Dewa Memasak – Bagian 52: Persimpangan (3)
Saat mereka kembali ke dapur, suasana di sana sama canggungnya dengan di taman. Itu sangat wajar terjadi terlepas dari misi, karena sulit bagi mereka jika bukan misi yang mereka cakap melakukannya, misalnya membuat stik.
Namun, tema Joseph memiliki poin yang lebih mudah dari pada Alan.
“Kau paella?”
Jo Minjoon bertanya dengan wajah putus asa. Chloe mengangguk dan menjawab,
“Iya. Aku juga terkejut. Aku tidak pernah berpikir bahwa hidangan spanyol akan muncul.”
Setelah dia berbicara seperti itu, dia menghela nafas. Namun Jo Minjoon sedikit iri pada Chloe karena setidaknya, kau bisa membuat paella tanpa keju.
Jo Minjoon membuat risotto sesekali, tapi tidak seenak itu. Mungkin karena hidangan itu pada dasarnya dicampur dengan keju. Bukan karena dia tidak menyukainya, melainkan dia tidak bisa mencernanya dengan baik. Bukankah dia sakit perut, karena tepat sebelum babak penyisihan dia makan risotto?
Meski dia bisa membuat risotto yang enak, dia tidak percaya diri untuk membuat risotto yang sempurna karena dia tidak bisa memasak risotto yang al dente. Kecuali restoran mahal, mereka semua menyajikan risotto yang kacau. Mungkin, Itu dimaksudkan agar cocok dengan selera mereka tapi bulir berasnya biasanya terlalu matang dan hancur.
Karena dia hidup dengan makan risotto yang seperti itu, dia tidak bisa mendapat contoh risotto yang benar. Meski begitu, alasan dia tidak merasa putus asa adalah dia punya kekuatan dari sistem. Saat dia merancang resep, jika ada poin yang aneh, itu akan terlihat melalui skor estimasi.
Waktunya untuk merancang resep 10 menit. Jo Minjoon merancang resep beberapa kali di dalam kepalanya. Dia memasukkan kerang laut, daging bacon, dan apapun yang terlintas di pikirannya yang bisa berpadu dengan baik dalam risotto.
Akan tetapi, itu bukan hal yang mudah. Skornya kebanyakan hanya 5 poin, dan satu-satunya yang bagus hanya mendapat 6 poin. ‘Apa aku tidak merancangnya dengan bagus? ataukah skor juga memperhitungkan seberapa aku paham tentang risotto…’Dia merasa frustasi, karena pada saat dia memikirkan tentang itu, waktu tetap berjalan.
Tapi Jo Minjoon bukan satu-satunya orang yang bermasalah dalam merancang menu. Kaya dan Carlos pun sama. Kaya tidak pernah makan risotto yang sesungguhnya seumur hidupnya. Lebih tepatnya, hanya sekali, risotto Alan yang baru saja dia coba.
Kaya hanya menatap ke arah meja yang kosong di depannya. Sebenarnya, dia sedang menggambar lukisan dirinya membuat risotto di tempat itu. Dia mengkombinasi bahan-bahan yang berbeda, tapi dia hanya bisa memikirkan satu resep yang cukup bagus. Namun…
“Ambil bahan-bahan!” Kalian harus menyelesaikan hidangan kalian dalam 1 jam!”
Tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Jo Minjoon melangkahkan kakinya. Itu bukan resep yang sempurna, tapi dia tertarik pada resep itu. Itu resep yang dibuat dengan ham khas Italia, prosciutto, dan buah pir masak.
Keju yang akan dia gunakan adalah parmigiano dan reggiano seperti yang Alan gunakan. Arti dari nama keju itu sederhana, yaitu tempat asal keju, daerah Parma. Keju ini berasal dari Italia, daerah Parma, keju ini dikenal dengan nama keju parmesan di Korea. Akan tetapi, kedua keju itu sangat berbeda. Keju parmesan adalah kombinasi dari keju parmigiano, reggiano, dan bahan lainnya. Mengatakan keduanya sama, sama saja dengan mengatakan bahwa emas murni sama dengan campuran baja.
Beras yang digunakan sama dengan Alan, yaitu beras arborio. Itu adalah beras yang paling cocok untuk membuat risotto, yaitu jenis beras yang berukuran pendek, bulir berasnya keras, dan punya elastisitas yang kuat. Bisa dikatakan bahwa bahan ini punya sinergi yang kuat saat dikombinasikan dengan bahan yang lain.
