Dewa Memasak – Bagian 71: Jejak kaki di depannya (2)
Meski setelah bidang yang bukan spesialisasinya dimunculkan, wajah Jo Minjoon tidak gentar. Itu adalah pintu yang suatu hari nanti harus dia lalui.
Seandainya dia tidak berasal dari masa depan, tentu dia akan menyesal saat ini. Namun sekarang, dia tidak menyesal. Bukan karena beberapa hari terakhir ini, level memanggangnya naik menjadi 5, melainkan karena tidak semua hidangan penutup dibuat dengan cara dipanggang. Itu yang paling utama.
‘…Haruskah aku mencobanya?’
Tatapan Jo Minjoon semakin tajam. Apa yang dia pikirkan saat ini adalah hidangan penutup yang dia makan di Rose Island. Selain pastri coklat, semua hidangan penutup berskor 8 poin, dan itu juga berarti Jo Minjoon bisa tahu resepnya.
Akan tetapi, mengetahui resep dan menirukannya tentu adalah hal yang berbeda. Setidaknya, dia yakin bisa mengeluarkan 90% rasanya. Hidangan yang akan dia buat adalah dadih sudachi dan jeli apel hijau dengan kacang mede panggang sebagai garnish.
Setelah dia kembali dari restoran, Jo Minjoon bekerja keras untuk menirukan semua hidangan kecuali soal gastronomi molekul. Hidangan tiruan yang paling mendekati adalah ini, karena tepat kemarin, dia baru membuat imitasinya, dan sukses mendapat 7 poin.
Faktor lain yang berbeda adalah waktu. Jo Minjoon melihat bibir Joseph dengan wajah yang gelisah. Namun, seseorang yang membuka suara adalah Emily, bukannya Joseph.
“Kalian punya dua pilihan, membuat hidangan dalam satu atau dua jam. Jika kalian memilih 2 jam dengan sesuatu yang kalian bisa buat dalam satu jam, maka tidak perlu lagi membicarakan skornya, kan? Buatlah hidangan penutup sesuai waktu yang diberikan sesempurna mungkin. Dan…”
Emily berhenti sejenak. Dia lanjut berbicara dengan wajah yang serius.
“Dalam misi ini, dua orang akan terdiskualifikasi satu orang dari kelompok satu jam, dan satu orang lagi dari kelompok dua jam. Tidak akan ada lagi kesempatan bagi keduanya. Jadi berhati-hatilah dalam memilih waktu. Kami akan beri kalian sepuluh menit. Pergilah ke meja masak di sebelah kanan jika kalian ingin membuat hidangan dalam satu jam, dan silahkan ke meja masak di sebelah kiri jika kau butuh waktu 2 jam dalam membuat hidangan. Meja masak di sebelah kanan dan kiri dari tempat aku berdiri.
Jo Minjoon tidak punya pilihan lagi selain memilih 2 jam, karena jika dia ingin membuat jeli dengan benar setidaknya dia butuh 2 jam. Satu orang yang tak terduga adalah Marco, spesialisasinya dalam memanggang, membuat Jo Minjoon berpikir bahwa Marco akan memilih 2 jam, tapi ternyata dia memilih 1 jam. Dan selain dia ada Chloe, Hugo, dan Peter yang memilih 1 jam.
Total ada 5 orang. Di sisi lain, ada 6 orang yang memilih 2 jam. Jo Minjoon, Joanne, Ivanna, dan 3 orang sisanya. Jo Minjoon melihat rekan yang lain. Satu orang yang mendapat perhatian Jo minjoon adalah wanita berkulit gelap bernama Sasha. Dia tampak 5 tahun lebih tua darinya. Sasha, wanita kurus dan berkarakter lembut, bukanlah peserta yang membuat Jo Minjoon waspada. Sesekali Sasha membawa makanan pada Jo Minjoon untuk diminta memberikan skor. Hanya sejauh itu Jo Minjoon mengenal Sasha. Namun, itu berubah setelah beberapa hari yang lalu.
