Dewa Memasak – Bagian 55: Perjalanan, memasak, dan bisnis (1)
Saat dia melihat ke luar jendela, pemandangan indah silih berganti. Di dalam bus yang sedang berjalan, Jo Minjoon melamun menatap cakrawala. Sekarang jika dia memikirkannya, dia tidak mungkin melihat pemandangan itu di Korea dengan mata kepalanya sendiri karena istilah cakrawala tidak cocok dengan Korea. Satu-satunya tempat kau bisa melihat cakrawala dengan nyaman di Korea adalah di Gimje (김제). Namun, dia tentu tidak pernah melakukan perjalanan ke selatan hanya untuk melihat pemandangan itu.
“Ada apa di sana hingga kau menatapnya seperti itu?”
“Cakrawala itu berbeda dengan di Korea.”
“Apa? Kenapa?”
“Di Korea ada banyak gedung dan gunung. Bukan. Kau tidak bisa melihat pemandangan itu karena banyak gunung.”
Anderson memasang ekspresi tidak mengerti. Jo Minjoon melambaikan tangannya dan berkata,
“Orang-orang dari negara besar sepertimu tidak akan mengerti.”
“Aku tidak secara khusus mengatakan bahwa aku ingin melihatnya.”
Anderson menggerutu dan memalingkan kepalanya. Hugo yang duduk di belakang mereka tersenyum dan berkata,
“Apa kalian bertengkar setiap kali bertemu?”
“Ini bukan pertengkaran.”
“Entahlah. Di mataku, terlihat seperti itu.”
Melihat Anderson tersenyum, dia tampak seperti masih ingin mengatakan sesuatu untuk membalas setiap ucapan yang dilontarkan padanya. Minjoon tidak membalas dan melihat ke luar jendela lagi. Di sana ada padang rumput liar dan sangat luas hingga membuatmu merasa segar melihatnya.
Mereka berada di dalam bus karena setelah misi risotto dan paella selesai, 2 hari kemudian, Martin memanggil mereka. Hanya 1 kalimat yang dia ucapkan. “Kita akan pergi ke tempat misi selanjutnya.” Banyak pertanyaan terlintas, tapi tidak ada jawaban dari Martin.
Jadi, di dalam bus mereka tentu dipenuhi rasa penasaran dan frustasi. Kaya menggerutu sambil bermain tetris di ponselnya.
“Martin harus menderita saat bangun. Kita menyembunyikan amplop gajinya di tempat tersembunyi di dalam rumahnya dan saat dia bertanya di mana itu jawabannya adalah ‘di hatimuuu’.”
“Itu bagus. Akan tetapi sekarang perusahaan tidak menggaji karyawan dengan uang tunai. Mereka mentrasfer ke rekening bankmu”
“Kalu begitu kita akan menyembunyikan buku tabungan dan kartunya. Kita bersenang-senang mengusili Martin. Seperti itulah.”
Semua orang tertawa. Marco tertawa kikuk dan membuka suara,
“Tapi sesungguhnya, ke mana kita akan pergi?”
“Jika melihat sesi sebelumnya, mereka melakukan hal semacam memasak makanan untuk para tentara.”
“Ada juga saat-saat mereka berlayar ke lautan dan memasak dengan ikan yang baru saja ditangkap.”
Jo Minjoon hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa. Dia ingat dengan baik ke mana mereka akan pergi karena itu adalah episode yang menarik. Jika tidak berbeda dengan yang sebenarnya, tempat yang akan mereka kunjungi adalah … Jo Minjoon berkata,
“Membosankan jika hanya pergi seperti ini, apa kalian ingin taruhan?”
“Taruhan?” Taruhan bagaimana?”
“Masing-masing dari kita menebak tempat ke mana kita pergi, dan siapapun yang salah menebak membayar pada yang menang, mencucikan piring, atau membuatkan makanan. Jika tidak mau, kupon layanan sementara juga boleh.”
