Dewa Memasak – Bagian 51: Persimpangan (2)
Tidak ada yang perlu dikatakan. Pada saat dia diberi waktu untuk memilih, Jo Minjoon sudah memutuskan.
Alan dan Joseph adalah chef dengan sifat dasar yang sangat berbeda. Joseph pada dasarnya adalah chef yang mementingkan masakan ortodoks dan Alan adalah chef yang lebih mengutamakan keaslian.
Itu bukan berarti salah satunya lebih baik dari yang lain. Hanya saja, Jo Minjoon punya firasat jika dia memilih Joseph, Jo Minjoon akan mencurahkan keahlian lebih banyak dari pada resep. Jadi, lebih baik memilih sisi yang aman, yang mengandalkan kemampuan resep paling banyak, karena kekuatan terbaik Jo Minjoon adalah resep yang didesain oleh sistem.
Jo Minjoon melihat sekilas ke sebelahnya. Ada 7 orang yang meninggalkan dapur bersama dirinya, yaitu Kaya, Anderson, Hugo, Carlos, dan peserta lain. Chloe dan Marco masih tetap di dapur.
Yang tidak terduga adalah Anderson karena masakan dan karakter Anderson adalah mudah gelisah dan tegang. Masakan ortodoks lebih cocok dengannya dari pada masakan yang menantang. Jo Minjoon berpikir seperti itu.
Saat dia melihat Anderson sambil berpikir seperti itu, dia tidak berhenti melangkahkan kaki dan mengerutkan dahi.
“Apa? Kenapa?”
“Tidak ada.”
“Katakan apa itu! Jangan membuatku penasaran, segera katakan.”
“Itu tidak penting. Aku baru menyadari bahwa kau lebih tertarik memilih Alan dari pada Joseph.”
“Lalu kenapa itu menarik?”
“Yaa begitulah. Kau biasanya memasak secara ortodokss.”
Anderson tersenyum dan menjawab.
“Jika kau bisa membuat hidangan ortodokss, kau bisa memasak apapun.”
“Itu benar. Kau pintar.”
Jo Minjoon menggelengkan kepala seolah-olah dia lelah karena Anderson. Anderson mengerutkan dahi sembari melihat Jo Minjoon yang bersikap seperti itu, tapi tidak mengatakan apapun. Kaya yang melihat mereka berdua mendecakkan lidahnya dan berkata,
“Apa kalian anak-anak?”
“…Aku merasa asangat aneh mendengar itu darimu.”
Karena yang paling kekanak-kanakan dan manja adalah Kaya. Dia berkata dengan wajah terang-terangan.
“Aku masih remaja. Itu adalah usia yang aku tidak perlu bertingkah seperti orang dewasa.”
“Karena kau berkata seperti itu, aku jadi yakin.”
Jo Minjoon mengangguk dan tersenyum.
Taman Grand Chef sama luasnya dengan stadion. Jo Minjoon melangkahkan kaki dengan wajah gugup. Apa keputusannya bagus? Jo Minjoon tidak tahu, hingga dia mengalaminya.
Alan berdiri di bawah pohon willow yang lebat. Di depannya, diletakkan sebuah meja dan di atasnya ada piring yang ditutup dengan plastik transparan. Setiap kali ada angin berhembus dan menggoyangkan ranting pohon, sinar matahari membuat bayangan Alan muncul dan menghilang seperti arus air. Alih-alih romantis, itu tampak seperti sebuah video yang di mainkan di layar dengan piksel yang pecah.
“Ada 7 orang dari kalian? Itu lebih banyak dari yang aku duga. Aku pikir kalian tidak akan datang karena tidak menyukaiku.”
Alan berkata dengan suara yang kau tidak tahu apakah dia sedang bercanda atau dia berkata serius. Jo Minjoon dan peserta yang lain tentunya melihat Alan dengan wajah canggung. Ini adalah saat yang kau bisa menyebutnya saat-saat kesenjagan terasa. Mungkinkah bisa dikatakan bahwa kata-katanya itu sungguh dalam? ataukah dia sedang menebar pesona? Alan membuka suara.