[Sasha Kane]
Level Memasak: 6
Level Memanggang: 7
Level Mengecap: 6
Level Mendekorasi: 5
Peserta yang level memanggangnya 7 hanyalah Marco dan Anderson, dan masih sama beberapa hari yang lalu, mungkin lebih tepatnya satu minggu yang lalu. Jo Minjoon memeriksa level orang lain hanya sesekali dan dia baru tahu perubahan itu setelah beberapa hari yang lalu.
Skor kue wortel yang dia bawa 2 hari yang lalu untuk dimintai skor tidaklah normal, yaitu 8 poin. Saat Jo Minjoon memeriksa level kue tersebut, dia terkejut karena levelnya telah naik.
‘…berkembang di tengah menjalani kompetisi, tidak, aku pun harus.’
Dia tidak merasa memberi ucapan selamat padanya. Siapa di dunia ini yang akan memberikan selamat pada saingannya dengan tulus?
Jo Minjoon melihat layar statusnya dengan menyesal. Levelnya tidak tampak segera naik, lebih tepatnya level memasaknya. Setelah datang ke AS, selain level memasak, semuaya naik satu per satu, tapi hanya level memasak yang tidak. Tentunya, karena itu level yang penting, maka tidak akan naik dengan mudah. Namun, bukankah manusia tidak pernah puas?
‘Jika levelku naik apakah keahlianku juga naik? Ataukah jika aku mengembangkan keahlianku, barulah saat itu levelnya akan naik?’
Itu adalah pertanyaan yang selalu dia pikirkan, tapi seseorang yang bisa menjawabnya tidak ada. Saat level memasaknya naik menjadi 6, lucunya, itu tidak terjadi saat dia memasak, tapi saat dia makan masakan istri Lucas, Jane. Sistem bilang, levelnya naik karena pemahaman tentang masakan telah meluas. Sebenarnya memang seperti itu. Saat dia makan makanan ala Amerika yang sesungguhnya, dia dapat dengan jelas merasakan seperti apa cara memasak ala Amerika. Dia bersyukur mengetahui wawasannya meluas.
‘Aku pikir makanan di restoran bintang tiga cukup.’
Namun, yang naik bukan level memasak, melainkan level mengecap. Itu bukan keberuntungan, tapi apa boleh buat. Level memasaknya 7 dan itu sama dengan level Kaya, Anderson, dan Chloe. Berharap level itu naik dengan mudah bukanlan hal untuk dipertimbangkan. Pada saat Alan membuka suara,
“Sepertinya semua orang sudah memilih. Ingat-ingatlah bahwa misi kali ini adalah membuat hidangan penutup. Buatlah hidangan yang membuatmu ingin memakannya meskipun kau sangat kenyang dan harus memuntahkannya lagi demi bisa memakan hidangan itu. Orang-orang yang memilih satu jam baru akan mulai memasak satu jam lagi. Silahkan menonton saja. Baiklah, ayo kita mulai. Ambil bahan-bahan kalian!”
Jo Minjoon segera melangkahkan kaki. Dia tidak berencana mengambil semua bahan-bahan sekaligus. Pada saat itu, lebih baik segera menyiapkan jeli apel hijau. Setelah itu, dia akan punya banyak waktu sambil menunggu jeli mendidih. Itulah saatnya dia bisa mengambil sisa bahan lain yang dibutuhkan.
Apa yang dia ambil saat ini adalah gula, apel yang mulus, karamel, dan bubuk pektin. Saat dia pertama kali datang ke AS, saat membuat jeli, dia menggunakan kupasan kulit apel untuk mendapatkan pektin di dalamnya, karena dia tidak punya bubuk gelatin maupun pektin. Saat ini dia tidak perlu melakukan itu karena sudah tersedia bubuk pektin.
Ada dua hal yang bisa digunakan untuk membuat jeli, yaitu gelatin dan pektin. Ada banyak orang yang menggunakan bubuk agar untuk membuat jeli, tapi tekturnya lebih seperti mook(묵) bukan jeli.
