Dewa Memasak – Bagian 125: Di istana kerajaan (1)
“…Dari mana mereka mengundang kita saat ini?”
“Dari ruangan kerajaan.”
“Saat kau mengatakan istana kerajaan, maksudmu ruangan kerajaan, bukan? Keduanya bukan hal yang berbeda, bukan?”
Martin hanya menyeringai alih-alih menjawab. Itu adalah pertanyaan yang dia bahkan tidak perlu menjawabnya karena Emily, yang bertanya, sudah tahu jawabannya. Dia memutar bola matanya antara telur goreng di garpunya dan Martin lalu akhirnya menyantapnya.
Emily tersenyum. Dari telur goreng yang garing dan berminyak itu, kesan lembut putih telur, dan juga di dalamnya, kuning telur meleleh seperti mousse ubi yang lembut dan nikmat.
“Kerajaan…Oh, telur goreng ini terlalu lezat, Minjoon. Terima kasih. Omong-omong, kenapa dari tempat kerajaan? Mungkin…”
Emily melirik Rachel. Jeremy menekan bibirnya.
“Mawar masih tetap menjadi mawar meskipun layu. Ternyata, masih ada banyak orang yang mencarinya.”
“Lakukan dengan benar, entah itu mengumpat atau memujiku.”
“Sebenarnya, membumbui hal seperti ini adalah spesialisasiku. Aku butuh 20 tahun untuk memutuskan apakah menjadi chef atau epicurean.”
“Betapa plin-plannya dirimu.”
“Orang yang plin-plan itu mencari perubahan. Jadi kau bahkan mengatakan kebaikan seorang chef adalah keplin-planan. …Jika dipikir-pikir, aku bukan seorang chef lagi.”
Mendengar itu, Jo Minjoon menyemburkan tawa, yang sedari tadi dia tahan. Jeremy tersenyum seolah-olah dia bangga.
“Sepertinya Minjoon sangat menyukai gurauanku.”
“Anda lucu, Mr. Jeremy.”
Pada akhirnya, Rachel menundukkan kepalanya dengan ekspresi tertekan. Jeremy mendecakkan lidahnya.
“Kau pikir kau bisa dengan mudah mendapat hati seorang pemuda di usiamu sekarang?”
“Jeremy, setidaknya dengan memikirkan usia kita, bagaimana jika kau menjaga martabatmu?”
“Lucu sekali, kata-kata itu keluar dari mulutmu. Saat aku datang ke Rose Island waktu itu dan berkata bahwa cita rasa air minumnya aneh, apa yang kau katakan? jika aku membersihkan kerak makanan di dalam mulutku dan membilas bau yang menempel di tenggorokan, barulah rasanya akan lebih baik. Omong-omong, aku tidak berpikir bahwa tokoh utama dari kisah itu, baru saja mengatakan hal-hal itu.”
“Kapan sih aku bilang begitu ….!”
“Kapan? Itu kisah yang bahkan belum 20 tahun dan masih jelas dalam ingatanku. Ah, Minjoon, ketan mangga ini sangat enak. Karena ada susu kental manis, ini bahkan lebih enak. Jika kau menuangkan beberapa kecap asin menurutku aromanya akan lebih baik.”
Jeremy menggoda Rachel dengan sikap santai dan bahkan berbicara omong kosong dari awal hingga akhir. Jo Minjoon melihat itu dan terus tertawa. Dibanding usianya, sikap orang itu sedikit santai, meski begitu Jo Minjoon menyukai orang itu.
Tetapi, Sera berbisik pelan pada Jo Minjoon.
“Jangan terlalu menyukai orang itu, nanti kau akan terluka olehnya.”
“Aku?”
“Jeremy Bennett adalah orang yang terkenal di dunia pengecapan sebagai salah satu orang dengan komentar terburuk. Jika seseorang sepertinya naik, restoran berada pada situasi darurat seperti ada presiden akan datang.”
Mendengar itu, perasaan ceria dan menyenangkan juga terlihat berbeda. Ekspresi Anderson tertangkap matanya. Dia melihat Jeremy dengan ekspresi tidak nyaman. Pertama, Jo Minjoon bertanya-tanya apakah semata-mata karena dia menggoda Jeremy tetapi belakangan dia menyadari bahwa bukan itu masalahnya.
“Apa Jeremy sudah pernah ke restoran keluargamu?”
