God of Cooking – Bagian 126: Di Istana Kerajaan (2)
“Bagi kami, tentu bisa. Tidak. Meski kami tidak bisa, kami akan membuat hal itu menjadi mungkin. Betapa banyak orang di luar sana yang sungguh ingin mencicipi Rose Island, Anda tahu itu dengan baik, Rachel.” kata Raja dengan senyum santai.
Rachel tersenyum ceria lalu menoleh pada Martin. Martin bahkan tidak perlu mempertimbangkan hal itu, dia mengangguk dengan cepat. Rachel Rose yang akan memasak untuk Raja. Apapun yang dia siapkan untuk makan malam, tidak akan menjadi sekhusus ini. Dia tidak punya alasan apapun untuk menghentikan Rachel.
“Beruntungnya, sepertinya PD kami juga tidak masalah. Jadi, apakah makan malam bisa dilangsungkan hari ini?”
“Kami selalu siap. Saya akan segera memberitahu staf dapur.”
“Tidak perlu terburu-buru seperti itu. Saya tidak tahu siapa mereka, tetapi ada banyak hidangan penutup yang mereka buat dengan baik. Mari kita nikmati ini sebentar.”
“Astaga…Saya terlalu terburu-buru.”
Itu tingkah yang tidak cocok sama sekali bagi Raja, yang disebut-sebut media sebagai orang yang paling tenang. Apa boleh buat, sudah 10 tahun sejak terakhir Raja menyantap masakan Rachel Rose. Lebih tepatnya, hidangan yang dibuat oleh Rachel dan suaminya, Daniel. Akan tetapi, meski Daniel tidak ada, Rachel adalah chef yang sangat luar biasa.
Anderson membelah crepe yang ada di depannya lalu dia segera berkata dengan hati-hati.
“Guru Rachel, boleh aku membantu Anda?”
“Terima kasih, Anderson. Kau selalu baik padaku.”
Rachel melihat Anderson dengan ekspresi terpesona. Anderson membuat senyuman di wajahnya yang dingin, kemudian menyantap crepe lagi seolah tidak terjadi apa-apa. Crepe itu tersusun dari puluhan lapisan dan krim kue yang luar biasa lembut dan manis. Anderson merasakan kesan seperti menyantap meringue yang paling manis dan dingin di mulut. Entah itu manis semata-mata karena keahlian chef atau karena pujian Rachel.
“Aku juga akan membantu.”kata Jo Minjoon.
“Aku juga” jawab Sera segera setelah Jo Minjoon.
Karena situasinya menjadi seperti ini, Jeremy dan Emily tidak bisa hanya diam saja. Jeremy menjernihkan tenggorokannya lalu berkata.
“Ya Tuhan, tidak pernah terpikir olehku, aku akan kembali ke dapur.”
“Aku tidak meminta bantuanmu ya.”
“Lagi-lagi kau bersikap seperti itu, Rachel. Meski kau sangat tidak menyukaiku, ingatlah bahwa saat ini, kita sedang siaran.”
“Aku tahu. Oleh karena itu, aku berkata sopan.”
“Kau baik sekali.”
Jeremy tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin berdebat lebih lanjut. Dia tidak punya waktu luang untuk memikirkan tentang hal lain selain dirinya yang dimabuk cita rasa ‘tom yum thai’.
Emily ragu-ragu sejenak lalu menatap Racheldengan wajah canggung.
“Aku sungguh tidak bisa bekerja dengan baik…tapi apa Anda butuh bantuanku?”
“Aku senang bila kau bisa membantuku. Anggap saja kau sedang mengikuti kursus menjadi istri. Itu akan menjadi pengalaman yang asyik.”
“Kursus menjadi istri? Aku masih belum punya calon…!”
“Entahlah, yang kudengar…oh, bukan apa-apa.”
Rachel melihat Emily dengan wajah serius kemudian menutup mulutnya kembali.
“Apa Anda menginginkan hidangan tertentu?” tanya Rachel pada Raja.
“Sebenarnya, ada satu menu yang sudah lama sejak terakhir kali akau makan.”
“Apa itu?”
“Aku membicarakan tentang 2 set menu yang kau buat untukku dan istriku.”
“…Oh, hidangan itu.”
Rachel tampak seperti sedang mencari-cari dalam ingatannya dan segera mengangguk. Sekarang, matanya berkilat dengan cukup serius. Jo Minjoon membaca di layar status yang muncul di sebelah Rachel.
[Rachel Rose]
Level Memasak : 9
Level Memanggang: 8
Level Mengecap: 9
Level Mendekorasi: 10
‘…Dia jelas luar biasa.’