Perbedaan gelatin dan pektin adalah gelatin terbuat dari kolagen hewan yang telah diproses, dan pektin didapatkan dari ektrak kulit jeruk tangerine atau apel. Cita rasa keduanya pun berbeda. Jeli yang terbuat dari kolagen memiliki kekentalan yang lebih kuat, tapi rasanya cenderung hambar. Dibanding kolagen, pektin memiliki kekentalan yang lebih rendah tapi cita rasanya lebih kuat.
Dia tidak perlu memikirkan tentang pro dan kontra dalam penggunaan pektin ataupun gelatin karena jeli yang dia makan di Rose Island menggunakan pektin. Tepat di depannya terdapat jejak kaki yang sangat jelas. Jejak kaki dari hidangan penutup yang luar biasa. Jadi, jika dia melangkah sesuai dengan jejak itu, dia akan sampai pada tujuan yang sama.
Setelah mengiris apel secara vertikal, dia memasukkannya ke dalam air yang mendidih bersama dengan gula dan karamel. Kemudian, dia pergi lagi ke dapur. Dia harus mengambil bahan-bahan lain, yaitu buah sudachi, pir Asia, dan nastrium, kacang mede, seledri, telur, dan mentega.
Saat dia kembali, pertama dia memeriksa pancinya. Kemudian, para juri mendekatinya.
“Hidangan apa yang akan kau buat?”
“Aku berencana membuat imitasi dari apa yang aku makan di Rose Island. Pertama, aku akan meletakkan dadih sudachi di atas piring, lalu menempatkan jeli bulat di atasnya. Aku juga akan meletakkan bahan-bahan yang lain sebagai garnish.”
“Entahlah. Aku melihat sepertinya kau sangat amat terkesan dengan hidangan di sana. Harmoni adalah yang terpenting, proporsi dari masing-masing bahan itulah yang paling penting. Itu…”
Alan mengatakan itu dengan gaya meremehkan, tapi kemudian berhenti. Matanya bergetar. Dia bertanya tentang suatu kemungkinan.
“…Pertama, izinkan aku bertanya satu hal. Minjoon, apa mungkin kau tidak hanya bisa membaca komposisi bahan-bahan tapi juga proporsinya?”
“Ada lebih banyak informasi dari yang Anda pikirkan di dalam sebuah hidangan.”
Jo Minjoon berkata dengan suara tenang. Pada kata-kata Jo Minjoon, bahkan Joseph tercengang mendengarnya. Tidak cukup dengan membaca bahan-bahan, tapi dia juga bisa menebak proporsinya? Itu kemampuan yang tidak masuk akal. Barangkali, jika mereka juga tahu bahwa Jo Minjoon bisa membaca resep, mereka pasti akan marah alih-alih terkejut.
“…Para chef kepala sebaiknya waspada denganmu, di mana pun restoran yang kau datangi.”
Kenapa? Karena kau bisa menjadi mata-mata yang jahat dalam bisnis ini.”
Pada kata-kata itu, Jo Minjoon tertawa tanpa membalas apa pun. Alan tidak bisa memalingkan tatapannya, dan tidak ingin pergi dari tempatnya berdiri. Akan tetapi mereka harus mendatangi peserta yang lain juga. Emily membuka suara dengan waspada di saat-saat terakhir.
“Sepertinya ada satu lagi alasan kenapa aku harus mendekatimu.”
“Bukan hal yang buruk seorang chef bersama dengan epicurean.”
“Sekali lagi, ini batasku. Soal penawaran sebelumnya, aku tidak berencana untuk menekanmu. Jadi jangan bersikap waswas.”
Setelah Emily mengatakan itu, dia tersenyum cerah dan meninggalkan tempat. Meski jika para juri ada atau pun tidak di depannya, apa yang Jo Minjoon harus lakukan sama saja, yaitu mengaduk apel agar tidak hangus, dan menyiapkan dadih sudachi.