“…Kau seharusnya tahu, orang tuaku cukup terkenal. Jika seorang epicurean yang bekerja di AS tidak datang ke restoran kami, dia pastilah seorang pengkhianat atau seorang pembohong.”
“Apa dia mengatakan sesuatu yang buruk?”
“Itu adalah pilihan dasar. Waktu itu, saat aku sedang bekerja di dalam aula, menyajikan makanan, tidak di dalam dapur…Oh lupakan. Orang itu sungguh ngotot.”
Jika sampai pada titik bahwa Anderson mengatakan bahwa orang itu sungguh ngotot, berarti entah seberapa ngototnya orang itu. Jo Minjoon menoleh.
“Tetapi dia tidak mengatakan apapun pada makanan yang aku siapkan.”
“Ini gratis. Mana ada orang yang berkata buruk pada hidangan yang bahkan dia tidak perlu membayaranya. Jika dia disuruh bayar setidaknya $1…..Silahkan berimajinasi sendiri.”
Aku tidak bisa mengimajinasikannya sama sekal, bagaimana pria tua ini yang makan pad thai dengan tersenyum seperti orang yang benar-benar baik sebenarnya adalah orang yang seperti setan.
“Tetapi jika keluarga kerajaan, apa kita akan pergi ke Bangkok?” tanya Sera dengan suara yang penuh suka cita.
“Iya. Hanya 2 jam naik mobil.”
“Tidak sejauh yang aku pikirkan. Kapan kita akan ke sana? Apa kita perlu menjaga sikap kita?”
“Mereka tidak memperhatikan watak dasar orang asing.”
Di tengah perbincangan, sesi makan selesai, Sera langsung mengatakan bahwa dia akan mencuci piring, tidak cocok dengan citra seksi dan arogannya. Emily tampaknya menyadarinya, jadi dia berdiri di depan bak cuci dan mencuci piring-piring itu tetapi dengan gerakan tangan asal-asalan.
‘Seorang wanita yang cocok dengan sarung karet dan seorang wanita yang tidak.’
Ini pemandangan yang lucu. Jo Minjoon melihat pada jendela sistem tentang Sera.
[Sera Keitch]
Level memasak: 5
Level memanggang: 6
Level Mengecap: 8
Level Mendekorasi: 5
Ini menakjubkan. Dia bahkan bukan chef ataupun ingin menjadi chef, tetapi dia lumayan dalam hal memanggang dan memasak. Dibanding Emily, level mengecap Sera selevel lebih rendah, tetapi dari sudut pandang lain, nyatanya dia mampu memanjat ke tempat itu di usia muda. Usia Sera adalah 24 tahun. Di Korea, dia masih 25 tahun. Dia hanya lebih tua dua tahun.
“Kenapa kau melihatku seperti itu?”
“…Apa kau punya mata di punggungmu?”
“Oh, Aku hanya mengutarakannya. Kau jelas menatapku. Lihatkan Emily? Pria tidak bisa melepaskan pandangannya terhadap punggung wanita yang sedang mencuci piring.”
Karena heran, Jo Minjoon melihat mereka berdua dengan wajah bingung. Sera menoleh lalu tersenyum ceria sembari melihat Jo Minjoon.
“Benar?”
“Aku tidak bisa mengatakan aku tidak menyukainya.”
Jo Minjoon berkata demikian sambil menyeringai. Itu adalah gurauan yang buruk, tetapi Jo Minjoon tidak merasa bahwa gurauan itu tidak menyenangkan, bukan karena Sera cantik, tetapi karena pesona yang dia punya. Dia punya kemampuan untuk memandu orang-orang agar berada pada alurnya tanpa terkecuali. Emily mencibir..
“Ohh, aku tidak peduli dengan punggung. Aku masi tidak terbiasa dengan perasaan ini. Kenapa kau mengambil sarung tangan karet? Bukankah lebih nyaman mencuci piring tanpa memakai sarung tangan?”
Setelah kau menderita eczema kau akan mengerti.”jawab Sera dengan santai saat mendengar gerutu Emily. Jo Minjoon tidak menyembunyikan kekagumannya.
“Sepertinya kau sering melakukannya. Maksudku, mencuci piring.”
“Kenapa? Kau pikir aku hidup makmur karena aku cantik?”
“Sejujurnya kau tidak tampak seperti kau tumbuh dengan mengerjakan hal-hal berat.”
Mendengar keterus-terangan Jo Minjoon, Sera tertawa.
