Dewa Memasak – Bagian 70: Jejak kaki di depannya (1)
6 hari telah berlalu sejak misi truk makanan lalu makan malam di restoran bintang 3, dan selama itu, tidak ada misi yang diberikan. Mungkin pertimbangan mereka, karena para peserta telah menderita selama satu minggu menjalani misi truk makanan, tapi mungkin juga karena jadwal dengan para juri yang tidak cocok seperti sebelumnya.
Meskipun tidak ada misi, ada satu episode yang disiarkan. Episode ketujuh tayang kemarin, yang menyiarkan tentang misi tim, yaitu misi antara tim Kaya dan tim Jacob, dan Peter yang membuat kesalahan. Dan…
Jo Minjoon menoleh. Peter duduk di meja masak dan melihat ponselnya selama beberapa saat. Tidak ada yang bisa dia perbuat, karena setelah siaran berakhir, subjek utama diskusi adalah Peter dan Kaya. Martin adalah orang yang ahli. Hanya karena Peter sedih, Martin bukan tipe orang yang mengedit adegan untuk mengubahnya tampak baik.
Semua kata yang diucapkan Peter, disiarkan persis sama. Meski memperhitungkan bahwa Peter kurang matang secara mental, harga dirinya agak tinggi untuk membiarkannya berlalu begitu saja. Peter telah menghina Kaya. Jo Minjoon memaklumi Peter, karena dia tahu bahwa Peter belum cukup dewasa secara mental, tidak punya kehidupan sosial yang menyenagkan, dan tidak bisa mengontrol dirinya.
Namun, penonton tidak tahu soal itu. Bukan, meskipun penonton tahu, mereka tidak akan terlalu memikirkannya karena pada akhirnya, apa yang mereka dengar hanya beberapa kata dari Peter. Peter menjadi orang yang buruk. Ada lebih banyak orang dari yang dia pikirkan yang melampiaskan kemarahan padanya.
Beberapa dari mereka melontarkan pertanyaan pada Peter. Meskipun kata-kata mereka kasar, mereka bertanya-tanya apakah Kaya yang memulai pertengkaran lebih dulu? Namun, kesalahan Kaya tidak bisa menutupi kesalahan Peter. Di tambah lagi, setelah dia dimaki seperti itu, dia juga menghanguskan ayam tandoori. Karena orang-orang larut dalam program ini, maka mereka hanya bisa menunjukkan rasa marah yang lebih besar. Jo Minjoon berkata sambil menghela nafas.
“…Aku sudah bilang jangan melihat komentar orang-orang.”
Suaranya pelan hingga Peter tak bisa mendengarnya. Meski seandainya Jo Minjoon memberitahunya, Peter tidak mungkin mendengarkannya karena itu berlaku juga untuk Kaya. Meski jika dia berusaha untuk tidak melihatnya, setelah melihatnya sekali, kau tidak akan hanya melihat untuk yang kedua kali, saat terhubung lagi ke internet.
Tapi tetap saja, situasi Jo Minjoon sekarang bagus. Lebih tepatnya, dulu mereka berpikir bahwa Jo Minjoon muncul di layar untuk kisah cinta, tapi setelah indera pengecapnya muncul, pendapat mereka berubah. Mereka mulai melihat program seolah-olah semuanya memiliki alasan masing-masing. Perasaan berbeda yang diberikan orang Asia akan berakhir menjadi sayap bagi Jo Minjoon. Ditambah lagi, orang-orang juga memanggilnya si jenius yang bisa memahami jauh melampaui apa yang bisa mereka pahami.
Sejujurnya, dia tidak membenci hal itu. Meski dia merasa sedikit terbebani, tapi dia juga merasa bingung sekaligus tertawa karena hal itu. Orang-orang menyukai Jo Minjoon. Orang-orang yang bahkan Jo Minjoon tidak tahu wajahnya, menempatkan ekspektasi mereka di depan namanya. Itu sungguh perasaan yang sangat menyenangkan.
“Kita akan segera mulai siaran! Semuaya simpan dulu ponsel kalian!”
