing-masing peserta dan perlahan-lahan tersenyum pada mereka. Saat dia melihat Jo Minjoon, dia tersenyum semakin ceria, tapi Jo Minjoon mengabaikannya. Setelah Emily bertanya pada Jo Minjoon untuk menjadi epicurean, suasana canggung terasa di antara mereka. Itu bisa dikatakan bahwa mereka merasa tidak nyaman satu sama lain. Tentunya, yang paling utama adalah mereka tidak saling berbicara satu sama lain.
“Hari ini kalian harus memilih antara Alan dan Joseph. Aku akan katakan lebih dahulu bahwa ini buka misi tim. Jadi, saat kalian memilih, lakukan dengan serius. Kalian tidak perlu khawatir tentang siapa yang paling kacau. Aku katakan sekali lagi, ini bukan misi tim.
Saat Jo minjoon mendengar kata-kata Emily, dia samar-samar tahu identitas misi itu. Dia bertanya-tanya apakah para peserta yang para juri pilih akan bermacam-macam bergantung dari hidangan yang mereka pilih sebelumnya, bergabung, lalu membuat itu dengan baik. Sebenarnya dia ingat sedikit pernah melihat misi ini.
“Kalian akan tahu detailnya setelah kalian memilih. Orang yang memilih Alan silahkan pergi ke taman dan yang memilih Joseph tetap di tempat. Aku akan memberi kalian waktu satu menit persis.”
Para peserta tidak berbicara sepatah kata pun dan mulai mempertimbangkan di dalam kepalanya. Akan seperti apa misi kali ini? Siapa yang lebih baik di pilih?
Kemudian, 1 menit berlalu. Emily berteriak.
“Silahkan memilih!”
Jo Minjoon melangkahkan kakinya.
<Persimpangan (1)> Selesai.