Buah pir yang digunakan adalah pir bosc (pir kaiser). Pir Korea mempunyai bentuk yang bulat seperti hallabong dan dibandingkan dengan pir Korea, pir bosch lebih renyah dan mengandung lebih banyak gula. Itulah mengapa Jo Minjoon berharap agar Korea hanya memproduksi buah pir bosh karena memang selezat itu.
Sebetulnya, jika kita harus memeriksa kematangan buah, dia harus menekan bagian ujung tangkai sejenak, tapi Jo Minjoon tidak perlu melakukannya karena sistem mengatakan segalanya pada Jo Minjoon.
[Pir Bosc]
Freshness: 94%
Asal: California
Kualitas: Tinggi
Itu adalah pir yang terbaik yang bisa Jo Minjoon pilih saat ini, karena meskipun buah pir segera dikirimkan, dibanding dengan didapatkan langsung ditempat itu, kesegarannya pasti sedikit turun.
Mata Jo Minjoon bergerak cepat memilih buah pir. Dia melihat 20 layar lebih dan memilih 2 buah pir bosch, kemudian dia memilih bawang merah dan sage segar. Herba ini juga dikenal sebagai salvia yang sangat kuat.
Saffron juga pilihan yang menarik tapi sejujurnya dia tidak percaya diri dalam menanganinya dengan sempurna karena saffron adalah herba yang sangat sulit ditangani. Dia sangat ragu-ragu menggunakannya pada hidangan yang tidak biasa seperti risotto.
Setelah dia berjalan melewati area sayuran, Jo Minjoon memutar bola matanya melihat ke area tempat daging ham. Daging Prosciutto. Prosciutto juga merupakan salah satu produk asli dari Parma, sama seperti parmigiano dan reggiano. Prosciutto adalah daging ham yang dibuat dengan mengeringkan daging sosis dan poin spesialnya adalah daging ham tidak perlu diasapi.
Dengan menggunakan metode pengawetan kering seperti pada pengeringan daging, nutrisinya terkondensasi dan aromanya meningkat, alih-alih menggunakan metode pengawetan basah, begitu juga dengan prosciutto. Akan tetapi poin yang tidak bisa dibandingkan pada pengawetan kering yaitu waktu kematangan prociutto memakan beberapa tahun.
Pada kasus prosciutto, itu di disegel dengan plastik, jadi kualitasnya terjaga. Jo Minjoon meraih prosciutto tanpa ragu dan terus berjalan.
Kaldu ayam, mentega, wine putih kering, dan merica, itu semua adalah bahan-bahan yang dia perlukan. Dia tidak perlu garam. Dia berencana untuk membumbuinya hanya dengan keju.
Jo Minjoon adalah salah satu peserta yang tidak berlama-lama dalam memilih bahan-bahan karena peserta yang lain harus mengecek kualitas dari bahan satu per satu. Jo Min Joon adalah yang pertama selesai memilih bahan-bahan. Dia memanaskan wajan saus berukuran kecil di atas api medium dan para juri mendekatinya. Joseph bertanya.
“Kau memilih bahan-bahan segar dengan baik. Hidangan apa yang akan kau buat?”
“Ini adalah risotto yang dibuat dengan buah pir, prosciutto dan sage.”
“Aroma sage kuat dan prosciutto juga sama. Apa kau bisa membuat kedua bahan itu tidak bentrok satu sama lain?”
“Aku berencana untuk menggunakan sage hanya sedikit. Jika hidangan selesai sesuai yang aku pikirkan, setidaknya, itu tidak akan dibuang ke tempat sampah.”
Para juri melihat Jo Minjoon dengan tatapan iri tanpa berkata apa-apa. Jo Minjoon mengabaikannya dan berkonsentrasi memasak. Estimasi skor memasak adalah 7. Meskipun resepnya bagus, itu juga berarti masih ada yang kurang. Sebenarnya, risotto adalah hidangan seperti itu, alih-alih resepnya, chef yang membuatnya bisa menghasilkan perbedaan seperti langit dan bumi. Bagi pemula, itu adalah hidangan yang akan gagal 100 kali dari 1000 kali mencoba.
Oleh karena itu, Jo Minjoon harus lebih berkonsentrasi dari sebelumnya. Jo Minjoon menuang minyak zaitun dan memanaskan itu dengan api yang cukup. Dia tidak bisa membiarkannya hingga berasap karena itu berarti minyak zaitun hagus. Saat minyak mulai mengilap, itu berarti sudah cukup panas.