“Itu benar. Aku hidup makmur tetapi aku suka memasak dan setidaknya aku tipe orang yang membersihkan semua yang telah aku buat kotor. Jadi aku pasti mencuci piring sendiri. Dan kau? Dengan menonton Grand Chef, kau bahkan tidak terkesan belajar dari suatu tempat, apa kau berlatih otodidak di rumah?”
“Iya. Aku mencoba resep yang ada di internet.”
“Kita saudara. Aku juga melakukannya.”
“Sepertinya, kau lebih tertarik dalam memanggang alih-alih memasak, iya kan?”
“Hah? Bagaimana kau tahu?”
“Instingku sedikit bagus.” jawab Jo Minjoon sambil menyeringai.
Ada banyak ruang untuk menggunakan sistem dengan cara yang menyenangkan lebih dari yang dia pikirkan.
‘Akankah ada fungsi lain lagi dalam memasak?
Dia tidak punya waktu untuk menyelesaikan pertimbangan ini. Piring-piring telah selesai dicuci. Staf menyediakan mobil untuk 6 orang. Tentunya, mereka harus menyetir sendiri. Awalnya, Jo Minjoon menawarkan diri untuk menyetir, tetapi Anderson tidak ingin menyerahkan kursi kemudi.
“Katakan kalau nanti kau lelah. Aku akan menyupir.”
“Kau pasti lelah karena kau memasak sejak subuh. Diam dan tidurlah sebentar.”
“Aku tidak begitu ngantuk…”
Meski dia berkata begitu, Jo Minjoon tertidur tidak lama setelah dia duduk. Setelah dia mulai bangun, Anderson menggoyang-goyangkan bahunya.
“Bangun. Kita sampai.”
“…..Ah, haah? Kita sampai?”
“Tidak perlu memasang wajah bersalah. Tidak begitu melelahkan. Ayo pergi.”
Tidak hanya sampai di Bangkok, Mereka sampai di depan istana kerajaan. Melihat pagar tinggi yang tepat berada di depan mobil mereka, Jo Minjoon berseru.
“Wow…Ini sungguh terasa seperti tempat tinggal raja.”
Istana tampak sangat spesial dan jelas tampak indah tetapi kesan keseluruhan dari istana cukup membuat putus asa. Atap yang memancarkan kesan India dan berada di atas bangunan ala Eropa. Atap berkeramik emas dan stupa buddha tampak cukup mengesankan.
Saat mereka melewati turis-turis dan memasuki istana, orang-orang berpakaian hitam menyapa mereka. Mereka tidak mungkin bisa tahu apakah mereka adalah staf keamanan atau hanya pegawai istana. Anderson melangkahkan kaki dengan wajah kaku. Tidak, bukan hanya Anderson. Kecuali Rachel dan Jeremy, semua tampak gugup, bahkan Martin menelan ludah sesekali dari barisan belakang.
Jo Minjoon tidak bisa menenangkan jantungnya yang berdebar. Alih-alih merasa bingung akan berjumpa dengan raja, dia terus tersenyum karena dia akan berjumpa dengan makanan, makanan istana. Bukan makanan jaman dahulu, melainkan makanan yang biasa disantap raja sekarang. Meskipun seorang epicurean handal, hal itu merupakan pengalaman yang tidak akan mudah mereka alami.
Mereka berjalan. Mereka melewati aula, lorong, lift…lalu pintu terbuka.
Dan di sanalah raja berada.
–
Raja Thailand adalah seorag pria tua yang terlihat seperti seorang ilmuwan dan sama persis seperti yang mereka lihat di poster. Tatapan mereka yang berbinar-binar tampak ngotot dan berani. Setelah mereka saling menyapa dan duduk di depan meja, Raja melihat Rachel beberapa kali. Di matanya, penuh dengan kerinduan dan penyesalan seakan menatap teman lamanya.
“Aku pernah pergi ke beberapa cabang Rose Islands. Meski begitu, aku tidak bisa melakukan apapun dengan suasanan kehilangan dan cita rasa dari restoran utamanya.” kata Raja. Bahasa Inggrisnya selancar orang Inggris asli.
“Mohon maaf, mengetahui itu, aku merasa bahwa aku melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan pada pelanggan tetap.”
“Apa Anda tidak berencana membuka kembali restoran utama?”
