Dewa Memasak – Bagian 80: Yang tak dikenal (2)
Bahan pertama yang terpikir oleh Jo Minjoon adalah gurita. Bagi orang barat, khususnya pelaut, gurita adalah bahan yang terkenal disebut devil fish. Bukannya tidak ada hidangan gurita di negara-negara pesisir laut Mediterania, seperti Spanyol, Perancis, Italia, melainkan itu adalan bahan yang dihindari oleh orang barat. Di Korea, itu berlaku pada ubur-ubur dan mungkin lebih buruk dari itu.
Resep baik yang dia tahu untuk memasak gurita adalah teriyaki atau sushi gurita. Akan tetapai kedua hidangan hidangan itu sulit mendapat skor 7 poin kerena proses memasaknya terlalu mudah.
Kalau babat sapi…Jo Minjoon lebih banyak makan hidangan babat sapi dari pada memasaknya dan babat sapi hanya bisa dibakar atau digoreng. Tidak mudah mendapat skor tinggi dengan metode memasak yang sederhana. Jika dipadukan dengan purée atau saus, dia tidak yakin akan cocok dengan babat.
Pada akhirnya, apa yang Jo Minjoon pilih adalah trruffle, lebih tepatnya kotak yang berisi jamur truffle putih. Setidaknya, dia tahu banyak cara memasaknya dibanding gurita dan babat sapi. Alan hanya melihat kotak itu dan berkata,
“Meskipun truffle terlihat yang paling mudah di antara yang lain, bahan ini justru yang paling sulit dikeluarkan aromanya. Bagaimana kau akan memasaknya?”
“Saya belum memutuskan itu karena masih separuh memikirkannya. Saya akan putuskan saat tahu waktu memasak yang diberikan.”
“Kalau begitu, aku akan mengumumkan waktu memasaknya, yaitu satu jam. Tidak hanya untukmu, tapi semua peserta harus selesai memasak dalam satu jam.”
Satu jam. Banyak resep yang telah dia pikirkan terhapus satu persatu. Alan hanya menatap Jo Minjoon. Setelah baru menyadari Alan menatapnya, Jo Minjoon kembali ke tempatnya dengan kesal. Emily menutup 7 kotak yang tersisa.
“Semuanya balik badan. Aku akan mengubah posisi kotak. Tidak boleh ada yang berbalik sebelum aku menyuruh kalian.
Ke delapan peserta semuanya membelakangi kotak. Lalu terdengar suara kotak diangkat dan diletakkan di atas meja. Kaya berusaha berkonsentrasi mendengarkan suara itu, dari kanan ke kiri. Namun, meskipun dia berkonsentrasi, dia tidak mungkin tahu kemana kotak dipindahkan karena para juri hanya mengangkatnya lalu meletakkannya di tempat yang sama. Kaya mengernyit.
‘Akan bagus jika aku tidak mendapatkan itu.’
Dia percaya diri bisa menangani sebagian besar dari bahan-bahan itu. Dia bahkan punya pengalaman memasak gurita dari pasar. Kala orang-orang di pasar memberinya bahan yang akan busuk, dia tidak bisa membuangnya, sekali pun itu monster gurita.
Kaya tidak pernah menangani truffle, tapi dia yakin bisa menanganinya karena dia sudah biasa dengan cita rasa dan aromanya. Namun, anemon laut adalah pengecualian. Ini juga pertama kali baginya melihat anemon laut. Dia ingin mencoba dengan memanggangya atau merebusnya untuk mengetahui perubahan cita rasanya, tapi jumlahnya tidak cukup banyak.
Orang-orang mengambil kotak pilihannya masing-masing dan begitu juga dengan Kaya. Berat kotak itu tak terduga, entah terasa berat atau ringan.
Saat semua orang telah kembali ke tempatnya masing-masing, para juri tersenyum. Dilihat pertama kali, meski sekilas, wajah para juri tampak penasaran dengan reaksi para peserta. Joseph tiba-tiba berteriak,
“Semuanya buka kotak kalian!”
Mereka tegang mendengar suara Joseph. Kaya membuka penutup kotak dengan tergesa-gesa karena gugup, seolah-olah kotak bisa meledak seperti bom, dia menggerakkan tangannya begitu cepat seperti orang kejang. Kemudian, wajahnya berubah seketika.
“…Aah tai!”
Sosis melingkar. Bukan. Pelir sapi yang tampak seperti sosis yang melingkar yang ada di dalam kotak. Kaya mengambil benda itu dan melihatnya dengan tatapan seperti melihat kecoak. Permukaan luarnya berminyak, dan saat dia mendengus, dia mencium aroma unik yang kuat seperti aroma usus sapi.
Di sisi lain, Chloe mendapat sirip ikan hiu yang hambar dan tidak beraroma, berbanding terbalik dengan pelir sapi. Sebenarnya, bisa dikatakan itu bukan bahan makanan yang enak berdasarkan perasaan semata dan bisa diberi rasa hanya dengan saus…Tapi justru karena itu, kau harus punya keahlian memasak yang tinggi agar hidangan itu enak.
