Dewa Memasak – Bagian 79: Yang tak dikenal (1)
“Akhir-akhir ini, entah kenapa Chloe aneh.”
Di pagi hari. Saat mengulurkan kepalanya dan melihat ke sebelahnya dengan hati-hati, Kaya berkata dengan suara begitu pelan seolah-olah mengatakan sebuah rahasia. Jo Minjoon mendorong dahi Kaya menjauh dengan telunjuknya.
“Rambutmu akan jatuh ke dalam sup.”
“…Kau akan terus seperti ini?”
“Jadi, apa yang aneh dengan Chloe?”
Kaya mengerutkan dahi dan melihat Jo Minjoon dengan tatapan tajam, lalu membuka suara, suara yang tentu lebih kasar dari biasanya,
“Chloe. Sepertinya dia mencemaskan sesuatu dan dia sering sekali melamun.”
“Mungkin karena demam musim semi.”
“Jika memang karena itu, tidak mungkin aku bertanya padamu.”
Jo Minjoon hanya tersenyum kikuk alih-alih menjawab. Kaya mengernyit.
“Kenapa kau tertawa?”
“…Bukan apa-apa.”
Sangat terpuji. Kaya ternyata sanggup mengangkat ‘dinding’ itu. Dia sedang mencemaskan orang lain lebih dulu. Jika Jo Minjoon mengatakan itu pada Kaya, jelas dia tidak akan mengakuinya. Jo Minjoon menoleh dengan wajah tenang. Chloe sedang mengeluarkan dumpling dari panci kukus. Skor masakan muncul dari kejauhan dan Jo Minjoon terpesona. 7 poin. Itu skor yang bagus untuk hidangan yang dibuat kurang dari satu jam.
Setelah berapa saat, Chloe memekik ‘Ahh!’ dan spontan mengangkat tangannya karena terkejut. Panci jatuh ke lantai dan menimbulkan suara yang berisik. Sebelum Jo Minjoon berdiri, Kaya sudah berdiri dan berjalan mendekati Chloe. Melihat punggung tangannya yang memerah, Kaya turut berekspresi kesakitan meskipun bukan dia yang terluka.
“Ah, kenapa kau sampai terluka begini?”
“Ahaha…Aku baik-baik saja.”
“Aku tahu ini akan terjadi saat kau melamun. Teruslah membilasnya dengan air dingin. Aku akan mengambilkan obat.”
“Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Aku tidak sampai…”
“Apa yang akan kau lakukan jika luka ini membekas di kulit seorang gadis? Kau berbeda denganku.”
Kaya berkata seperti itu lalu pergi mencari obat P3K dengan wajah yang serius. Jo Minjoon, yang hanya melihat situasi tersebut, mengulang kata-kata terakhir Kaya dengan ekspresi sedih. ‘Aku berbeda denganmu.’
Mengingat masa lalu Kaya, kata-kata itu bisa dimaklumi. Kaya tidak mempunyai kehidupan yang normal sebagai seorang gadis, siswa, dan anak perempuan di keluarganya. Saat para gadis seusianya memakai lipstik di bibir mereka, dia memoles wajahnya dengan debu. Saat yang lain menyemprotkan parfum, dia harus bekerja di pasar seharian hingga bau amis menempel di badannya.
Namun, masalahnya adalah apa yang dia ucapkan sebelum kalimat itu ’Apa yang akan kau lakukan jika luka ini membekas di tangan seorang gadis. Aku berbeda denganmu.’ Dia tercekik melihat tingkah Kaya yang mungkin dia sendiri yang terluka. Gadis yang dia sebutkan adalah dirinya sendiri. Jo Minjoon merasa sedih karena Kaya menerima begitu saja anggapan pribadinya bahwa dia gadis yang tidak penting atau bahkan tidak berharga.
Jo Minjoon mendekati Chloe. Chloe tersenyum canggung sembari membilas tangannya dengan air dingin.