Suara staf terdengar keras. Saat Peter buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam kantong apron, kemudian para juri masuk. Seperti biasanya, beberapa kata-kata untuk menaikkan suasana hati diutarakan, lalu Joseph berkata dengan suara tenang,
“Akan ada sebuah kotak di setiap meja masak. Dalam hitungan ketiga, silahkan buka kotak di depan kalian. Satu, dua, tiga!”
Setelah dia berkata demikian, semua orang membuka kotak dengan tergesa-gesa. Beberapa menghela nafas lega dan beberapa mengerutkan dahi, termasuk Jo Minjoon. Benda di depannya adalah sepotong daging yang lebar dan rata. Lebih tepatnya, itu adalah sepotong daging dengan tulang di dalamnya. Dan itu bukan pembuka yang indah bagi Jo Minjoon.
Daging tulang T (T-bone) adalah bagian dari sapi yang memiliki daging strip dan tenderloin di dalamnya. Joseph berkata dengan wajah serius tanpa tertawa sedikit pun.
“Daging T-bone bukan bagian yang paling lezat, tapi bergantung selera masing-masing. Namun, aku bisa mengatakan dengan jelas bahwa daging T-bone adalah daging tersulit untuk dimasak menjadi stik. Jika kau memasak dengan besar api yang sama, daging strip jelas akan matang lebih cepat dari pada bagian daging tenderloin. Tentu, kami berharap kedua bagian itu punya level kematangan yang sama.”
Beberapa suara helaan nafas terdengar di sekitar mereka. Ini adalah misi yang membutuhkan keahlian. Jadi jika kau membuat kesalahan sedikit saja, kau akan berakhir di misi ini. Namun, kata-kata Joseph yang terdengar berikutnya, membuat mereka sedikit lega.
“Namun, kalian tidak perlu terlalu gugup karena misi ini hanya pemanasan.Yang terbaik akan diberikan keuntungan. Pengecualian dari misi diskualifikasi.”
Pada kata-kata Joseph, beberapa orang, mata mereka tampak bersinar. Jo Minjoon pun menghela nafas lega. Dia tidak bisa meraih posisi terbaik karena tidak mudah mendapatkan daging T-bone di Korea. Banyak penjual daging yang menjual daging strip dan tenderloin secara terpisah, hampir tidak ada yang menjual daging T-bone. Meskipun kau pergi ke pasar yang besar, daging T-bone tetap sulit didapatkan. Itu adalah realitanya.
Jadi, pengalamanya dengan daging T-bone tentu rendah sekali. Saat dia melihat daging itu, ketebalannya kira-kira 2 cm. Tentu, dia tidak bisa mengatakan itu tipis, ataupun tebal. Dan pada dasarnya, daging stik lebih mudah di masak jika berukuran tebal.
Apa boleh buat. Karena semakin tipis, maka akan semakin pendek waktu kontak dengan api. Ada bayak kasus saat kau ingin memanggang bagian luar sedikit lebih lama, lalu berakhir bagian dalamnya terlalu matang.
“Kita tidak akan menggunakan saus. Cukup bumbui dengan garam dan lada. Ingat-ingat itu. Hal yang paling penting adalah kedua bagian stik telah terpanggang dengan level kematangan yang hampir sama. Dan tentu, rasa adalah yang utama. Mulai! Kami akan beri kalian sepuluh menit.”
Jo Minjoon menoleh dengan cepat. Alih-alih memiliki metode memasak daging T-bone, kau hanya bisa mengandalkan indera dan pengalamanmu. Sebenarnya, saat mempekerjakan chef di restoran stik, mereka berkata bahwa mereka mengevaluasi menggunakan daging T-bone, sehingga dia bisa menebak tingkat kesulitannya.
Tentunya, memberikan bumbu bukanlah hal yang sulit, karena tinggal dimakan begitu saja, terlepas bagaimana itu dimasak. Jika level kematangan daging strip medium, maka daging tenderloin otomatis medium-rare. Sejujurnya, ada pelanggan yang justru menikmati perbedaan kecil itu.
Namun, ada juga orang yang ingin tingkat kematangan kedua bagian sama. Jika dia tidak bisa memuaskan setiap keinginan pelanggan, maka orang itu belum bisa dibilang chef yang handal.