Namun Chloe memasang wajah aneh. Dia pernah makan sirip hiu sebelumnya, tapi dia kurang menyukainya. Dia tidak makan ikan ukuran besar karena jumlahnya yang besar dan kebiasaannya yang selalu memakan makanan sehat. Jika dia akan membumbuinya dengan saus, apa perlu untuk memakan semuanya? Itulah yang dia pikirkan. Dan dia tidak punya cukup pengalaman untuk menangani sirip hiu sebelumnya.
Anemon laut yang dihindari Kaya justru menghampiri Anderson. Namun, dia tidak merasa begitu gugup karena Anderson telah mendapat bimbingan dari orang tuanya tentang segala jenis masakan dan dia tidak kurang pengalaman untuk menghasilkan hidangan anemon laut.
Hugo mendapat otak sapi muda. Joanne, hati rusa. Ivanna, babat sapi. Dan Sasha mendapat gurita. Mereka semua tidak puas dengan bahan yang mereka dapatkan.
“Hanya dengan melihat wajah kalian, aku bisa melihat bahwa kalian percaya diri dan penuh ambisi.”
Suara Alan menambah kesengsaraan. Ratapan terdengar di mana-mana. Joseph tersenyum seperti seorang kakek dari seberang rumah. Lalu dia berkata,
“Mungkin kalian berpikir bahwa misi ini terlalu berlebihan. Ada bahan yang begitu menjijikkan bagi kalian, tapi kalian akan tahu bahwa itu bisa dimasak dengan baik. Misi kali ini akan memperlihatkan keahlian kalian dengan jelas lebih dari sebelumnya. Dengan bahan yang belum pernah kalian tangani sebelumnya dan tidak kalian kenal sebelumnya, kemampuan untuk memahami dan menganalisa bahan tersebut dalam waktu singkat akan diuji. Peserta yang tidak mempunyai keahlian tersebut akan tereliminasi hari ini.”
“Tidak ada jumlah tetap peserta yang akan tereliminasi. Aku janji. Jika kalian semua membuat sesuatu yang melampaui standar, maka tidak ada yang tereliminasi. Akan tetapi jika kalian semua berada di bawah itu, tentu ceritanya akan berbeda.”
Tidak akan ada peserta yang tereliminasi. Tidak ada peserta yang bingung dengan kata-kata Joseph. Yang paling utama, para juri juga tidak tahu apa yang akan terjadi karena satu di antara 8 peserta pasti akan melakukan kesalahan atau menunjukkan kekurangannya. Jika tidak ada keajaiban…
“Kami akan memberi kalian waktu 10 menit untuk memikirkan resep kalian. Pikirkan bagaimana kalian akan memasak bahan tersebut dalam 10 menit.”
Jo Minjoon selalu memikirka ini, tapi 10 menit terlalu singkat untuk merancang resep. Sebenarnya, merancang resep berkualitas tinggi agar lolos dari misi dalam waktu singkat adalah hal yang sangat sulit bahkan chef handal sekali pun. Lalu bagaimana dengan para amatir ini? Tentu, pada kasus Anderson, Kaya, dan Chloe, mereka semua punya level memasak yang tinggi, tapi memasak dengan baik dan memasak dengan banyak pengalaman adalah dua hal yang berbeda.
Jo Minjoon berhati-hati mempertimbangkan banyak resep. Pertama, resep hidangan dasar yang menggunakan truffle sebagai garnish. Sejujurnya, itu metode yang paling mudah. Jo Minjoon mencicipi rasa truffle terlebih dahulu. Dia perlu memahami cita rasa aslinya.
Sejujurnya, dia tidak merasa itu lezat. Rasanya seperti cuka yang dicampur dengan tanah dan aromanya menusuk hidung. Mereka bilang, jika kau terus mengunyahnya, kau akan paham letak daya tariknya, tapi setidaknya truffle tidak punya daya tarik spesial baginya.
‘Karena aku tidak bisa memanggangnya, aku akan membuat rasanya di piring seperti…’
Yang di dalam kotak bukanlah truffle hitam, melainkan truffle putih. Kau tidak bisa memanggangnya begitu saja. Tidak seperti truffle hitam, truffle putih harus dimakan seluruhnya agar aromanya terjaga. Jika kau merebusnya dalam air begitu saja seperti dalam metode Perancis, aromanya akan hilang. Oleh karena itu, di Italia mereka lebih suka truffle putih dan di Perancis lebih suka truffle hitam.
Jadi, resep yang Jo Minjoon pikirkan adalah resep hidangan Italia. Yang paling normal adalah memarut truffle di pasta yang berminyak. Ada juga metode mencampurkanya ke dalam hidangan daging, membuat aroma daging dan truffle tidak bertubrukan adalah hal yanng tidak sulit dilakukan. Bagus juga sebagai taburan di omelette yang dimasak dengan baik.
