Dewa Memasak – Bagian 13: Babak Penyisihan Grand Chef, dan… (4)
Ketika Jo Minjoon mendengar itu, dia tanpa sadar membungkuk. Setelah dia sadar, dia baru ingat bahwa itu adalah cara berterima kasih ala Korea, namun dia tidak peduli. Dia ingin mengekspresikan dirinya.
“Kau adalah salah satu dari 100 peserta yang lolos ke babak selanjutnya. Sampai jumpa lagi, Minjoon.”
“Terima kasih.”
Jo Minjoon berbalik setelah membalas dengan senyuman. Alan menatap punggung Jo Minjoon yang semakin menjauh. Emily memperhatikan Alan dan berkata,
“Sepertinya kita baru saja bertemu dengan kandidat pemenang.”
“…Entahlah. Mungkin hanya itu yang terbaik yang bisa dia lakukan. Jika dia tidak berkembang, dia mungkin tidak bisa meraih trofi kemenangan. Karena persaingan di kompetisi ini sangat intens.”
“Kau sependapat? Joseph, bagaimana menurutmu?”
Joseph diam beberapa saat, kemudian perlahan membuka suara,
“Hidangan ikan tadi sangat lezat.”
Itu sangat singkat namun Alan dan Emily paham dengan makna di baliknya. Benar, mereka hanya mengevaluasi hidangan. Bukan chefnya, melainkan hidangan yang dibuatnya. Kompetisi ini sesederhana itu.
Biasanya, mereka yang lolos babak penyisihan akan membanggakan diri dengan berbagai cara. Misalnya dengan menyembunyikan lencana di balik bajunya seolah-olah dia tidak lolos lalu mengeluarkannya tiba-tiba. Ada juga yang menggigitnya kemudian menyembulkannya. Namun Jo Minjoon tidak suka mempertunjukkannya seperti itu.
Jo Minjoon berjalan seperti biasa setelah mengambil lencana di dadanya. Penonton melihat lencana itu, mereka bersorak dan bertepuk tangan. Jo Minjoon tersenyum ceria dan membalas sorakan itu. Keluarga Dean mendekati Jo Minjoon. Setelah Lucas memeluk Jo Minjoon, dia berkata sambil tertawa,
“Aku tahu kau akan lolos.”
“Aku juga tahu.”
Direktur program acara (PD) memperhatikan pemandangan itu dan menoleh ke kameramen dengan ekspresi aneh. Bukan karena dia tidak suka dengan momen itu, tapi karena dia punya banyak hal terlintas di pikirannya. Jo Minjoon tentunya adalah peserta yang menarik untuk diliput dan disiarkan. Dia bahkan lolos babak penyisihan, dan keahliannya pun cukup bagus. Apalagi soal kisah pribadinya. Keluarga Dean diwawancara tentang kisah pribadinya sementara Jo Minjoon sedang dievaluasi.
‘Ini pastinya menjadi kenang-kenangan yang indah.’
Masalahnya adalah karakter apa saja yang dia punya. Untuk sekarang, Jo Minjoon memiliki 4 karakter. Pertama, hasratnya untuk bepergian ke belahan dunia lain demi berpartisipasi dalam Grand Chef. Kedua, sikap percaya dirinya dan kesopanannya. Ketiga, poin bahwa dia orang Asia. Keempat dan yang terakhir, sudah jelas, yaitu keahliannya memasak.
Acara tersebut akan berbeda, bergantung dari seberapa harmonisnya mereka memproduksinya. Tentunya, karena satu peserta di sana tidak akan menjadi transformasi perubahan sudut pandang.
Ketika PD sibuk dengan pertimbangannya itu, Jo Minjoon dan keluarga Dean menuju ke bangku penonton dan menonton para peserta yang lain. Setidaknya di sana ada 20 meja konter, dan semuanya tidak pernah kosong. Jo Minjoon memeriksa level keahlian peserta. Kebanyakan mereka mempunyai level 5, dan beberapa terlihat mempunyai level 4. Secara tidak terduga, tidak ada yang mempunyai level 6.