Apa yang harus dipikirkan sekarang adalah metode memasak. Saat dia melihat sekilas, Kaya sedang menyiapkan panggangan api. Sepertinya dia berencana untuk memasak daging stik diatas bara api. (TL:benarkah?) (PR: Tidak, Minjoon. Dia mengambil panggangan api hanya untuk pamer. XD) Karena keahliannya dalam menangani api luar biasa, mungkin itu adalah keputusan terbaiknya.
Namun, itu bukan pilihan yang Jo Minjoon bisa lakukan. Mengapa Jo Minjoon terkesima oleh Kaya yang sedang memanggang belut? Bukankah karena dia tahu betapa sulitnya memanggang langsung di atas api? Jika Jo Minjoon asal-asalan meniru Kaya, maka dia akan berakhir menghanguskan bagian luarnya.
Jo Minjoon membuang lemak berlebih, lalu menaburkan lada di atas daging agar beraroma sedap. Dia tidak menaburkan garam. Memanggangnya hingga matang medium membutuhkan waktu 4 menit. Setelah mengkalkulasi, waktu yang tersisa adalah 5 menit. Jika dia menaburkan garam dan membiarkannya, sari daging akan merembes ke bagian luar karena tekanan osmotik. Oleh karena itu, sari daging yang menetes keluar ke wajan akan terkena panas dan terbuang sia-sia, dan bagian luar yang seharusnya kering menjadi basah. Jika dia tidak berencana untuk membiarkannya selama 40 menit, maka lebih baik menaburkan garam pada saat itu.
Jo Minjoon melihat ke sekelilingnya. Pada saat itu, alisnya terangkat. Dia melihat pemandangan yang sungguh tidak bisa dipahami. Peter memanaskan oven. Mungkin Alan berpikir sama dengan Jo Minjoon, jadi Alan menghampiri Peter, lalu dia bertanya,
“…Bagaimana kau akan memasak ini?”
“Setelah memasukkan ke dalam oven dan memanaskannya, aku akan menggorengnya di wajan agar bagian luarnya kering, lalu mendiamkannya.”
Apa kau pikir kau akan bisa mengontrol kedua sisinya dengan memasaknya seperti itu?”
“Jika saya meletakkan bagian tenderloin di tepi wajan, menurutku tidak akan terlampau matang.”
”…entahlah. Mari kita lihat nanti.”
Pada saat itu, wajah Peter menjadi suram. Menurutnya, metode memasak seperti itu akan mendapat kesempatan, tapi setelah Alan datang, kepercayaan dirinya seketika sirna. Namun, dia sudah tidak bisa mengubah metode memasaknya.
Kebanyakan peserta sedang mendiamkan dagingnya. 5 menit berlalu seperti itu. Para peserta hanya melihat jarum jam yang bergerak hingga 5 menit berlalu.
Jo Minjoon mengeluarkan lada bulat dan menaburkan garam. Kemudian dia mengolesi wajan dengan lemak berlebih yang dia potong. Di tengah-tengah suara desis dari atas wajan, Alan bertanya,
“Apa kau punya pengalaman dengan daging T-bone?”
“Tidak. Tidak ada.”
“Perhitungkan jarak api ke wajan, itu saja, sudah cukup membantu.”
Jo Minjoon juga berencana demikian meskipun Alan tidak mengatakannya. Jo Minjoon hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa karena dia tidak begitu manja untuk bertindak tajam pada saran orang lain yang sedang khawatir.
Seperti yang Alan katakan, mengontrol bagian yang bersentuhan dengan panas di wajan adalah prioritas. Jo Minjoon meletakkan wajan, lalu meletakkan bagian tenderloin di bagian wajan yang paling panas. Dengan begitu, tidak akan terlalu banyak perbedaan. Jika dia melakukan itu, bagian tenderloin akan lebih cepat matang dari pada bagian strips.
Metode memasak stik berbeda, bergantung masing-masing chef. Beberapa mengatakan bahwa tidak perlu membaliknya lebih dari dua kali, dan yang lain mengatakan harus membaliknya sekali dalam semenit, atau setiap 30 detik. Jo Minjoon adalah tipe yang membaliknya setiap 30 detik. Jika dia melakukan itu, sari daging yang berkumpul di bagian tengah daging akan menyebar dan menggembungkan daging saat didiamkan.
