Dewa Memasak – Bagian 57: Perjalanan, memasak, dan bisnis (3)
Sejujurnya, secara khusus dia tidak tertarik dengan masakan Korea dan dia punya banyak alasan. Makanan yang dibuat ibunya tidak lezat dan tidak ada satu pun restoran yang bagus di dekat rumahnya. Namun, itu akan berbeda jika dia makan di restoran masakan Korea yang mewah.
Sekarang jika dipikirkan, makanan Korea yang dia coba semuanya terlalu asin, manis, atau pedas. Apa yang cocok dengan lidahnya adalah miyeokguk atau bibimbap yang dia buat pada misi sebelumnya. Dia juka lebih suka kimchi putih yang tawar.
Orang-orang modern mengikuti stimulasi rasa dan Korea tidak bebas dari itu. Sulit untuk mencari restoran yang tidak menuliskan msg dan bahkan jika mereka tidak menggunakannya mereka harus menambahkan bahan agar rasanya tidak kurang. Ada banyak toko yang bisa sukses dengan menjual makanan dengan cita rasa yang sederhana dan tawar seperti Pyongyang naengmyeon (평양냉면), namun tdak banyak orang yang bukan epicurean yang berpikir bahwa itu lezat.
Itu berarti, kimbap adalah hidangan yang sangat bagus. Bumbunya tidak berlebihan dan cita rasanya sederhana. Asal tidak dimasukkan bahan-bahan yang aneh ke dalamnya, semua orang pasti merasa itu lezat. Itu sebabnya Jo Minjoon dapat merekomendasikan kimbap pada rekan timnya. Namun, tentu apa yang mereka pikirkan adalah norimaki.
Dengan poin bahwa mereka bergegas memikirkan norimaki seperti itu, Jo Minjoon mendapat keyakinan tentang itu. Sebenarnya kapan dia makan kimbap sebelum ikut serta dalam Grand Chef adalah saat pergi ke toko sushi yang kebetulan dia lihat.
Saat dia masuk ke dalam restoran, dia ingin makan sushi dan dia terkejut karena tempat itu penuh dengan pelanggan. Dia juga terkejut bahwa alih-alih sushi pada umumnya, sushi kimbap dan norimaki yang justru memenuhi etalase makanan. Dia baru tahu bahwa orang kulit putih tidak begitu suka lembaran rumput laut, tapi pelanggan restoran itu, yang merupakan orang Asia tidak sampai separuh.
Dia bisa mengatakan bahwa sushi dan sejenisnya, termasuk norimaki telah populer di dunia.
Oleh karena itu, dia merasa jantungnya bersemangat saat membuat kimbap di depan rekan timnya. Tidak masalah apapun yang kalian masukkan ke dalam kimbap karena semua orang suka dengan norimaki. Konsep yang diberikan, tampaknya sudah ditentukan.
Apa yang Jo Minjoon tunjukkan adalah kimbap biasa ala Korea, yang berisi tmun, acar lobak, telur, wortel, daging ham, dan akar burdock. Dia menggunakan daging ham kalengan tapi itu tidak menjadi masalah besar karena itu tidak berarti bahwa kau akan menunjukkan hidangan hanya seperti itu, tapi akan menggunakannya sebagai karakter dari kimbap ala Korea. Anderson mengunyah beberapa kali lalu mengerutkan dahi.
“Minyak apa yang kau campurkan ini?”
“Minyak wijen.”
“Aroma dari minyak ini terlalu kuat. Menurutku akan lebih baik jika menggunakan itu lebih sedikit atau menggantinya dengan minyak yang lain. Aku suka poin bahwa tidak ada cuka atau air rumput laut kelp di dalamnya sehingga hanya ada cita rasa segar dari nasi yang tersisa. Aku merasa bahwa itu sangat cocok dengan bahan-bahan yang lain. Tapi menurutku, kita harus memprioritaskan nasinya agar aromanya sedap.”
“Tidakkah lembaran rumput laut ini berbau tidak sedap?”