Jika dipikir-pikir, itu wajar saja. Meski Jo adalah yang paling muda di restoran, sebelum dia reinkarnasi, keahliannya lebih baik dari pada beberapa seniornya. Bahkan setelah kuliah, dia telah memasak ribuan kali. Pengalamannya, kalau boleh jujur, hampir sempurna untuk amatir.
Level keahlian Jo Minjoon adalah 6. Dan itu setelah dia pergi ke AS, setelah dia memperluas pengetahuan dan wawasannya , lalu levelnya naik ke angka 6. Jika orang dengan level 6 banyak yang mengikuti program amatir seperti Grand Chef, maka itu akan aneh.
Hidangan yang selesai dengan baik akan lebih banyak. Mereka harus memasak masakan yang dapat mengubah hidup mereka di tempat yang tidak biasa, dengan orang-orang yang tidak biasa. Dalam situasi itu, sangat sulit menunjukkan keahlianmu seperti biasanya.
Apa yang Jo Minjoon coba pahami adalah jika level memasaknya 6, maka ketika kau memasak seperti biasa, skor memasak rata-rata hasil hidanganmu juga bernilai 6 poin. Hanya jika setelah menggunakan resep terbaik, bahan-bahan yang segar dan memasak tanpa kesalahan dia bisa mendapat skor 7.
Tapi mereka yang level memasaknya 5, memasak dalam keadaan gugup, maka hasil masakannya akan mempunyai skor di bawah itu. Seseorang yang dapat membuat hidangan dengan skor 6, belum tentu dia dapat memuaskan para juri.
Itu berlangsung beberapa saat. Satu meja konter kosong, dan seorang gadis masuk. Wajah Jo Minjoon membeku ketika dia melihat gadis itu. Dia adalah seseorang yang dia tahu. Dia terkejut.
“Kaya… Lotus.”
Gadis itu adalah dia. Jo Minjoon tahu bahwa dia kan berpartisipasi dalam babak penyisihan di New York, tapi Jo Minjoon tidak menyangka bahwa mereka akan bertemu pada saat itu. Seorang genius terburuk di Grand Chef. Susah dipercaya bahwa mereka akan bertemu. Sebelum reinkarnasi, dia adalah idola dalam angan-angan baginya. Pemenang Grand Chef periode 3. Pada saat yang sama dia adalah idola yang Jo Minjoon paling kagumi.
Kaya merupakan peserta yang menjadi topik pembicaraan. Tidak hanya karena dia punya keahlian, namun potensinya menjadi bintang. Kombinasi dari orang kulit putih dan dari keluarga miskin. Kaya terlalu memukau untuk disebut sebagai orang kulit putih rendahan. Rambutnya yang hitam dan ikal dikuncir, kelopak matanya dirias ala smokey eyes yang malah menutupi kecantikannya, dan dia tampak seperti gadis yang buruk.
Jo Minjoon menatap kosong ke arah gadis itu. Matanya yang biru bersinar di bawah kelopak matanya yang gelap. Aura yang kuat tampak keluar dari dirinya. Seolah-olah ingin melahap setiap orang di tempat siaran itu.
Masih terkesima dengan pancaran aura Kaya, beberapa saat kemudian Jo Minjoon menatap layar yang menilai tentang Kaya. Dia terkejut dan kehilangan kata-kata. Pada saat dia mendapatkan sistem ini, Jo Minjoon berpikir bahwa dia telah memiliki kemampuan yang paling penting. Namun, ternyata salah. Sebagaimana aturan yang berlaku untuk semua hal, tapi aturan standard pun bisa saja menyimpang. Dan pada saat ini, Jo Minjoon adalah seorang chef yang tidak punya kemampuan spesial apa pun. Dia seperti bintang yang kehilangan sinarnya di dekat matahari.
Jo Minjoon memperhatikannya hingga lupa diri. Kotak es yang berada di sebelah meja konter belum terbuka, tapi Jo Minjoon sudah tahu apa yang ada di dalamnya. Belut. Di babak penyisihan, dia akan mempresentasikan kombinasi belut yang dimarinasi dengan saus dan salad mimosa.