“Aaargh, sangat memalukan. Aku gagal sebagai chef karena telah membuat kesalahan seperti ini.”
“Kenapa kau melebih-lebihkan itu? Bahkan chef yang handal bisa terluka karena hal sepele. Menurutmu, apa lukamu itu akan menjadi kuburanmu?”
“Tidak. Mungkin, aku tidak perlu mengoleskan obat.”
“Oleskan saja obatnya meski sedikit. Lukanya akan membekas jika kau tidak mengobatinya.”
“…Apa kau mencemaskan aku?”
“Memang itu gunanya teman.”
Chloe tidak menjawab apa pun dan tersenyum sedikit. Bagaimana itu mungkin? Saat Chloe tersenyum, wajahnya masih suram. Jo Minjoon terus teringat perkataan Kaya bahwa Chloe sedang mencemaskan sesuatu dan dia juga ingat sarannya, tapi bukan saran yang Kaya tanyakan padanya waktu itu.
Pada saat itu, satu hal yang bisa Jo Minjoon lakukan pada Chloe, yang sedang meragukan jalannya, adalah hiburan ala kadarnya. Dia bertanya-tanya apakah sesuatu akan berubah jika dia membicarakan hal yang sama pada hari itu, tapi Jo Minjoon tetap melakukannya. Mau tak mau.
“Apa kau masih memikirkan hal yang waktu itu?”
Pada saat itu, Chloe hanya tercengang dengan apa yang Jo Minjoon tanyakan. Dia tidak mengerti kapan yang Jo Minjoon maksud dengan ‘waktu itu’ dan dia baru menyadari setelah beberapa saat, yaitu hari saat dia dan Jo Minjoon berdiskusi tentang memasak. Jika dipikir-pikir, waktu itu Jo Minjoon juga membuatnya terharu.
Chloe menarik kedua ujung bibirnya. Namun, saat dia memikirkan momen itu, dia tersenyum tanpa sadar. Senyum yang terukir selama beberapa saat itu, memaksa kedua ujung bibirnya naik. Chloe terbatuk lalu menghapus senyumannya. Entah kenapa dia tersipu pada dirinya yang sedang tertawa saat ini.
“Bukan seperti itu. Aku hanya banyak melamun akhir-akhir ini.”
“…Aku akan membereskan ini dulu. Kau tetap bilas tanganmu.”
Jo Minjoon mengambil panci yang jatuh di lantai. Chloe melihat ke dalam panci. Beruntungnya, dumpling yang masih berada di dalam panci tidak hancur parah.
“Aku masih bisa memakannya.”
“…Kau masih mencemaskan ini?”
“Aku tetaplah seorang chef.”
Chloe berkata seperti itu lalu tersenyum masam. Senyumnya begitu manis, tapi tetap mengandung rasa cemas. Jo Minjoon menghela nafas.
“Apa begitu sulit menceritakannya padaku?”
Chloe tidak menjawab. Melihat Chloe masih tetap diam, Jo Minjoon tidak bertanya lagi dan menutup mulutnya. Chloe melihat Jo Minjoon dengan wajah kusut dan perlahan membuka suara.
“Bagaimana hubunganmu dengan Kaya?”
“Apa maksudmu?”
“Baiklah, aku menjadi sama seperti yang lain.”
Dia menyembunyikan kebenaran di balik suaranya yang bernada bercanda. Chloe berusaha mengatakan itu dengan suara sesantai mungkin bahkan ada senyuman di wajahnya. Beruntung Jo Minjoon sepertinya tidak menyadari rahasia spesial Chloe.
“…Kau tahu kan kami tidak seperti yang mereka pikirkan. Kenapa kau bertingkah seperti ini?”
“Aku juga berpikir bahwa tidak ada apa-apa di antara kalian, tapi akhir-akhir ini aku merasa tidak yakin dengan apa yang aku pikirkan. Hei, jangan menatapku seperti itu. Sejujurnya, apa kau tahu bahwa kalian semakin dekat? Aku hanya semakin bingung.”