‘Pertama, pasta berminyak atau memarutnya di atas macaroni dan gnocchi.
Memikirkan waktu yang diberikan, pilihan terakhir sepertinya lebih baik karena membuat pasta berminyak dalam satu jam sungguh tidak efisien. Meski pun kau membuatnya pelan-pelan, itu adalah hidangan yang bisa diselesaikan dalam waktu 20 menit. Jelas itu akan menjadi kelemahan.
Jika dia membuat gnocchi, masalahnya adalah apakah dia bisa membuatnya dengan tangannya sendiri. Kentang direbus, lalu didinginkan, lalu dicampurkan dengan telur, lalu dibuat adonan. Itu akan butuh waktu satu jam. Tatapan Jo Minjoon semakin tajam, waktunya dia memilih. Apakah dia akan menggunakan gnocchi yang dipasaran ataukah membuatnya sendiri dengan waktu yang sangat terbatas?
‘Krim keju untuk sausnya.’
Dia juga memikirkan untuk meletakkannya di saus tomat, tapi lebih baik menggunakan krim keju dari gorgonzola agar aromanya tidak bersaing dengan aroma truffle. Kombinasi gorgonzola dan truflfle tidaklah buruk. Apalagi, skor estimasi yang menyembul di kepalanya lebih tingi jika mengadopsi metode itu. Sesaat kemudian, Alan membuka suara.
“Waktu untuk merancang hidangan habis. Semuanya silahkan mulai memasak!”
Suara orang yang sedang sibuk mengambil bahan-bahan terdengar hingga ke seluruh ruangan. Namun, Jo Minjoon mulai dengan mendidihkan air. Jika dia terlambat merebus kentang sedikit saja, dia akan gagal menyelesaikan hidangannya.
Jo Minjoon mengiris kentang menjadi dua bagian. Saat air mulai mendidih, dia memasukkan kentang ke dalamnya. Dia bahkan mengambil kentang yang berukuran kecil agar cepat matang. Selain itu, dia menyetel api maksimal untuk mempersingkat waktu.
Selain kentang, bahan-bahan lainnya cukup sederhana, yaitu krim, mentega, bawang bombay, keju gorgonzola, keju mozarella segar, garam dan lada.
Pertama Jo Minjoon mencincang bawang bombay lalu menyisishkannya agar kelembapannya berkurang. Setelah itu, mencampurkan krim kocok dan krim keju dengan rasio 1-1. Kemudian, dia memanaskan mentega lalu memasukkan bawang bombay ke dalam wajan, Lalu saat bawang bombay mulai layu, dia harus memasukkan krim dan keju gorgonzola.
Dia menunggu sausnya mendidih, dan Jo Minjoon memeriksa kentangnya. Sekarang kentangnya sudah matang karena kentangnya kecil dan Jo Minjoon membelahnya menjadi dua bagian. Jo Minjoon meletakkan mangkok di atas air es dan menuangkan kentang ke atas mangkok agar cepat dingin.
Masih ada waktu agar saus krim kejunya dan keju gorgonzolanya mendidih. Jo Minjoon melirik Kaya, sepertinya dia membuat rebusan. Namun, sejujurnya, dia tidak ingin memakan itu bagaimana pun Kaya mengolahnya. Meski jika skor masakan 10, dia tidak ingin memakannya. Mungkin, lebih baik jika itu otak sapi. Tapi untuk memakan benda itu, sebagai sesama pria, bukan, sebagai sesama makhluk jantan, itu sangat berdosa.
‘Entahlah, mungkin aku akan muntah jika memakan itu.’
Jo Minjoon sedikit tertawa dan menggelengkan kepala. Sesaat setelah dia memikirkan esensi dari bahan masakan tersebut, para juri menghampirinya, Joseph bertanya.
“Apa yang kau buat?”
“Ini potato goncchi gratin dengan saus krim keju. Aku berencana menempatkan truffle di atas gratin yang telah matang.”
“Aroma kuat dari keju akan menutupi aroma truffle. Apa kau tidak mempertimbangkannya?”
“Proporsi dari keduanya akan…”
Jawaban Jo Minjoon terhenti. Dok! Dok! Suara itu terdengar berulang kali dan Jo Minjoon tersentak setiap kali mendengarnya. Kaya sedang memegang pelir sapi dan memotongnya menggunakan pisau dengan sekuat tenaga. Selain berdarah-darah dan terlihat kejam, sebagai pria, itu adalah pemandangan yang membuatmu menggigil dan merinding.
Para juri juga menoleh. Emily tertawa, sedangkan wajah Joseph dan Alan berubah pucat. Sepertinya, Kaya menyadari banyak orang yang melihatnya, tapi setelah dia menoleh, dia justru menyeringai pada semua orang. Senyumannya tampak seperti iblis.
“Ini menyenangkan. Menurutku, aku akan kecanduan melakukan ini.”
< Yang tak dikenal (2) > Selesai