“Aku tidak tahu, aku tidak pernah memakannya begitu saja, tapi jika aku makan itu dengan nasi, rasanya enak. Aku tidak mencium bau amis sama sekali. Aku hanya berbicara secara obejktif. Tidak ada yang perlu dikritik tentang kombinasi bahan-bahan di dalamnya. Setidaknya, itu terasa enak di mulutku.”
Pada kata-kata Anderson, Jo Minjoon nyaris tidak bisa bernafas lagi. Rumput laut memang tidak familiar bagi orang barat, tapi norimaki populer karena cuka dan air rumput laut kelp yang ada di dalamnya yang menangkap aroma tidak sedap dari kulit rumput laut. Dia mulai khawatir karena kimbap ala Korea tidak mengandung cuka atau air rumput laut kelp di dalamnya.
“Apakah itu karena minyak wijen?”
“Aku tidak tahu. Aku akan membandingkannya nanti. Kenapa kau tidak mencobanya sendiri jika kau punya indera pengecap yang mutlak?”
“…Yaa, sebenarnya itu sulit untuk tahu jika itu hidanganmu sendiri.”
“bukan mutlak itu berarti.”
Anderson menyeringai. Joanne melihat kimbap yang dipisahkan dan membuka suara,
“Apa saja bahan-bahan yang bisa digunakan? Karage, hamburger, telur landak laut, tuna, udang goreng dengan apukat, salmon asap, sayuran, campuran telur, dan masih banyak lagi. Apa lagi yaa? Menurutku masih banyak lagi. Ah, Minjoon!… Ini sulit sekali karena ada banyak sekali bahan. Omong-omong, norimaki ala Korea itu juga.”
“Yang itu daging ayam tandoori, babi barbeque, dan kimbap biasa yang telah aku buat. Untuk norimaki ala Korea… Kita bisa menulis di menu sebagai norimaki Korea. Pertama, kita harus mencampurkan minyak wijen dengan minyak zaitun atau hanya menggunakan minyak zaitun. Dan menurutku akan enak jika menyajikannya dengan potongan yang tipis, seperti yang kau makan sebelumnya.”
“Sebaiknya jangan, alih-alih memotong norimaki dengan ukuran normal selebar 1 inchi, lebih baik memotongnya selebar ruas jari. Bagaimana? Menurutku, potonganmu tadi benar-benar pas untuk disantap, tapi itu bergantung pada masing-masing orang.”
“Baiklah. Namun kita harus menyiapkan sebelumnya potongan selebar 1 inchi. Menurutku, lebih banyak orang yang menyukainya karena mereka sudah biasa dengan ukuran itu.”
Saat dia berbicara seperti itu dan makan kimbap tuna asap dan apukat, dia merasakan sensasi berminyak dari apukat, rasa asin dari tuna, dan aroma cabai. Citarasa pedas membuatnya terasa enak. Dia merasa ujung hidungnya tergelitik dan dia membuka mata sambil mengernyit seperti seseorang yang telah memakan sesuatu yang asam.
Ini lezat. Skor masaknnya hanya 6, tapi apa boleh buat karena memang hanya memasukkan tuna asap, apukat, bubuk cabai, lalu menggulungnya. Mungkin, mendapat 6 poin sudah luar biasa.
“Siapa yang membuat ini?”
“Aku.”
Orang yang menjawab itu adalah Anderson. Jo Minjoon terbelalak seolah-olah dia terkejut.
“Ini sungguh lezat. Terutama, tuna asapnya sangat lembut.”
“Tentu saja. Siapa dulu yang membuat itu?”
“Itu tidak lezat menurutku.”
Peter berkata terang-terangan, Anderson menajamkan matanya. Peter buru-buru melambaikan tangannya dan berkata,
“Bukan karena masakanmu aneh, melainkan cita rasa dari lembaran rumput laut di ujung lidahku Haruskah menggunakan itu? Menurutku, akan menjadi masalah.”
“…Mmm. Ada sesuatu yang mirip, yang disebut sandwich nasi. Tapi apa kau menyukainya?”