Jo Minjoon mengiris keju prosiutto tipis-tipis dan meletakkannya di atas minyak dengan 4 helai daun sage. Setelah menunggunya menjadi renyah, dia harus mengeluarkannya dengan saringan dan menempatkan itu di atas tisu dapur agar minyak yang berlebih diserap oleh tisu.
Selanjutnya adalah kaldu. Jo Minjoon menuangkan kaldu ayam ke dalam wajan berukuran sedang dan menyalakan api. Jo Minjoon harus menggunakan level api yang tepat.
Setelah menempatkan kaldu di atas api, Jo Minjoon meletakkan bawang merah dan prosciutto di atas papan talenan. Itu bukan prosciutto yang dia baru saja goreng melainkan prosciutto yang baru. Dia mencincang prosciutto sejumlah yang dia goreng bersama dengan bawang merah, lalu dia hanya harus menggoreng itu di wajan dengan api kecil.
Sebelum bawang merah berubah kecoklatan saat digoreng, ada banyak hal yang harus dilakukan dalam 1-2 menit itu. Pertama, dia harus mengeluarkan daun sage sedikit lalu harus mengupas buah pir dan memotongnya menjadi seukuran dadu. Saat dia menangani buah pir dan melihat ke sekeliling, bawang bombay sudah matang. Tangan Jo Minjoon bergerak cepat, dan karena itu, sebuah suara terdengar.
“Minjoon! Lihat tanganmu! Tanganmu!”
Itu adalah suara Emily. Jo Minjoon memeriksa sekelilingnya dengan ekspresi tercengang. Barulah dia sadar bahwa ibu jari sebelah kirinya terluka cukup dalam. Jo Minjoon mengangkat lengan kirinya. Kru medis segera mendekatinya lalu memberinya disinfektan dan menyemprotkan obat hemostatik pada ibu jarinya. Emily bertanya dengan wajah cemas.
“Kau bisa melanjutkan?”
“Aku harus.”
Jo Minjoon menjawab dengan jelas dan memotong sisa buah pir dengan tangan yang lain dan meletakkannya ke atas wajan. Buah pir, beras, dan sesendok teh sage. Jo Minjoon tidak menggorengnya, tapi hanya melapisinya dengan minyak dengan cara mengocok wajan, lalu selanjutnya wine. Setelah perlakuan itu selesai, dia memakai sarung tangan karet lalu menuangkan setengah cangkir wine kering ke dalam wajan. Tangannya panas, tapi Jo Minjoon penuh konsentrasi agar tidak mengganggu proses itu.
Dia memperbesar api pada wajan yang berisi campuran bahan lalu Jo Minjoon hanya perlu menunggu agar wine mendidih dan meresap ke dalam bulir nasi. Barulah saat itu dia menyadari bahwa Emily masih melihat Jo Minjoon dengan cemas dan dia bukan satu-satunya orang yang seperti itu. Dia tidak tahu kapan Alan datang tapi Alan juga mendekatinya dan melihat tangannya. Lebih tepatnya, pada tangan kirinya. Jo Minjoon melihat tangannya. Sekarang dia sadar, betapa panas, dan sakitnya hingga dia mengernyit.
Alan dan Emily tidak bisa mengatakan pada Jo Minjoon agar berhenti dan mendapatkan perawatan yang benar karena mereka tahu dengan pasti bahwa Jo Minjoon dan semua peserta yang lain menganggap tempat ini sangat berarti. Jo Minjoon menenangkan dirinya dan berkata,
“Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu Anda cemaskan.”
“…Segera setelah misi berakhir, mintalah pengobatan yang benar.”
Alan berkata dengan suara tegas dan membalikkan badan. Emily pun menghela nafas dan pergi ke meja yang lain. Jo Minjoon menggigit bibirnya. Sakitnya semakin parah tapi itu bukan saatnya untuk menangis.
‘Ibu jarinya…menggerakkannya sedikit sulit.’
Karena rasa sakit itu, membuat Jo Minjoon tidak bisa merasakan ibu jarinya dengan benar. Namun dia sudah selesai menggunakan pisau. Ketidaknyamanan ini bukanlah masalah besar.