“Apa yang kalian pikirkan tentang misi kali ini saat datang kepadaku? Hugo, Jawab aku.”
“Ah…untuk meniru menu khas andalan dari chef atau chef akan mengajari kita sebuah hidangan favoritnya. Menurutku, mungkin 1-2 hidangan.”
“Yaaa, jika aku harus memilih, lebih tepatnya yang kedua”
Alan mengatakan itu dan melihat mereka dengan tatapan penuh makna. Alan perlahan berkata,
“Aku akan bertanya pada kalian sebelum mengumumkan tema misi kali ini. Aku akan memberi kalian kesempatan terakhir untuk pergi memilih Joseph. Apa kalian tidak ingin berubah?”
Para peserta hanya saling bertatapan tanpa ekspresi, tapi tidak ada yang terlihat ingin mengubah keputusannya karena tidak ada artinya meski berubah pikiran sebelum kau tahu apa misinya. Alan mengangguk.
“Bagus. Lalu aku akan mengatakan pada kalian misinya.”
Alan berbicara seperti itu dan membuka plastik transparan penutup piring. Pada saat itu, suara tertawa terdengar. Itu berasal dari Jo Minjoon. Jo Minjoon melihat isi piring itu dengan putus asa. Itu tampak seperti dibuat menurut sesuai dengan prinsipnya, alih-alih dibuat menarik. Dia bisa melihat bulir nasi putih yang sedap dan aroma yang tercium adalah aroma keju bersama dengan sedikit aroma bawang bombay dan daun bawang prei.
Risotto. Orang Korea menganggap itu bokkeumbap Italia, tapi sebenarnya, itu lebih seperti bubur dari pada nasi. Di Italia hidangan ini dimakan sebagai primo piatto bersama dengan pasta atau ravioli. Pada saat pesta, itu umum dimasak untuk menggantikan pasta, tapi biasanya itu adalah hidangan yang di makan sebagai makanan keluarga pada umumnya.
Di Italia itu adalah hidangan yang sangat familiar dan banyak disukai seperti pasta dan pizza. Tiba-tiba, Jo Minjoon menjadi ragu, apakah Alan orang Italia. Sejujurnya, dia tidak banyak memperhatikan Alan, jadi, dia tidak tahu di mana tempat lahirnya. Tapi beruntungnya, keragu-raguannya segera terjawab. Alan menyajikan sesendok risotto ke dalam 7 piring dan berkata,
“Aku lahir di Italia. Jelas aku makan pasta dan aku juga makan risotto sebagai makanan sehari-hari. Oleh karena itu, aku bisa mengevaluasi rasanya lebih akurat. Kalian harus membuat risotto dengan mempertimbangkan metode memasak seperti biasa dan sekaligus memuaskan lidah. Kalian bisa menggunakan bahan apapun yang kalian inginkan. Hanya saja, jangan lupa definisi risotto.”
Alan berkata dengan suara tegas.. Jo Minjoon melihat sekilas pada wajah peserta yang lain. Tiga di antara mereka tampak percaya diri dan tiga sisanya tidak. Anderson dan Hugo adalah dua orang yang percaya diri. Ngomong-ngomong, waktu itu Hugo membuat hidangan Italia, ossobuco, dengan cara yang sempurna.
Saat Jo Minjoon bertanya pada Hugo secara diam-diam, tidak ada hal khusus dengan itu. Pengalaman. Neneknya, yang orang Italia, membuatkannya banyak sekali hidangan Italia sejak kecil dan dia mengatakan bahwa dia telah membuat itu beberapa kali. Dia juga mengatakan bahwa ossobuco adalah spesialisasinya, jadi hidangan 8 poin itu adalah buktinya.