“Aku hanya tidak familiar dengan itu. Menurutku, mungkin ada sedikit pelanggan yang sepertiku, jadi tidakkah lebih baik untuk memasukkan hidangan tanpa lembaran rumput laut itu di menu? Mungkin sandwich nasi yang kau katakan contohnya.”
Kata-kata Peter ada benarnya. Beberapa saat kemudian Jo Minjoon berusaha memikirkan dengan serius saran Peter. Anderson menggelengkan kepala dan berkata,
“Tidak ada restoran yang bisa memuaskan semua keinginanmu. Jika tidak, akankah restoran menjual daging? Orang India tidak memakannya, apalagi di tempat kecil seperti truk makanan. Kau hanya harus menjual apa yang harus kamu jual. Jika bukan di transportasi bergerak, melainkan di sebuah restoran, kata-katamu benar. Jika ada orang yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa mentolerir rasa rumput laut, mereka hanya akan pergi begitu saja. Ini adalah truk makanan, tidak perlu mencemaskan dirimu.”
Kata-kata Anderson juga benar. Joanne membuaka suara mengaguminya.
“Kau memikirkan semua itu dalam waktu sesingkat ini? Apa kau sepintar itu?”
“Aku tumbuh di rumah seorang chef. Ini adalah pengetahuan umum dan itu juga benar bahwa aku pintar.”
“..Seperti orang pintar pada umumnya, kalian semua tampak manja.”
Mendengar kata-kata Joanne, Anderson mendengus dan berkata,
“Meski begitu, memang ada sedikit orang yang belum pernah mencoba norimaki di dunia ini. Menurutku, akan lebih baik menuliskannya norimaki sushi dari pada norimaki saja karena cukup sedikit orang yang tahu bahwa itu sama dengan sushi.”
“Itu adalah kata-kata yang meyakinkan.”
Joanne membuka suara, dia mengangkat ponselnya dan menunjukkan komunitas yang dia ikuti.
“Jika kita mengumumkan bahwa kita akan berjualan di suatu tempat, pastinya mereka akan datang berbondong-bondong. Selain itu, jika kita juga mengatakan bahwa Minjoon adalah ketua tim dan norimaki adalah menu utama, banyak orang akan mencari kita, karena norimaki buatan orang Asia sebagai ketua timnya dan norimaki yang dibuat oleh orang barat, punya nuansa yang berbeda. Minjoon juga punya banyak sekali penggemar.”
“…Aku punya banyak penggemar? Aku baru pertama kali mendengar itu.”
Joanne tertawa dan berkata dengan bibir mengerucut. ‘Kaya.’ Jo Minjoon menghela nafas dan mengubah topik.
“…Aku mendengar bahwa mereka akan mempublikasikannya di laman utama Grand Chef.”
“Hari pertama tentunya kita bisa menjual habis semuanya. Tapi masalahnya adalah setelah itu. Jika banyak komentar buruk, pelanggan yang datang akan berkurang.”
“Bagaimana jika orang-orang mengirimkan komentar negatif tanpa mencoba memakannya?”
“Mereka akan hilang dengan sendirinya. Biarkan saja.”
Anderson menjawab dengan suara dingin. Melihatnya, Jo Minjoon merasa bahwa Anderson benar-benar berasal dari keluarga chef. Mungkin, dia sudah berpengalaman dengan masalah yang mereka hadapi saat ini. Demi orangtuanya, dia akan bertahan sebanyak dia mendapat pengalaman bahagia bersama orang tuanya.
“Apa? Mengapa kau melihatku seperti itu?”
“…Aku benar telah memilihmu.”
Anderson mendengus.
“Itu akan menjadi keputusan terbaik yang kau buat dalam hidupmu.”
–
Asrama Grand Chef berlokasi di Illinois, Chicago. Perusahaan rental mobil juga berlokasi di Chicago. Namun, selama itu, mereka tidak merasakan hawa Chicago dengan benar. Mereka sedang menikmati makanan Chicago ala kadarnya untuk pertama kali.