Saat wine hampir habis mendidih bersama dengan nasi, Jo Minjoon menuangkan kira-kira separuh cangkir kaldu ayam yang mendidih ke atas nasi. Setelah mendidih hingga hampir habis, Jo Minjoon menambahkan secangkir lagi, dan setelah hampir habis, dia menambahkan secangkir lagi.
Dia melakukan itu berulang-ulang hingga 10-15 menit berlalu. Bulir nasi perlahan-lahan menjadi lebih lengket, dan itulah saatnya memasukkan sisa buah pir. Jo Minjoon mengupas buah pir, memotongnya seperti sebelumnya lalu memasukkannya ke dalam wajan. Buah pir perlahan-lahan layu di dalam kaldu yang panas kemudian hancur.
Jo Minjoon mencicipinya lagi. Dia merasakan bentuk bulat dari bulir nasi dan juga merasakan sedikit aroma di dalamnya. Dia tidak bisa tahu dengan pasti apa artinya al dente, tapi dia mencoba yang terbaik untuk mendapatkan itu. Sistem tidak bisa melakukannya tapi lidahnya bisa.
Itu sulit. Cita rasa nasi, buah pir, wine, kaldu ayam, dan sage. Merasakan semua cita rasa itu pada saat yang sama adalah hal yang sungguh sulit dilakukan. Namun, Jo Minjoon belum pernah sekonsentrasi ini sebelumnya. Itu hidangan yang tidak familir. Oleh karenanya, dia harus mengevaluasi itu dengan lebih sempurna.
Beberapa saat kemudian Jo Minjoon lupa dengan ibu jarinya yang sakit, dia hanya fokus pada cita rasa masakannya. Rasa, aroma, dan tekstur dari masakannya. Satu-satunya hal yang dia lihat saat ini adalah risotto dan dia hanya mendengarkan suara bulir nasi yang meletup di mulutnya. Jo Minjoon memusatkan konsentrasinya pada lidahnya. Tidak. Lebih tepatnya, dia bukan berkonsentrasi pada lidahnya, melainkan pada memasak. Jo Minjoon tersesat dalam masakannya. Bukan. Masakannya yang memeluknya.
Meski sebelumnya dia biasa menggunakan semua kaldu, Jo Minjoon yakin bahwa bulir nasinya telah matang. Bulir-bulir itu menggembung seperti balon dan saat Jo Minjoon mengunyahnya, giginya merasakan kelembutan di dalam bulir. Aroma wine dan kaldu ayam serta aroma sage dan prosciutto menggelitik hidungnya seperti teka-teki yang rumit.
Jo Minjoon mematikan api dan mulai mendinginkan risotto. Setelah satu menit berlalu, dia memasukkan mentega leleh, keju dan merica untuk membumbuinya. Selesai.
‘Apa skor estimasinya 6?’
Jo Minjoon menggigit bibirnya dan mulai menatap risotto. Sistem adalah kekuatannya. Pada akhirnya, sistem tidak menentukan batas Jo Minjoon. Sebuah risotto yang bagus sekali. Meskipun dia belum pernah makan risotto yang benar, pada akhirnya hidangan itu tetaplah makanan, makanan yang enak dan Jo Minjoon tahu bagaimana membuatnya enak. Seperti yang Alan katakan, dia tahu apa itu memasak. Meskipun dia tidak punya indera pengecap absolut seperti yang mereka pikirkan, Jo Minjoon yakin pada bakat dan ambisinya pada memasak.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa siapa yang yakin pada dirinya sendiri maka tidak ada hal yang tidak mungkin. Kadang-kadang dia berpikir bahwa pepatah itu terlalu idealis dan sederhana, tapi sekarang dia merasa bahwa dia paham dengan kata-kata itu.
Pemahaman dan kepercayaan tentang hal itu memberi kompensasi padanya.
[Kau membuat risotto melebihi batasmu dengan konsentrasi yang sangat mengejutkan!]
[Bahan-bahan di dalamnya selaras berpadu dengan sempurna. Nasi yang Anda buat mengandung semua rasa itu!]
[Kemampuan memasak masakan Italia meningkat!]
Mata Jo Minjoon bergetar. Dia melihat layar terakhir dengan tatapan yang bergetar itu.
[Risotto Buah Pir]
Kesegaran: 95%
Asal: (Telalu banyak bahan untuk ditunjukkan)
Kualitas: Tinggi
Skor memasak: 8/10
<Persimpangan (3)> Selesai.