“Oh, kalau begitu ayo lakukan seperti itu. Barangsiapa yang menebak dengan benar maka dia menjadi raja dalam sehari dan apapun yang dia minta harus kita lakukan. Bagaimana?”
“Itu bagus.”
Jo Minjoon mengangguk menanggapi perkataan itu. Hugo melihat ke sekelilingnya, semua tampak sangat senang.
“Siapa yang ingin ikut taruhan? Bukan. Siapa yang tidak ingin ikut taruhan?”
Hanya ada dua orang yang mengangkat tangan, yaitu Anderson dan Kaya. Hugo berkata dengan sedikit kecewa,
“Hei, kalian adalah dua orang yang ingin kami buat sengsara, bagaimana bisa kalian tidak ikut?”
“Seperti yang kau katakan. Jika aku kalah, sepertinya kau akan menguras habis tenagaku.”
“Maka dari itu kau harus menang.”
Kaya mengangkat jarinya tanpa berkata apapun. Tentunya, bukan ibu jarinya, bukan juga jari telunjuknya, jari manis, ataupun jari kelingking. Hugo menciut dan kembali melihat Anderson.
“Anderson, kenapa kau tidak ikut?”
“Jangan ganggu aku, kalian bermainlah sendiri. Aku ingin tidur.”
Anderson kemudian memejamkan mata seolah-olah tidak ingin menjawab apa-apa lagi. Hugo menghela nafas dan memalingkan kepala. Dia melihat peserta lain dan berkata,
“Oke. Menurut kalian, ke mana kita akan pergi? Aku bertaruh kita akan ke markas AD.”
“Hotel.”
“Hotel bagus juga. Aku juga menebak hotel.”
“Aku menebak restoran.”
“…Rumah seseorang?”
Mereka mengatakan semua tebakan mereka. Hugo menulis nama dan tempat yang ditebak di ponselnya. Lalu dia melihat Jo Minjoon dan bertanya,
“Minjoon, menurutmu ke mana?”
“Rental mobil.”
“…Apa? Kenapa kau mengatakan itu?”
Hugo melihat Jo Minjoon dengan tatapan aneh. Rental mobil dan memasak, keduanya kombinasi yang sangat tidak cocok. Meski Hugo melihat Jo Minjoon seolah-olah sengaja membuatnya lebih lucu, Jo Minjoon hanya tersenyum ceria. Hugo mengerutkan dahi dan berkata,
“Tidak ada ralat setelah ini.”
–
“…Ini gila.”
Hugo melihat ke depan dan berkata dengan kepala kosong. Hal yang menyambut mereka saat mereka turun dari bis adalah papan bertuliskan ‘RENTAL MOBIL. Kami mengantar Anda ke manapun.’ Hugo menoleh, seolah-olah dia tidak percaya dengan itu. Martin turun dari mobil jeep. Hugo bertanya,
“Rental mobil? Mungkinkah kita akan membuat makanan untuk para pekerja di sini?”
“Mungkin. Tunggu sebentar. Kau akan segera tahu misinya.”
Beberapa saat kemudian, saat Martin selesai bicara, dari area parkir, suara keras terdengar, tidak lama kemudian 3 mobil muncul. Itu adalah truk, tepatnya truk makanan. Barulah Hugo paham hubungan antara rental mobil dengan memasak. Jo Minjoon tertawa dan memegang bahu Hugo.
“Kapan aku bisa mulai menjadi raja?”
“…Apa kau sudah menduganya?”
“Jika tidak, aku tidak mungkin menjawab rental mobil.”
“Kau peramal ataukah master judi…”
Hugo berkata dengan suara lemah, beberapa saat kemudian, orang yang turun dari truk sangat familiar, mereka adalah para juri. Jo Minjoon tertawa dan melihat mereka. Emily mendesah seolah-olah merasa gugup.
“Menyetir truk benar-benar sulit.”
“Kau menyetir dengan baik, Emily.”
“Jangan bercanda denganku.”