Dari pada memikirkan mana yang benar dan salah, lebih baik mempertimbangkan itu sebagai selera pribadi. Jo Minjoon memeriksa jarum jam kemudian membalik stik. Dia tidak secara khusus menggunakan metode aroser karena selain akan memecah konsentrasinya, tapi minyak yang berlebih akan mengubah poin masakan. Jo Minjoon belum mencapai level seseorang yang bisa membaca peranan minyak pada daging.
Estimasi skor masakan adalah 6. Apa boleh buat karena dia hanya memanggangnya dan tidak menggunakan saus apapun, jadi, susah untuk mendapatkan skor di atas itu.
Apa yang diinginkan Jo Minjoon adalah level kematangan medium. Tepat setelah membaliknya 3 kali, dia meletakkan stik di atas tissu dapur. Dia hanya menunggu selama 1 menit agar sari daging kembali. Dia tidak tahu apakah level kematangan kedua sisinya sama-sama medium atau tidak, tapi setidaknya dia yakin rasanya akan baik-baik saja.
Alarm berdering. Semua peserta menjauhkan tangan mereka dari hidangan masing-masing. Jo Minjoon melihat hidangannya sendiri. Setelah itu skor stik T-bone yang muncul adalah 6, skor yang sama dengan resep.
Para juri memanggil peserta satu per satu. Mereka memotong bagian tenderloin dan juga bagian strip dari stik. Setelah itu, jika level kematangannya berbeda mereka tidak akan memasukkan potongan itu ke mulutnya, sebagai contoh adalah hidangan Peter.
“Aku sudah bertanya apa kau bisa melakukan itu, dan sekarang lihatlah.”
Alan menunjukkan bagian yang terpotong pada Peter. Satu bagian medium, dan satunya lagi medium-rare. Darah di bagian dalam jelas terlihat. Emily menghela nafas.
“Meski jika bukan misi eliminasi, ini terlalu berlebihan. Tidakkah kau tahu bahwa kau tidak boleh mengambil resiko dalam memasak?”
“…Maafkan aku.”
Peter langsung menjawab dengan wajah pucat. Meski begitu, dia tampak seperti penuh beban karena komentar warganet. Bahkan para juri sepertinya kesulitan untuk mengatakan hal lain setelah melihat wajahnya. Mereka meminta Peter kembali dan memanggil peserta selanjutnya, yaitu Anderson. Joseph mengiris kedua bagian lalu tersenyum.
“Level kematang keduanya sama, medium-well done dan tidak ada bagian yang hangus sedikit pun. Level kematangannya pas. Kau sungguh berpengalaman, Anderson. Tampaknya, kau tidak bisa menunjukkan keahlianmu dengan benar untuk sementara waktu, tapi sekarang kau telah kembali ke tempatmu.”
“Terima kasih.”
Anderson bahkan tidak tertawa dan menjawabnya dengan singkat karena dia belum merasa senang. Dia belum menjadi yang terbaik. Setelah mereka memakan stik Anderson, mereka mengutarakan pujian yang lebih besar. Semua juri menilai bahwa stiknya lembap dan memiliki cita rasa yang melimpah dari pada stik yang dipanggang hingga medium.
Jo Minjoon paham dengan evaluasi mereka. Masakan sederhana, hanya dengan garam dan lada, itu berarti seandainya dia menambahkan saus yang tepat, dia akan mendapat skor 8.
Setelah itu giliran Jo Minjoon. Dia berjalan ke depan membawa hidangannya dengan wajah tenang. Setelah Emily meraih pisaunya dan mengiris daging stik, dia mengangguk.
“Medium. Level kematangan kedua bagian sama. Meskipun ada perbedaan yang tipis…yaa bahkan pelanggan yang pemilih tidak akan mengeluhkan ini. Kau bilang kau belum pernah punya pengalaman dengan daging T-bone, kan?”
“Iya.”