Hal pertama yang harus dia lakukan adalah mencuci sudachi. Dia harus menggosok sudachi dengan baking soda dan sedikit air hingga berbusa, setelah itu dia harus menggosoknya dengan garam kasar lalu mengulangi proses tersebut. Kemudian memasukkannya ke dalam air mendidih selama 10 detik, dan selesai.
Alasan dia menggunakan buah sudachi segar alih-alih jus sudachi adalah dia butuh komponen kulit buah sudachi (zest sudachi). Setelah mengiris tipis bagian yang berwarna hijau, Jo Minjoon mulai memasukkan telur ke dalam mangkok. Satu telur untuk satu sudachi. Dia menambahkan sedikit garam ke dalam telur kocok, dan setelah menuangkan gula sebanyak telur kocok, dia tinggal memasukkan itu ke dalam jus sudachi. Itu tidak hanya memberikan rasa, tapi komponen dalam jus sudachi akan membuat telur terasa lembut.
Setelah itu, dia memeriksa status rebusan apel lagi. Apelnya sudah cukup lunak. Saat dia menekannya dengan sendok nasi, irisan apel hancur dengan mudah. Jo Minjoon mendidihkan air untuk merebus dadih sudachi lalu melanjutkan menumbuk apel hingga selesai. Setelah menempatkan kain saring di atas mangkok lain, dia menuangkan bubur apel, dia mencium aroma apel dan gula yang sangat kuat hingga bisa menusuk hidung. Uap panas yang membubung ke atas tidaklah menyenangkan.
Setelah mengikat ujung kain saring dengan hati-hati, dia tinggal menunggu sari apel keluar perlahan-lahan. Jika dia memerasnya dengan kuat seperti pada katsuoboshi, maka hasil saringan justru akan mengalir lebih lambat. Dia harus menunggu dengan sabar agar jus mengalir keluar dengan jernih.
Setelah itu, dia memasukkan bubuk pektin ke dalamnya dan mendidihkannya kembali, kemudian memasukkan ke dalam lemari es, dan selesai. Saat itu di rebus, saatnya menangani dadih sudachi lagi. Jo Minjoon menempatkan mangkok stainless di atas air mendidih dalam panci, lalu mulai merebus telur kocok dan jus sudachi di dalamya. Jika temperaturnya terlalu tinggi, maka telur akan matang. Poaching adalah metode paling mudah dan paling aman.
Mengaduknya dengan sendok nasi agar dadih tidak tertekan membutuhkan waktu selama 10 menit. Saat dia menyenggol permukaan jeli, bagian ujungnya bergetar, itu berarti jeli sudah selesai. Jo Minjoon meletakkan sendok nasi dan memasukkan jeli ke dalam lemari es.
Saat dia kembali ke meja masak, dia menekan dadih yang ada di sendok nasi, dan dadih mengeras membentuk cekungan sesuai bagian yang ditekan. Itu berarti dadih juga sudah selesai. Setelah Jo Minjoon menurunkan mangkok dari atas panci, dia memasukkan jus sudachi dan mentega lalu mengaduknnya perlahan. Karena masih panas, mentega segera meleleh. Zest tidak ikut meleleh karena kulit sudachi diiris pendek. Warnanya sama. Dadih sudachi yang lembut telah selesai. Jo Minjoon memandang dadih hijau itu, jantungnya berdetak kencang.
“…Bagus.”
Sampai-sampai dia berseru kagum seperti itu. Manis dan asam. 3 kata yang singkat itu bisa menjelaskan semuanya. Cita rasa sudachi menutupi rasa manis dari gula. Saat dadih itu bertemu dengan jeli apel, aroma dari karamel yang meleleh di dalamnya dan aroma apel akan berpadu dan tercipta kombinasi yang sempurna.
Sebenarnya, dia bisa menebak hasilnya tanpa harus mencicipinya.
[Dadih Sudachi]
Kesegaran: 94%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk ditunjukkan)
Kualitas: Tinggi
Skor memasak: 7/10
<Jejak kaki di depannya (2)> Selesai