Begitu Kaya mulai, dia segera menangani belut terlebih dahulu. Keahliannya menggunakan pisau sangat baik hingga kau tidak akan percaya dia masih 18 tahun. Terlahir di tahun 1992. Bahkan dengan perhitungan Korea (TL: Di Korea, perhitungan umur seseorang dimulai dari saat ia masih janin) dia masih berusia 19 tahun. Gadis yang belum genap berusia 20 tahun itu menangani belut seolah-olah dia seorang master di sebuah restoran Jepang.
Setelah mengiris belut, Kaya menuangkan wine putih dan menaburkan garam di permukaan daging belut. Dan ketika dia mulai merebus beberapa telur, di kompor yang lain dia mulai menangani saus yang nantinya akan dioleskan di permukaan daging belut. Bahan masakannya sangat sederhana. Jahe, bawang putih, saus kecap, daun bawang, mustard, dan daun kemangi. Setelah dia memasukkan bahan-bahan itu ke dalam mesin penghancur, dia mengoleskan bumbu itu ke daging belut dan menaburkan parutan kulit lemon. Gamblangnya, daging belut itu dimarinasi dengan kulit lemon dan saus. Setelah menangani belut, dia mulai menyiapkan salad mimosa.
Bonggol daun sla dibelah, kemudian dibuka seperti membuka bunga yang sedang mekar dan nanti akan diletakkan salad di atasnya. Kemudian Kaya memotong apel, bawang bombay dan timun. Kemudian menangani telur rebus. Setelah meremas telur hingga hancur, dia mencampurkannya ke dalam mayones, mustard, dan lada. Kemudian dia membumbui beberapa potong apukat dengan garam dan lada dan meletakkannya di atas salad. Dia menebarkan air perasan lemon ke salad dan nanti daging belut akan diletakkan di atasnya.
Kemudian adalah tahapan inti. Dia meletakkan daging belut di atas panggangan dan menyalakan api. Bisa dikatakan itu adalah tindakan sembrono. Lebih tepatnya, memanggang langsung dengan api merupakan hal yang sangat sulit. Tentunya, Jo Minjoon juga memanggang paprika secara langsung dengan api, namun tidak masalah jika hangus. Itu memang metode yang diperlukan untuk menghanguskan paprika.
Namun untuk daging belut berbeda. Untuk ikan dengan daging yang lunak sangat mudah terbakar. Tapi permukaannya sudah dilumuri saus, jadi tidak mengapa. Itu adalah kombinasi bagian luar yang hangus sedangkan bagian dalam masih basah. Selain itu, di meja konter itu untuk pertama kalinya api dinyalakan untuk memanggang.
Namun Kaya tidak ragu. Dia bisa melakukan apa yang orang lain tidak bisa. Mungkin dia juga bisa mengendalikan api. Jo Minjoon jujur berpikir seperti itu. Mengontrol jarak antara api dan panggangan, dan memanggang daging belut. Itu terasa seperti kemampuan dewa.
‘Akankah aku bisa melakukannya?’
Aku bisa. Setelah ribuan, atau puluhan ribu kali. Jika aku berlatih selama beberapa tahun aku akan bisa memasak belut seperti itu. Namun sekarang dia belum bisa. Pada saat itu, Jo Minjoon berpikir bahwa itu adalah kemampuan yang dianugerahi oleh dewa. Dia tidak ingin menapaki karir memasak dengan lambat. Dia ingin bisa memasak hingga pada titik Kaya tidak bisa menirunya. Bukan di masa depan, melainkan sekarang.
Dia merasa tenggorokannya kering. Layar poin Kaya muncul kembali. 19. Dia bisa melihat kemampuan koki yang belum berkembang dengan baik.
[Kaya Lotus]
Level Memasak: 7
Level Memanggang: 6
Level Mengecap: 10
Level Mendekorasi: 6
< Persiapan Grand Chef, dan… (4) > Selesai