“Memperhitungkan itu, maka ini luar biasa dan teksturnya… Mmm. Teksturnya bagus dan sepertinya kau menjaga sari dagingnya tetap di dalam. Kau sudah memasaknya dengan baik.”
Jika apa yang mereka katakan pada Anderson adalah pujian, apa yang mereka katakan pada Jo Minjoon adalah ucapan selamat. Dia merasa sedikit kecewa karena dia berharap sesuatu, tapi apa boleh buat. Perbedaan pengalaman adalah hal yang mutlak.
Peserta terakhir yang dievaluasi adalah Kaya. Dia melangkah dengan hidangan stik di tangannya. Joseph tertarik melihat hidangan itu.
“Kau satu-satunya peserta yang memanggang stik langsung di atas bara api. Kaya, apa kau yakin dengan pilihanmu?”
“Poin terkuatku adalah menggunakan api. Jika aku tidak memasak, aku akan menjadi seorang pembakar.”
“Aku percaya padamu.”
Joseph mengiris daging perlahan-lahan. Sesuai dengan yang Kaya katakan, level kematangannya medium, terlihat dari bagian dalamnya yang masih berwarna pink, level kematangan bagian tenderloin dan strip sama. Joseph perlahan memasukkan irisan daging ke dalam mulutnya.
Saat dia mengunyah daging untuk pertama kali, wajahnya sungguh bersinar, tapi saat dia mengunyah yang kedua dan ketiga kalinya, wajahnya menjadi aneh, begitu pula dengan juri yang lain. Kaya melihat para juri dengan gugup.
“Ini di bakar dengan baik. Tapi Kaya, sepertinya kau melupakan satu hal. Apa barangkali kau membakar semua sisinya, dan setelah itu bagian dalamnya?”
Pada pertanyaan itu, Kaya melongo. Dia tidak melakukan itu. Dia terlalu fokus menyeimbangkan level kematangan kedua bagian dan dia lupa untuk memanggang bagian luar hingga menghilangkan sari daging. Jo Minjoon melihat Kaya. Malangnya, stik Kaya mendapat 5 poin. Apa boleh buat karena dia kehilangan sari daging, dia juga kehilangan poin penting.
‘Bahkan Kaya sekali-kali juga terpeleset seperti ini.’
Selain saat Kaya bertengkar melawan angota timnya karena temperamennya, maka ini adalah pertama kalinya. Joseph berkata dengan lembut,
“Sepertinya kau tahu apa kesalahanmu. Bagus. Kaya, chef yang tahu kesalahnnya cenderung akan tumbuh. Kembalilah ke tempatmu.”
“…Iya.”
Kaya kembali dengan wajah putus asa. Sekarang, karena situasinya berubah seperti ini, jelas siapa yang terbaik. Ada banyak orang yang telah memasak stik dengan level kematang kedua sisi sama persis, tapi hanya satu orang yang membuat rasanya sempurna dan bahkan mendapat pujian. Anderson. Jo Minjoon memandang Anderson.. Dia adalah tipe orang yang biasa menunjukkan keahliannya, tapi semakin dilihat, semakin membuatmu berpikir bahwa keahliannya tidak remeh. Dia kalah dari Kaya dan menempati juara 2, tapi itu berarti bahwa jika bukan Kaya, Anderson yang akan menang.
“Setelah kami berdiskusi, kami telah menentukan siapa yang terbaik. Kesimpulan kami muncul dengan mudah. Anderson, selamat! Kau terbebas dari misi diskualifikasi. Naiklah ke lantai 2.”
“Terima kasih.”
Anderson berkata dengan suara tenang lalu melangkahkan kaki bersamaan dengan tatapan iri para peserta yang mengikutinya, Alan berkata,
“Selanjutnya, aku akan mengumumkan misi. Mungkin, itu bisa jadi misi yang tidak akan kalian sukai sama sekali.”
Alan berbicara seperti itu dan melihat sekilas pada Jo Minjoon. Jo Minjoon menaikkan alisnya. Dia merasa waswas. Alan lanjut berbicara dengan suara tenang,
“Tema misi kali ini adalah …Dessert.”
<Jejak kaki di depannya (1)> Selesai