Emily menggelengkan kepala dengan ekspresi marah karena perkataan Alan. Alan menyeringai dan melihat para peserta. Dia membuka suara,
“Sebenarnya, dengan menunjukkan ini semua kepada kalian, kalian seharusnya bisa tahu tema misi kali ini. Benar. Ini misi truk makanan.”
Jo Minjoon tersenyum melihat truk makanan. Truk itu berukuran cukup besar, kurang lebih 15 orang bisa masuk ke dalamnya. Sebenarnya, Jo Minjoon sangat bersemangat dengan misi kali ini. Lebih tepatnya, dia ingin merasakan berada di dalam truk makanan dan melakukan perjalanan ke mana pun dan memasak bahan-bahan untuk orang-orang di tempat dia singgah.
Dengan pemahaman itu, Jo Minjoon merasa ini adalah hadiah untuknya. Namun, hadiah yang sebenarnya belum dimulai. Joseph melihat Jo Minjoon dan berkata,
“Ada 3 truk, tentunya, ada 3 tim dan 3 ketua tim. Salah satu ketua tim adalah peserta yang telah memenangkan misi sebelumnya. Minjoon! Majulah ke depan.”
Jo Minjoon berjalan ke depan dengan ekspresi bingung karena terkejut dengan situasi yang tak terduga itu. Menjadi ketua tim, dia bahkan tidak bisa membayangkan bahwa hari saat dia mendapatkan peran itu telah datang. Dia hanya bisa melongo. Joseph melanjutkan berbicara,
“Sekarang ada 13 peserta yang bertahan, jumlah yang tidak bisa persis dibagi 3. Jadi, tentu ada satu tim yang anggotanya 5 dan Minjoon, itu adalah keistimewaan timmu.”
“…Apa itu akan menjadi keistimewaan?”
“Normalnya iya, karena kau bisa mendapatkan sepasang tangan lagi.”
Joseph berkata seperti itu dan tertawa, lalu melihat para peserta.
“Aku akan memilih 2 ketua tim yang lain. Tidak hanya pada misi terakhir, tapi mereka orang-orang yang telah menunjukkan diri mereka cocok sebagai ketua tim. Chloe, Hugo, Majulah ke depan!”
Chloe dan Hugo buru-buru maju ke depan dengan wajah terkejut. Melihat pipi mereka yang memerah karena gugup, Emily menggoda mereka,
“Pipi kalian merona bukan karena marah, kan?”
“Iyakah? Iya! Tentu bukan…”
Chloe terkejut dan melambaikan tangannya. Alan berkata dengan suara tenang,
“Setelah kalian menentukan anggota tim, kalian akan melakukan perjalanan bisnis ke suatu tempat selama seminggu. Kalian bebas memilih apa yang ingin kalian jual. Evaluasinya sederhana. Aku akan membandingkan peringkat kalian. Tim yang meraih peringkat pertama akan diberi kupon makan di restoran mewah dan tim dengan peringkat terbawah akan menjalani misi diskualifikasi. Tidak akan hadiah ataupun hukuman untuk tim juara 2.”
“Satu minggu…”
Semua orang menggerutu dengan suara datar. Itu lebih lama dari yang mereka pikirkan. Namun, itu tidak buruk. Mereka berpikir bahwa mereka akan bersenang-senang selama seminggu penuh. Akan tetapi mereka tentu akan kepayahan karena saat kalian melakukan sesuatu yang kalian sukai, meski jika tubuhmu lelah kau tidak bisa menyerah.
“Modal pertama akan kami berikan. Kalian boleh memilih menjual bahan-bahan yang bagus dengan harga mahal, atau memilih bahan-bahan yang murah dan menjual makanan dengan harga terjangkau. Ayo kita menentukan anggota tim. Minjoon, aku akan memberimu hak untuk memilih pertama kali. Siapa yang akan kau pilih? Oiya, mereka tidak bisa menolakmu.”
Pada kata-kata Joseph, Jo Minjoon perlahan melihat para peserta. Ada 3 orang yang menarik perhatiannya. Kaya, Anderson, dan Marco. Pertama, dia mengeluarkan Marco. Keahlian memanggangnya jelas lebih unggul, tapi tidak cocok dengan truk makanan karena dia tidak bisa memanggang kue di dalam truk.