Pizza pepperoni ala Chicago, ada banyak sekali tomat dan pepperoni hingga kau tidak bisa membedakan apakah pizza ini dicelup tinta merah atau saus tomat, dan di atas adonan setebal jari, ada banyak sekali taburan. Jo Minjoon perlahan memotong pizza, potongannya sangat tebal hingga dia susah memasukkan itu ke mulutnya. Cita rasa kejunya terlalu kuat, tapi adonan yang tebal dan lengket menutupi rasa itu. Itu hidangan yang cukup selaras. Namun, Anderson mengernyit.
“Ini bagus, taburannya banyak, tapi sayang susah digigit. Tidak bisakah mereka membuat ukurannya pas untuk masuk ke mulut?”
“Kenapa? Tidak penting jika kau memotongnya.”
“Pizza yang benar dimakan dengan tangan.”
Pada aspek itu, Anderson sungguh pemilih dan tahu banyak hal. Ivanna bertanya sambil mengunyah pizza.
“Minjoon, berapa skor pizza ini?”
“Bisakah kalian berhenti menanyaiku soal skor? Aku tidak menilai makanan, tapi proses memasaknya.”
“Jadi, harusnya kau bisa mengevaluai makanan itu sendiri, kan?”
“Itu relatif dan sulit mengevalusi dengan objektif. Aku merasa betapa kompleknya cita rasa yang dibuat, dan betapa bagusnya itu dimasak.”
“…Jadi, berapa skornya?”
Kesimpulannya mereka ingin Jo Minjoon mengatakan skor pizza. Jo Minjoon menjawab setelah menelan pizza di mulutnya.
“7 poin. Adonannya dibuat dengan baik seperti halnya tempat yang menjual barang terbaik di kota ini.”
“Hmm. Aku pikir ini mendapat skor 8.”
“Seperti yang baru aku katakan, itu bukan dari rasanya, karena kau tidak harus memasak dengan level yang tinggi untuk menghasilkan makanan yang enak. Norimaki yang kita buat sekarang pun seperti itu. Dibandingkan metode memasak biasanya, cita rasanya cukup stabil.”
Dan itulah alasan terbesar dia menawarkan membuat norimaki, sekaligus, alasan mengapa rekan tim nya menerima itu dengan baik. Kau bisa membuat berbagai macam menu yang sederhana sekaligus. Kombinasi rumput laut dan nasi memberi mereka sensasi yang nyaman.
Tapi keuntungan terbesar adalah makanan itu mempunyai semua poin yang truk makanan butuhkan. Keragaman, harga, dan modal. Bahan-bahan untuk membuat norimaki tidak sampai 1 Dollar, tapi harga normalnya sekitar 2 hingga 3 Dollar. Selain itu, dengan memperhitungkan ukurannya yang kecil, yang bisa diisimpan di dalam truk, harapan mereka terhadap menu itu sangat tinggi.
Waktu menunjukkan hampir pukul 9. Jo Minjoon berkata,
“Ayo makan dengan cepat dan segera bersiap, setidaknya kita harus buka pukul 11:30.”
Norimaki bukan cemilan melainkan makanan. Jika mereka melewatkan waktu makan siang, kemungkinan reaksinya buruk akan besar. Jo Minjoon berdiri pertama kali dari tempat itu dan memeriksa ponselnya. Ada banyak sekali komentar tentang truk makanan Grand Chef di internet. Sepertinya, setidaknya ribuan orang yang memberikan perhatian, atau bahkan puluhan ribu orang. Tentunya, tidak akan sebanyak itu yang tinggal di Chicago.
Ras beras yang digunakan adalah koshihikari. Dibanding beras Korea, koshihikari tidak lebih baik, beras China tidak buruk digunakan untuk membuat kimbap ataupun norimaki. Dia tidak menggunakan beras yang lain. Dia tidak tahu seberapa sehat mencampur beras yang lain, tapi cita rasanya akan menjijikkan. Terlebih lagi, dia akan menggunakan itu untuk norimaki, orang-orang yang mendatangi truk makanan, jelas menginginkan rasa yang enak.