“Alasan kenapa restoran pusat dibedakan dengan yang lain adalah karena Daniel. Alasan kenapa aku menutup resptoran pusat semata-mata karena syok yang aku alami sepeninggal suamiku, selain itu, aku tahu ada kekosongan yang ditinggalkan suamiku. Oleh karena itu, aku bermimpi sebelum aku meninggalkan dunia ini untuk bertemu dengan suamiku, aku ingin membuka kembali bayangan itu di dunia ini sekali lagi.”
Mata Rachel melayang di atas Jo Minjoon sejenak lalu kembali melihat Raja lagi. Dan raja tidak melewatkan pergerakan itu. Dia bertanya dengan suara lembut.
“Dan apa Anda percaya diri bisa melakukannya?”
“Aku telah melihat cahaya. Oleh karena itu, aku keluar dari rumahku dan jauh-jauh datang ke sini. Jika seseorang ingin menangkap cahaya itu, dia harus berdiri terlebih dahulu, terlepas dari ke mana dia akan pergi.”
“Aku berharap seperti itu sebelum aku mati. Akhir-akhir ini, kesehatanku memburuk. Aku ingin merasakan kesan itu sebelum aku mati.”
“Jangan mengatakan sesuatu yang lemah. Anda tahu temperamenku dulu. Semakin lemah terdengar, alih-alih menghibur, aku justru akan marah.”
“Itu benar. Aku harus mengendalikan mulutku perlahan jika aku tidak ingin dihukum.”
Raja berkata seperti itu lalu tersenyum pada ratu yang duduk di sebelahnya. Ekspresi ratu yang memburuk sejak Raja mengatakan sesuatu tentang kematian, sekarang tersenyum ceria seolah dia tidak bisa melakukan apapun pada Raja.
Pada saat itu, hidangan datang dan semua orang hanya melongo. Karena itu hadiah kerajaan, mereka pikir makanan mewah jelas akan muncul, tetapi apa yang diletakkan di depan mereka, hanyalah sebuah hidangan. Lebih tepatnya, hanya satu set makanan. Di tengah meja diletakkan makanan seperti pepaya, jambu, buah-buahan, hidangan pencuci mulut seperti crepe, dan kue. Hanya saja, mereka tidak melihat ada lauk pauk atau hidangan utama.
Orang-orang menyembunyikan kebingungan mereka lalu melihat hidangan itu. Mereka pikir, mungkin ada alasan mereka dijamu seperti ini di ruangan Raja.
Hidangan tersebut cukup familier. Karena aroma sereh dan warnanya merah, awalnya Jo Minjoon berpikir bahwa itu pastilah tom yam goong, tetapi kalau dilihat dengan baik, dia tidak melihat ada udang satu pun. Tapi ini jelas tom yam karena tom yum sendiri berarti ‘sup pedas dan asam’.
Sesuatu yang ada di dalam sup bukanlah udang atau ayam, melainkan bakso. Itu sungguh kombinasi yang tidak familier dengan tom yum. Semua orang terkejut pada poin itu. Namun, Jo Minjoon fokus pada poin yang lain. Matanya basah karena kebahagiaan seolah dia menemukan permata.
‘10 poin!’
Di tempat yang tidak dia duga sama sekali, skor yang tidak terduga muncul. Dia menebak bahwa level memasak chef jelas rendah karena mereka bekerja di istana, tetapi dia tidak pernah menduga bahwa mereka bisa membuat hidangan 10 poin dengan tom yum. Karena itu adalah hidagan seperti rebusan pedas (매운탕) atau Seolleongtang(설렁탕) di Korea.
“Di Thailand, Anda biasanya menyantap makanan bersama dengan lauk pauk, atau juga menambahkan banyak bahan ke dalam sup seperti ini. Kami memikirkan bagaimana kami sebaiknya menjamu kalian saat kami mengundang Anda, tetapi kami pikir bahwa itu jelas harus yang terbaik yang disajikan pada kalian, yaitu dengan hidangan terbaik di istana kami. Akan bagus jika hidangan ini cocok dengan selera Anda.”
Dia paham. Itu hidangan bernilai 10 poin. tidak perlu menyajikannya dengan hidangan lain dan mengacaukan kesannya. Dan, semua kebahagiaan yang seseorag bisa rasakan melalui lidahnya ada dalam satu hidangan ini. Bukan hanya karena skornya10 poin, melainkan karena karakteristik hidangan Thailand yang pada dasarnya memiliki rasa manis, asam, asin, dan pedas. Khususnya untuk tom yum, itu adalah hidangan terbaik di Thailand yang paling bisa mengekspresikan keempat rasa itu dengan baik.