Jo Minjoon tidak bisa membantah kata-kata Chloe. Sebenarnya, kata-kata Chloe yang membuatnya tidak bisa berkata apa-apa lagi karena ada adegan yang dia akui memang terlihat terlalu dekat dalam siaran dan dalam video yang diedit. Chloe hanya menatap Jo Minjoon dan berkata,
“Apa kau mengiyakan itu? bahwa… Jangan memikirkan Kaya seperti itu.”
“Itu benar bahwa aku mengaguminya.”
Jo Minjoon membalas dengan suara yang datar. Namun, kata-katanya terdengar agak kurang yakin. Senyuman Chloe pudar.
“Jika kau mengaguminya, lalu menurutmu, bagaimana perasaan Kaya padamu?”
Apa yang Kaya pikirkan tentang Jo Minjoon? Jo Minjoon tidak punya waktu untuk memikirkan pertanyaan itu dengan baik. Kaya mendatangi mereka. Dia membuka kotak P3K dan mengernyit seperti Popeye.
“Lihat, tanganmu memerah. Tidak apa-apa bagaimana?”
“Kaya, tunggu! Lebih baik mengoleskan salep setelah rasa panasnya sedikit berkurang.”
Kaya, yang sedang mengeluarkan salep, tangannya terhenti karena kata-kata Jo Minjoon. Kaya melihat tangan Chloe, lalu berkata dengan ekspresi seperti baru saja mengabaikan Chloe.
“Ah, aku barusan bertemu Martin.”
“Martin?”
“Iya, dia bilang kalau misi akan segera dimulai.”
“Apa, kenapa begitu tiba-tiba? Maksudnya segera dimulai itu kapan?”
Kaya menjawab.
“Saat makan siang.”
–
“Kalian luar biasa.”
Saat makan siang. Itu adalah kata-kata yang Joseph ucapkan pada kedelapan peserta yang sedang lapar di depannya. Saat para peserta hanya tersenyum kikuk pada pujian yang tiba-tiba itu, lalu Joseph lanjut berbicara.
“Mungkin, kalian bisa menganggap itu sebagai ucapan selamat yang formal dariku. Namun, bukan itu, kalian memang luar biasa di banding sesi sebelumnya.”
“Joseph benar. Karena kalian menyajikan hidangan yang enak, kami jadi tidak bekerja keras. Aku membicarakan tentang misi yang akan membuat dapur ini penuh dengan kesengsaraan.”
Beberapa gemetar mendengar perkataan Alan, bahkan mereka juga merasa gugup. Mereka adalah 8 peserta terbaik, mereka percaya diri dengan apa pun tema misi dan bahan masakan yang dikeluarkan. Akan tetapi, para juri mengetahui hal itu.
Sebuah misi yang akan sangat sulit diselesaikan meski bagi para juri. Misi apakah itu? Jo Minjoon berpikir sejenak, tapi dia tidak terpikir apa pun. Di dalam kepalanya, tidak ada ingatan tentang ini sama sekali.
Saat mereka melihat bibir Alan dengan gugup, Alan tersenyum sambil melihat Emily. Emily tersenyum cerah. Mereka menganggap senyuman Emily sungguh sangat menyegarkan, tapi melihatnya dalam situasi seperti ini, itu terasa menjengkelkan.
“Barangkali, ada beberapa bahan yang kalian belum pernah makan. Para staf sedikit bersusah payah untuk memperoleh bahan yang sangat langka ini, total 3 bahan yang mereka dapatkan. Iya, bahan-bahan inilah yang akan kalian tangani.”
Emily berkata demikian sambil menunjuk ke meja yang berada di depan para juri. Ada 8 kotak di atas meja.