Bagaimanapun, dia selalu terpesona melihat itu. Level memasak 9. Saat pertama kali melihat itu, dia berpikir bahwa hal itu sudah jelas. Dia tidak terkejut pada level memanggangnya yang berskor 8 karena menurutnya, seiring bertambahnya usia, dia juga akan punya waktu untuk diinvestasikan dalam memanggang dan memolesnya
Akan tetapi, level mengecap 9 sungguh mengejutkan. Dia berada di usia 60-an. Saraf pengecapannya seharusnya sudah mati. Meski begitu, mempertahankan level 9 mungkin berarti salah satu dari dua hal, yaitu dia mengontrol pengecapannya dengan baik meski usianya sudah lanjut atau level mengecapnya memang sangat tinggi meskipun ada sel-sel syaraf pengecapan yang sudah mati. Barangkali, level memasaknya pernah mencapai 10.
Level mendekorasinya juga mengagumkan, level 10. Sebenarnya, ini adalah pertama kalinya dia melihat orang lain yang mempunyai level 10 selain level mengecap Kaya. Seberapa bagus hasil kerajinan tangan buatannya? Bahkan Anderson, yang mempunyai level mendekorasi 7, menunjukkan hasil karya seni yang mewah yang membuat orang-orang terkejut beberapa kali. Sebuah kangguru dengan lemon, punggung kura-kura dengan zaitun. Bukan hanya sekali dua kali dia terkejut melihatnya.
Betapa mewahnya hidangan yang akan dibuat Rachel? Dia hanya bisa menduga-duga. Di sisi lain…
[Jeremy Bennett]
Level Memasak : 6
Level memanggang: 5
Level Mengecap: 9
Level Mendekorasi: 4
Sedangkan Jeremy, selain level mengecap, level yang lain tidak begitu tinggi. Dia bilang, dia pernah menjadi chef. Akan tetapi, dia sendiri mengatakan bahwa dia bukan chef yang cakap…bisa juga karena keahliannya memudar akibat istirahat lama.
Tentu, seorang epicurean harus mengecap dengan baik, level mengecapnya 9. Dengan memperhitungkan bahwa dia lebih tua dari Rachel, standar mengecapnya pasti berbeda dibanding orang biasa. Seperti tips yang dia ajarkan pagi ini. Dia menunjukkan pada Jo Minjoon sebuah sihir bahwa dengan menaburkan cuka Thailand dan sap cabai di atas pad thai bisa membuat skor masakan yang mulanya 6 menjadi 7 secara instan. Jelas ada banyak poin untuk dipelajari dari Jeremy.
‘Aku akan mempelajari semuanya.’
Perjalanan ini untuk mndapatkan itu. Tentu, upah yang diberikan kepadanya juga menjadi salah satu alasan. Namun, alasan terbesar Jo Minjoon memutuskan melakukan perjalanan dengan mereka adalah untuk belajar. Dan saat ini, dapur tempat dia bekerja bersama Rachel ada di depan mereka.
Jo Minjoon lapar dan untuk memuaskan rasa laparnya itu, keserakahannya tumbuh semakin besar.
–
“Oh, aku sungguh makan dengan nikmat.”
Di dapur, Jo Minjoon berterima kasih pada semua chef yang ada di dapur dengan sikap sopan. Malangnya, mereka tidak tahu bagaimana berbicara dalam bahasa Inggris. Saat mereka terus mendengar ”Aroi”, yang artinya ‘lezat’ dalam bahasa Thailand, mereka mengucapkan “Terima kasih” dan tersenyum.
Saat para chef meninggalkan dapur untuk dipakai oleh mereka, Jo Minjoon melihat punggung chef kepala. Chef kepala, yang berusia 50-an tahun, tidak mempunyai level memasak begitu tinggi, yaitu 8. Itu level yang sungguh bagus sekali, bukan karena dia menjadi chef kepala dapur istana dengan level memasak 8, melainkan karena tom yum buatannya. Melihat sikap Raja, sepertinya kualitas tom yum selalu tetap.
Chef kepala mempunyai level memasak 8, lalu bagaimana dia bisa memasak hidangan 10 poin dengan begitu stabil? Mau tak mau Jo Minjoon bertanya-tanya seperti itu. Tentu, hal itu mungkin karena resep yang disusun selama puluhan tahun dan chef kepala tahu bagaimana mengeksekusi resep tersebut…meski begitu, itu tetap luar biasa.
‘Jika aku punya pengalaman dan sebuah resep yang sempurna, akankah aku bisa melakukannya?’