Maka sisanya adalah Kaya dan Anderson. Sebenarnya, perasaannya mengatakan bahwa dia ingin memilih Kaya karena dia adalah penggemar Kaya dan akrab dengannya. Akan tetapi di sisi lain, dia dan Anderson selalu berselisih. Mereka tidak dalam situasi yang buruk tapi juga tidak bisa dikatakan mereka dalam situasi yang baik.
Namun, ada dua hal yang tidak pasti, pertama, temperamen mereka. Menurut Jo Minjoon mereka berdua tidak akan bisa memperlakukan pelanggan dengan baik. Tidak. Mungkin Kaya bisa lebih baik karena dia tumbuh di pasar. Dia tidak akan memasang muka cemberut di samping ibunya saat dia sedang menjual buah.
Dibanding Kaya, poin bagus Anderson adalah dia punya pengetahuan lebih tentang makanan mewah, khusunya tentang budaya, Anderson jauh lebih baik dari pada Kaya. Di sisi lain, Kaya telah belajar banyak hal untuk keluar dari lingkungannya. Mungkin, dia mirip dengan Jo Minjoon dalam aspek itu.
Pada saat itu, dia ingat Kaya memanggil namanya pada saat misi sebelumnya. Namun, ini bukan waktunya untuk goyah karena pertemanan.
“…Anderson, bergabunglah denganku.”
Tidak ada peserta yang lebih baik dari Anderson dalam misi kali ini karena kau tidak tahu ke mana kau akan pergi. Di mana pun kau menempatkannya, Anderson bisa melakukan tugasnya tanpa masalah. Yang paling utama, dia benar-benar tidak suka fakta bahwa orang-orang mengira bahwa dia berkencan.
Anderson mengangguk tanpa berkata apapun dan berdiri di depannya. Jo Minjoon melihat sekilas pada Kaya, lalu buru-buru berpaling karena dia tersentak. Kaya memasang wajah yang sangat menakutkan saat ini.
Selanjutnya giliran Chloe. Dia tidak ragu-ragu sedetikpun dan berkata,
“Kaya, kemarilah.”
Hugo memilih Marco. Setelah masing-masing ketua tim memanggil 3 nama untuk menjadi rekan tim mereka, hanya tersisa Peter yang sungguh ironis karena dia telah menyebabkan masalah di misi tim sebelumnya. Setelah kejadian itu, orang-orang cenderung menganggapnya sebagai peserta yang payah. Peter melangkah menuju Jo Minjoon dengan wajah kikuk. Sebagai anggota terakhir, satu-satunya tim yang bisa dia tuju adalah tim Jo Minjoon karena hanya timnya yang boleh beranggotakan 5 orang.
Semua tim sudah dibentuk. Tim Jo Minjoon, yaitu Jo Minjoon, Anderson, Ivana, Joanne, dan Peter. Alan tepuk tangan dan membuka suara,
“Bagus. Kalian akan bersama-sama selama satu minggu. Biaya yang kalian butuhkan di tengah-tengah harus kalian atur sendiri. Penting untuk memperhitungkan jumlah penjualan dan jarak perjalanan.”
“Kalian harus bergegas mendapatkan pelanggan dan lokasi terbaik. Satu hal yang aku harus katakan yaitu kalian di larang berjualan di tempat yang sama lebih dari dua hari. Teruslah berkeliling. Tugas kalian adalah merancang makanan yang sesuai dengan lokasi.” Tambah Joseph.
Mendengar itu, Jo Minjoon merasa bahwa ini misi yang cukup sulit karena tidak hanya memasak, tapi dia juga harus berjualan. Ada banyak yang harus dipikirkan lebih dari biasanya.
Dan satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab atas semua itu adalah ketua tim. Pada saat itu, dia merasa sungguh berada di kehidupan yang nyata.
<Perjalanan, memasak, dan bisnis (1)> Selesai