‘Ada bahan yang berbeda di setiap kotak…’
Tatapan Jo Minjoon semakin tajam tapi tentunya dia tidak bisa melihat isi kotak-kotak itu. Kau tidak akan tahu apakah layar peringatan akan muncul, tapi matanya tidak mungkin bisa melihat tembus ke dalam kotak. Tidak ada artinya jika terus disembunyikan. Sesaat kemudian, tiba-tiba Alan berkata,
“Aku akan mengungkapkan bahan yang pertama.”
Saat Alan membuka kotak, wajah semua orang berubah. Beberapa di antaranya ingin muntah karena begitu terkejut dengan bahan yang ada di dalam kotak. Begitu juga dengan Jo Minjoon., dia melihat bahan-bahan itu dengan wajah melongo. Dia tidak pernah menyangka mereka akan mengeluarkan bahan-bahan seperti itu. Alan menyeringai melihat reaksi para peserta.
“In otak sapi muda! Ini adalah bahan yang bisa membuatmu merasakan langsung selera orang Perancis. Menurutk, banyak dari kalian pasti belum pernah memakan ini sebelumnya.”
Otak sapi muda. Bahan itu memang muncul di restoran Perancis. Akan tetapi jika kalian bukan epicurean sejati, kalian tidak akan memasukkannya ke dalam mulut karena kalian pasti merasa jijik. Ada beberapa orang yang menganggap ini seperti daging pada umumnya, tapi normalnya, kalian akan merasa jijik jika mereka mengatakan itu adalah otak.
Beruntungnya, bahan selanjutnya tidak semengejutkan otak sapi muda. Truffle, juga disebut jamur songreo (송로버섯), yang merupakan satu dari 3 bahan terlezat di dunia. Akan tetapi, selain Jepang dan Korea, tentu tidak ada negara yang mengakui kelezatan ketiganya, tapi meski begitu, bahan ini bukan berarti tidak berharga. Hanya melihat nilainya saja, bahan ini memang patut mereka coba tangani, meski jelas mereka belum pernah menangani itu. Jo Minjoon bahkan hanya pernah mengggunakan minyak truffle saja.
Bahan-bahan itu memang tidak mudah ditangani karena setelah truffle, ada sirip hiu, hati rusa, anemon laut, dll. Beruntungnya, 2 bahan berikutnya tidak terlalu buruk bagi Jo Minjoon, yaitu gurita dan babat sapi. Gurita bukan bahan yang cukup sering dicari di negara barat, tapi tidak di Korea, begitu juga dengan babat sapi. Banyak sekali restoran di Korea yang hanya menjual jeroan sapi.
Lalu bahan yang terakhir membuat mereka bangun kembali setelah mereka mulai rileks. Awalnya, Jo Minjoon berpikir itu adalah sosis tapi ternyata bukan. Jika itu sosis, mereka tidak akan merasa gentar. Emily berkata dengan ekspresi malu-malu,
“Bahan terakhir adalah pelir sapi. Ini bukan bahan yang banyak dicari, tapi aromanya yang kuat cukup menarik…ah, dengan beberapa alasan aku merasa kalian menganggapku seperti orang liar.”
“Masing-masing dari kalian akan menangani satu di antara kedelapan bahan ini. Aku membicarakan tentang bahan yang tersembunyi di dalam kotak. Hanya pemenang dari misi sebelumnya yang boleh memilih bahan yang diinginkan. Minjoon, apa ada bahan yang kau inginkan?”
“…Menurutku, setidaknya aku tidak akan memilih 3 bahan di antara itu.”
Anemon laut, otak sapi, dan pelir sapi adalah bahan-bahan yang Jo Minjoon tidak tahu bagaimana harus memasaknya sebagaimana bahan itu membuatnya begitu syok. Ada 2 bahan yang membuat Jo Minjoon tertarik, yaitu gurita dan babat sapi. Boleh dibilang dia cukup familiar dengan bahan itu.
Dia tidak berlama-lama dalam berpikir. Jo Minjoon berkata dengan penuh keyakinan.
“Aku sudah memutuskan.”
< Yang tak dikenal (1) > Selesai