Dia menggunakan panci besi untuk ukuran 150 orang. Satu gulung norimaki membutuhkan 3 sendok nasi. Sudah cukup bagi mereka membuat setidaknya 300 gulung. Jika nasi dimasak selama 20 samapai 30 menit, dia tidak perlu khawatir dengan nasi, seperti yang dia pikirkan.
Setelah Jo Minjoon memasukkan nasi, dia memeriksa semua bahan dan yang lainnya. Semuanya segar. Rekan tim yang lain juga berdiri dari tempatnya dan mulai melakukan tugas yang dibagikan. Peter pun, mengeluarkan ayam tandoori yang dia simpan di kulkas.
Itu bukan metode yang mereka buat untuk menu mereka. Masing-masing bertanggung jawab pada satu menu, saat mereka bebas, mereka harus bergerak menyesuaikan situasi. Apa yang Jo Minjoon raih pertama adalah daging hamburger. Itu adalah resep yang dia tawarkan, sebagai norimaki ala Korea, yang tampak seperti kimbap. Saat pertama kali dia datang ke New York, rasa stik hamburger yang dia coba di rumah Lucas masih segar, aromanya kuat, tekstur, dan lada yang terasa di giginya. Stik itu punya semua cita rasa ala Amerika dari semua yang pernah dia coba.
Tentunya, sulit untuk membuat yang sama persis. Jika dia harus menggulung kimbap, dia harus memotongnya tipis. Dan karena itu, Jo Minjoon fokus pada cita rasanya dari pada tekstur. Saat bagian luar dari hamburger berwarna kuning, dia merebusnya di dalam kecap, mirin, dan lemon. Sebenarnya, itu metode orang jepang yang sangat populer.
Suasanan di dapur cukup tenang, rekan timnya tenang, Jo Minjoon pun demikian. Dia tidak suka menaikkan suaranya tanpa alasan. Jika dia harus mengatakan sesuatu, dia berkata dengan suara yang sekiranya cukup bisa didengar semuanya, dan bahkan jika ada situasi yang darurat, dia pun tidak berteriak.
Apa karena suasana tenang itu, waktu berjalan sangat cepat? Tidak lama kemudian, waktu menunjukkan pukul 11 dan aktivitas menggoreng berhenti. Setelah ini, mereka menggulung kimbap norimaki dan mereka harus mendinginkan itu sebentar. Meskipun di Korea, memakan kimbap dingin ataupun panas tidak masalah, norimaki adalah makanan yang pada dasarnya di makan saat sudah dingin.
“Anderson, coba periksa tehnya.”
“Setelah menggulung ini yaa.”
Ada 3 jenis teh. Teh jahe, teh hijau, dan teh lemon. Anderson memeriksa panci dan berkata,
“Ini sempurna. Kita hanya perlu menyajikannya.”
“Kimbap juga sudah selesai.”
Jo Minjoon telah selesai menggulung norimaki salmon asap yang terakhir. Anggota tim melihat Jo Minjoon. Jo Minjoon merasakan suara degup jantungnya dan mengulurkan tangan.
“Ayo! Kita akan menyikat habis misi ini!”
“Itu bagus, tapi haruskah kita melakukan ini?”
Anderson meletakkan tangannya di atas tangan Jo Minjoon dan menggerutu. 5 tangan berkumpul dan sebuah suara teriakan terdengar. Jo Minjoon membuka pintu belakang truk lalu keluar. Pada saat itu, badannya kaku.
“Hah, itu Minjoon!”
Tidak ada semangat, hanya suara-suara di antara mereka. Dari suara-suara yang tak terhitung yang bergabung itu, dia mendengar mereka berteriak.
Para pelanggan sudah berbaris.
Mereka berbaris sangat panjang hingga Jo Minjoon tidak bisa menghitungnya.
<Perjalanan, memasak, dan bisnis (3)> Selesai