Hal itu tidak akan mudah. Anak yang mewarisi restoran dari orang tuanya tidak akan membutuhkan puluhan tahun untuk membuat kembali cita rasa yang sama. Mungkin, chef istana harus menghabiskan banyak waktu hanya untuk membuat ulang sebuah tom yum thai.
“Kita akan membuat 2 set menu hari ini, hidangan pembuka dan hidangan utama. Hanya dua saja.”
“Aku penasaran dengan poin itu. Kenapa hanya 2 set?” tanya Emily penasaran.
“Saat Raja pertama kali datang ke restoran kami, dia sangat kelelahan pada budaya menu set lengkap. Apa boleh buat. Di Thailand, mereka tidak menghabiskan banyak waktu untuk sesi makan. Oleh karena itu, menurutku, aku harus menunjukkan makanan yang singkat tapi berbobot.” Jawab Rachel.
“Hidangan seperti apa itu?”
“Sederhana. Hidangan pembuka adalah sup alpukat yang dapat meredakan kegugupan. Hidangan utama adalah galbi daging punggung yang bagian luarnya dibakar, kemudian dimasak dengan tom yum dengan api kecil, lalu bagian luarnya, diselimuti dengan adonan campuran daging kepiting kukus dan tepung sagu..lalu dibalut lagi dengan tepung roti. Setelah itu digoreng.”
“…Itu sungguh rumit.”
“Belum selesai. Kita akan mencampurkan sari apel dan wine putih dengan gula, lalu kita akan mendiamkan campuran bawang bombay, timun, dan kubis bersamanya. Sekarang, aku akan mengupas kentang lalu menggorengnya…”
Rachel mulai menjelaskan masakannya dengan wajah ceria. Dia merasakan tatapan orang-orang, dia berkata sambil malu-malu sembari memegangi tangannya.
“Maaf. Karena aku akan berdiri di dapur setelah sekian lama, aku merasa takut sekaligus bingung.”
“Kami paham.”
“Untuk sekarang, apa sebaiknya kita berlatih sedikit? Kita harus segera menyelesaikannya sebelum petang. Bisa kita mulai?”
Mereka mulai memasak. Karena mereka memasak di dapur istana, mereka tidak kekurangan bahan apapun. Rachel tidak beristirahat barang sejenak, dia mondar-mandir ke sana kemari. Dia berdiri di sebelah Sera, mengajarinya mengaduk sup alpukat dengan benar, selain itu, dia juga berbicara pada Jo Minjoon yang sedang merebus galbi daging punggung dalam kuah tom yum yang sudah jadi.
“Apa kau tahu kenapa kita tidak mendiamkan galbi itu dan justru merebusnya dalam waktu singkat?”
“Mmm..Apa karena aroma tom yum terlalu kuat? sampai-sampai meski kita tidak memfermentasikannya dalam waktu yang lama, cita rasa yang keluar begitu banyak.”
“Itu juga, tetapi selain itu, agar daging sedikit lunak. Tentu, beberapa orang mungkin lebih suka mengunyah daging, tetapi pelanggan kita sudah tua. Gigi mereka tidak sesehat orang muda. Pertimbangan kecil seperti ini akan membuat perbedaan besar. Bagi seorang chef, mungkin hanya menghasilkan kelembutan tekstur, tetapi bagi orang yang diperhatikan, hal itu menjadi sebuah kesan hangat hingga mereka merasa terharu. Perbedaan antara chef dengan tarif nomor satu dan ketiga bukanlah tekniknya, melainkan perhatian pada perasaan pelanggan.” tutur Rachel sambil menatap mata Jo Minjoon.
“Pada akhirnya, chef ada untuk pelanggan. Seorang chef yang tidak mempertimbangkan pelanggan adalah orang biasa yang bisa memasak, bukan chef. Ingat itu. Chef yang mengabaikan pelanggan, tidak ada yang bertahan lama. Setidaknya, itulah kesimpulan yang aku dapat selama 60 tahun hidupku.”
“Aku akan mengingatnya.”
“Aku berharap demikian.”
Rachel tersenyum lembut. Anderson datang setelah memisahkan daging kepiting besar dari cangkangnya lalu mencampurnya dengan tepung sagu. Rachel mengangguk lalu berkata.
“Sekarang balur itu dengan tepung roti lalu gorenglah. Aku akan menangani kentang sebentar.”
Daging kepiting menempel di atas galbi daging punggung. Anderson melapisinya lagi dengan tepung roti. Setelah dimasukkan ke dalam minyak panas, gelembung-gelembung yang naik tampak seperti bunga lotus. Jo Minjoon melihat itu lalu terpikir bunga Lotus. Lotus. Kaya Lotus.