‘Jika kau menggabungkan level memasak dan pengalaman menjadi satu, sebuah hidangan yang melebihi ekspektasimu adalah hasilnya…’
Sejujurnya, Jo Minjoon iri. Jo Minjoon tidak bisa makan hidangan yang di masak dengan baik sejak kecil karena keahlian memasak ibunya yang ala kadarnya. Makanan buatan Lee Hyeseon selalu terlalu asin atau terlalu hambar dan sering kali makanan itu tidak di masak dengan baik.
Demikianlah masalah yang dimiliki Jo Minjoon, yaitu keahlian memasaknya tidak punya teladan dasar. Dia melihat internet atau siaran tv dan meniru resep hidangan yang terlihat lezat. Dia tidak mempunyai batasan sehingga dia bisa memasak semua jenis hidangan. Namun itu tidak bisa dikatakan bahwa hidangan-hidangan itu andalannya karena hidangan itu tidak menunjukkan warna Jo Minjoon, tapi transparan dan pucat.
Dia terganggu dengan itu tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Pengalaman yang dia kumpulkan selama hidupnya, bukan, itu adalah masalah identitas dari pada pengalaman.
Setelah berapa saat, Alan melihat Jo Minjoon dan berkata,
“Minjoon, kau telah menunjukkan pada kita kemampuan indera pengecapmu sebelumnya. Bisakah kau menebak semua bahan-bahan dalam risotto ini?”
Dia tidak menyangka itu tapi dia paham karena membiarkan kemampuan itu terbuang sia-sia dalam siaran itu sungguh bukan hal yang bagus dilakukan. Jo Minjoon menyendok risotto lalu perlahan-lahan membuka mulutnya.
“Bawang merah dan bawang bombay bercampur dengan rasio 1-1. Ada bawang putih yang dicincang dan nasi arborio. Karena ini hidangan italia, akan bagus jika menggunakan beras Italia. Jelas ada garam dan juga wine putih kering.”
Jo Minjoon mengambil nafas yang sebelumnya dia tahan. Para peserta melihatnya dengan wajah yang sulit diartikan. Jo Minjoon melanjutkan berbicara.
“Ada keju parmegiano dan reggiano di dalamnya, sedikit merica untuk membumbuinya, jelas ada minyak zaitun, dan sebagai kaldunya adalah kaldu kerang. Apakah ini sudah semuanya?”
“…Benar.”
Alan melihat Jo Minjoon dengan wajah yang tidak biasa. Sesekali, ada epicurean yang luar biasa yang bisa bisa mengenali semua bahan-bahan seperti Jo Minjoon. Namun, meski mereka tidak bisa mengatakan bahan-bahan itu dengan sangat percaya diri. Bagaimana dia bisa membedakan bawang merah dan bawang bombay? Betapa sulitnya membedakan rasa keduanya jika kau tidak tahu bahwa mereka dimasukkan ke dalam makanan. Meski jika kau makan dengan mengetahui itu, itu akan berbeda. Bukankah orang biasa tidak bisa membedakan antara cola dan soda?
Jadi, Alan hanya bisa penasaran dengan hidangan yang akan Jo Minjoon buat. Lukisan yang digambar oleh orang biasa yang buta warna dan lukisan yang digambar oleh orang yang bisa melihat warna tentu akan berbeda. Pada dasarnya, itu karena dunia yang mereka lihat berbeda. Dan Alanberpikir bahwa dunia pengecapan Jo Minjoon berbeda. Dia yakin seperti itu bahwa jika Jo Minjoon menyelesaikan cita rasa khas buatannya, itu akan terasa mewah dan halus yang tidak bisa dibandingkan dengan siapapun.
Tatapan peserta berubah malu-malu. Mereka tahu bahwa Jo Minjoon memiliki indera pengecap yang jenius tapi pemandangan itu mereka belum terbiasa. Anderson mengerutkan dahi dan mencoba merasakan semua bahan-bahan yang Jo Minjoon sebutkan. Tapi itu sulit. rasa yang bercampur semakin lama semakin hilang dari bentuk rasa aslinya.