Jo Minjoon mengangkat sendoknya seolah dia tersihir. Saat dia perlahan memasukkan bakso ke dalam mulutnya, bakso sedikit kenyal lalu hancur seperti puding. Sari dan kaldu yang ada di dalamnya, mengalir keluar seketika, dan cita rasa bakso terasa dengan jelas. Tahu, tofu, dan mungkin lemak babi. Mungkin karena mengandung lemak babi, kekenyalannya lebih dominan dan isinya juga bercampur menjadi satu. Cita rasanya membuat orang akan merasa terhanyut bahkan jika hanya menyantap baksonya saja.
Di dasar hidangan, tersembunyi mie. Saat Jo Minjoon memakannya, dia juga bisa tahu bahwa mie itu tidak biasa karena dia merasakan cita rasa familier di dalamnya. Jo Minjoon terkesima lalu berkata.
“Apa ini Omyeon?” (Sejenis mie)
“Iya. Itu benar. Itu adalah senjata rahasia yang kami buat hanya untuk tamu spesial.”
Raja tertawa dengan lembut lalu berkata. Omyeon adalah sejenis mie yang dibuat dengan daging ikan seperti halnya kau membuat pasta ikan. Jelas, Jo Minjoon merasakan aroma ikan setiap kali dia mengunyahnya. Saat dia memakan kecambah, jamur, lobak, dll. dia merasakan kepuasan seolah dia sedang menyantap makanan yang dibungkus selada.
Orang-orang tidak mengatakan apapun sekian lama dan hanya makan dengan penuh konsentrasi. Mereka tidak ingin memperhatikan hal lain selain hidangan di depan mereka. Hanya setelah mereka memakan separuh hidangan, Jeremy mengekspresikan kekagumannya dengan berkata.
“Ini sungguh sebuah cita rasa puncak. Ada banyak kasus terkait tom yum yang dibuat hanya berfokus pada stimulasi dan tidak bisa mendapat inti tengahnya, tetapi cita rasa ini bisa lama aku rasakan.”
“Ya memang seperti itulah. Itu adalah resep yang berlanjut sejak ayahku. Sebenarnya, jika Anda ingin tahu asal muasal hidangan ini, aku harus menceritakan kebiasaan makan ayahku sejak kecil. Ayahku tidak bisa makan hidangan laut, oleh karena itu, kakekku berharap bisa membenahinya. Dia memerintahkan untuk membuat hidangan yang sempurna yang bisa memperbaiki itu dan …chef istana memikirkannya dan melakukan investigasi selama beberapa bulan.”
“…Sebuah hidangan untuk memperbaiki kebiasan makan dan mempunyai cita rasa yang sempurna?”
“Anda bisa menganggapnya seperti itu, tetapi Anda juga bisa melihatnya dengan cara seperti ini. Sebuah hidangan yang mau tak mau, Anda meraih tangan Anda untuk menyantapnya meski hidangan itu mengandung bahan yang tidak Anda suka. Tentunya, itu juga strategi untuk memncampurkan udang atau daging ikan dan membuatnya seperti bakso, yang pada dasarnya lezat. Karena lezat, ayahku mengurangi penolakannya terhadap hidangan laut. Dan setelah itu, kamu membuat ulang hidangan itu berkali-kali selama puluhan tahun. Kami menyebutnya tom yum thai.”
“Siapapun yang memakan hidangan ini, tidak akan bisa memikirkan bahwa mereka tidak suka hidangan laut.”
Jo Minjoon berbicara seperti itu dan meminum kuah sup menggunakan sendok. Setelah itu, dia meminta izin untuk meminum kuah dengan mendekatkan mulutnya ke mangkuk. Tidak hanya Jo Minjoon yang seperti itu, Emily, Anderson, dan bahkan Sera juga melakukannya. Raja melihat mereka dengan tatapan puas seolah melihat keponakannya. Kemudian Rachel berkata dengan hati-hati.
“Kami menerima perjamuan yang sangat nikmat. Oleh karena itu aku ingin mengembalikannya.”
“Mengembalikannya?”
“Tentu, itu hanya jika situasinya mengizinkan…dan jika itu mungkin.”
Rachel melihat ke bawah, menatap tangannya. Kemudian segera berkata dengan yakin.
“Aku ingin menjamu Anda makan malam nanti.”
< Di istana kerajaan (1) > Selesai