‘…Ini penyakit.’
Saat galbi daging punggung setengah matang. Rachel muncul. Pada saat itu, Jo Minjoon sangat terkejut. Kentang-kentang di tangan Rachel beraneka ragam bentuknya. Beberapa berbentuk elang dengan sayap terkembang, dan sebagian berbentuk macan. Hal yang menakjubkan adalah setiap helai bulu burung elang dan setiap lurik harimau terukir jelas. Selain itu, Rachel tidak membutuhkan waktu lama untuk membuatnya, hanya dalam beberapa menit. Jo Minjoon terperangah lalu berkata tanpa sadar.
“Keahlian mendekorasi Anda sungguh luar biasa…”
“Sejujurnya, suamiku bisa memasak lebih baik dariku. Dan aku tidak ingin terkubur olehnya. Aku pikir, jika suamiku bertanggung jawab terhadap rasa, aku bisa meraih perhatian lewat visual. Karena aku berlatih sepanjang hidupku, sembari berpikir seperti itu, memahat menjadi lebih mudah dari pada memasak.”
Rachel menjelaskan hal itu dengan santai seolah bukan apa-apa, tetapi bagaimana mungkin itu bukan apa-apa. Sepasang suami-istri. Sepasang kekasih. Itu adalah hal yang paling penting di dunia. Namun, mereka masing-masing tidak ingin ketinggalan di belakang yang lain. Mereka tidak ingin merasakan sensasi berada di sisi lebih rendah dari orang yang dicintai. Itu hal yang sungguh mengerikan.
Kentang-kentang itu mulai digoreng. Saat mereka mengeluarkan galbi daging punggung, Sera mendekat dan membawa sari apel, kubis, dan timun yang direndam dalam wine putih, bawang bombay, dll. Sera yang mengatakan bahwa dia suka memasak, sepertinya bukan kebohongan. Jika bohong, dia akan kesulitan menunjukkan senyum yang tampak bahwa dia sangat gembira.
“Aku sudah membuat acar. Apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang?”
“Tunggu sebentar. Acar ini…Aromanya sedikit samar. Apa sari apel atau wine putihnya disimpan di temperatur normal?”
“Iya, benar.”
“Oh, maaf, tetapi kau harus membuatnya lagi. Hanya jika kau menyimpannya di dalam lemari pendingin, cita rasa yang sesungguhnya akan terasa. Kau bisa melakukannya lagi, kan?”nj
“Tentu saja. Aku akan melakukannya sekarang.”
Sera, yang harus membuat ulang acar itu, tidak merasa sedih sama sekali. Dia mengangguk dan berjalan menjauh beberapa langkah. Kemudian dia kembali lalu bertanya.
“Tetapi bagaimana dengan ini? Boleh aku makan ini?”
“Tentu saja, tetapi jangan banyak-banyak. Aku akan membuatkanmu sesuatu yang lezat.”
“Iya!”
Sera memegang baskom yang berisi acar dengan satu tangan dan tangan yang lain membentuk gaya memberi semangat. Jo Mioon menyeringai. Dia sungguh gadis yang enerjik. Anderson berkata,
“Aku mengangkat ini.”
“Iya, lakukanlah.”
Anderson mengeluarkan galbi daging punggung menggunakan spatula. Daging kepiting dan galbi daging punggung dibalik adonan memerah pada beberapa bagian yang awalnya transparan dan putih. Mungkin karena tom yum.
Kemudian, Sera meletakkan acar. Rachel meletakkan bok choy dan kentang goreng. Jo Minjoon melihat layar yang muncul di depannya dengan ekspresi bangga.
[Galbi daging punggung dan daging kepiting goreng yang direndam di saus tom yum]
Kesegaran : 97%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk ditunjukkan)
Kualitas: Tinggi
Skor Masakan: 9/10
9 poin. Meski bukan Jo Minjoon yang menyelesaikannya, dia hanya berpartisipasi dalam satu hal, tetapi sebuah hidangan 9 poin muncul dengan arahan Rachel. Dia merasa betapa pentingnya posisi chef kepala, yang membawa hidangan ke level yang berbeda, bahkan pada masakan yang sama. Mau tak mau, dia merasa seperti itu saat ini. Matanya penuh dengan kekaguman. Di sisi lain, Rachel mencicipi galbi daging punggung lalu menggelengkan kepala. Dia berkata dengan suara tegas.
“Mari kita ulang.”
< Di istana kerajaan (2) > Selesai