‘Bagaimana dia bisa membaca semua rasa seperti itu?’
Disamping bakat itu, Anderson juga iri. Dia mempunyai firasat bahwa dunia pengecapan Jo Minjoon lebih indah dan bahagia dari pada dia. Namun tentunya, di dunia nyata itu sedikit berbeda.
“Oke. Sekarang acara pembuka sudah berakhir, kita akan lanjut pada acara utama. Jika kau menyimak bahan-bahan yang disebutkan Jo Minjoon, tidak ada yang spesial. Itu adalah bahan-bahan dasar dan biasa. Tapi cita rasanya…sedikit memalukan untuk mengatakan ini buatanku sendiri, tapi aku yakin bahwa kalian akan puas dengan itu.”
Para peserta mengangguk. Risotto Alan sangat lezat hingga membuat mereka lupa bahwa mereka sedang dalam menjalankan misi. Alan melanjutkan berbicara,
“Satu-satunya yang aku ingin berikan adalah ini. Itu adalah risotto pada umumnya, tidak terlalu berlebihan. Jika kau mengingat semua itu, aku yakin bahwa risotto yang luar biasa akan muncul.”
“……Risotto.”
Kaya bergumam dengan suara rendah. Suaranya yang terdengar seperti dia sedang marah menunjukkan bahwa dia gugup saat ini karena karakternya adalah menegakkan durinya saat sedang gugup.
Bahkan pada pandangan pertama, Kaya memasang wajah yang mengatakan bahwa dia tidak punya pengalaman dengan itu, begitu juga dengan Carlos. Wajah mereka sangat pucat hingga Jo Minjoon merasa kasihan.
‘Apa aku memasang wajah seperti kalian?’
Jo Minjoon mengulurkan tangannya dan meraba-raba mukanya. Tapi tentunya, tidak ada cara dia bisa tahu bagaimana ekspresinya saat ini. Alan membuka suara.
“Salah satu dari kalian dan salah satu dari yang mengikuti Joseph akan didiskualifikasi. Akan tetapi jika hidangan kalian sangat sempurna hingga aku tidak bisa mendiskualifikasi kalian, tentu hari ini akan menjadi hari tanpa diskualifikasi. Aku juga akan senang jika hari itu tiba. Sekarang, ayo kerjakan.”
Dengan memperhitungkan bahwa para peserta melangkah sejauh ini ke taman, itu adalah pengumuman yang sungguh asal-asalan. Namun demikian, mereka tentu akan terlihat benar-benar gugup di layar…
“Apa kau bisa membuat risotto dengan baik?”
Pada suara yang tidak terduga itu, Jo Minjoon menoleh. Itu adalah suara Kaya. Jo Minjoon menggelengkan kepala dan berkata,
“Sejujurnya, itu bukan spesialisasiku. Tapi aku akan bekerja keras.”
“Sepertinya kau tidak punya spesialisasi apapun.”
“… Sekarang jika aku pikir-pikir, sepertinya memang begitu.”
Pada kata-kata Kaya, dia menghela nafas seolah-olah kegugupannya sedikit reda. Tapi dia tampak malu-malu untuk tertawa seperti itu dan memaksa dirinya untuk tidak tertawa da berkata,
“Meski begitu, makananmu lezat.”
“..Benarkah?”
“Iya, benar.”
“Oh, tunggu. Ayo berhenti. Mereka aka mengedit kita sekali lagi.”
Setelah Kaya berkata itu, dia melotot pada kameramen yang mengikutinya dari belakang. Karena kameramen tertawa tanpa suara dengan wajah bingung, Kaya berguman,
“Kau hanya mendapat ini, bukan?”
Kameramen tidak menjawab. Dia tidak mengharap jawaban. Jadi, dia berbalik dengan wajah dingin dan menatap Jo Minjoon. Kameramen menyeringai. Bisakah wanita muda ini tahu betapa menariknya sikapnya di kamera?
<Persimpangan (2)> Selesai.