Dewa Memasak – Bagian 132: Siaran langsung mereka (1)
Ketika perkenalan Kaya Selesai, Martin berkata.
“Aku sudah bilang pada kalian, tapi aku akan mengulanginya sekali lagi. Hari ini kalian tidak hanya makan di Olive Island, layar kamera akan menyiarkan secara langsung ke seluruh dunia. Banyak orang akan melihat kalian.”
“Apa ada sesuatu yang mengharuskan kita untuk berhati-hati lebih dari biasanya?”
“Tentunya jangan berkata buruk. Akan bagus jika kalian membuat suasana lebih lucu. Akan tetapi, hal itu tidak bisa dilakukan dengan berhati-hati. Tunjukkan saja dirimu seperti biasa.”
Penjelasan singkat selesai. Mereka semua memasuki Olive Island. Rachel yang belum selesai duduk dengan benar di kursinya, ekspresinya berubah suram setelah melihat foto yang tergantung di dinding. Ada foto Alan yang masih muda di tengah serta seorang pria dan wanita yang tersenyum ke kamera. Meski kualitasnya lebih buruk dibanding kamera ponsel jaman sekarang, foto itu cukup membuatnya teringat beberapa kenangan.
Jeremy melirik foto itu lalu menatap Rachel. Dia tercengang lalu berkata.
“Sampai kapan kau berencana hidup terikat oleh bayangan pria itu?”
“…Memangnya kenapa? Dia adalah suamiku.”
“Kau sangat menderita saat hidup dan masih menderita saat meninggal. Aku sudah bilang, kan? hidupmu akan melelahkan setelah kau menikah dengan Daniel.”
“Selain melelahkan, hidupku juga bahagia dan menyenangkan. Cukup dengan itu.” jawab Rachel dengan sungguh-sungguh kemudian perlahan mengalihkan pandangannya dari foto itu. Meski rasa sesal di matanya tidak bisa terhapus semua, senyum yang muncul setelah dia duduk sungguh baik-baik saja.
“Lama tak jumpa, Kaya. Dari yang kuingat, aku belum mengucapkan selamat dengan benar. Selamat yaa.”
“Terima kasih.” jawab Kaya sambil tersenyum ceria. Jo Minjoon melihat Kaya dalam perspektif baru.
Belum lama sejak Rachel berpisah dengan Kaya, tetapi ada banyak hal yang berubah. Mungkin, bisa dikatakan bahwa sebagian besar kecerobohan dan sisi ketidakpatuhan Kaya telah menghilang. Dia tampak lebih dewasa…dan tampak lebih seperti wanita.
Sera menjernihkan tenggorokannya lalu berkata.
“Ini pertama kalinya aku bertemu denganmu. Kau sama cantiknya dengan yang aku lihat di TV. Apa karena kau masih muda?”
“…Jika kau membahas umur apa yang bisa kulakukan?”gumam Emily, yang berada disebelah Sera, dengan nada kesal.
“Tetapi mereka bilang bahwa kalian berdua bersama-sama semalaman…Apa kalian tidak tahu bila akan bertemu hari ini?” kata Jeremy dengan nada angkuh seperti biasa.
“Tidak. Agen kami juga kelakuannya buruk.”jawab Kaya lalu melotot pada agennya sejenak.
Saat Kaya bilang bahwa dia akan menemui Jo Minjoon sebentar, agen itu hanya tersenyum, yang entah apa artinya, lalu hanya bertanya pada Kaya ‘apa kau akan baik-baik saja?’.
“Kau sangat menderita.” kata Jo Minjoon yang menatap Kaya dengan penuh kasih.
“Kau juga.”
Mereka berdua mendentingkan gelas air mereka lalu menyeruput dengan postur yang sama. Anderson, yang melihat itu, menggelengkan kepala. Sera menyeringai melihat Anderson.
“Apa mereka selalu seperti ini?”
“Kau bilang kau melihat siaran. Pikirkan saja seperti itu.”
“…Aku pikir itu dibuat-buat.”
Itu terasa seperti menonton drama kisah cinta. Meski begitu, karena pada dasarnya kelakuan mereka berdua segar dan baru, hal itu justru menghibur yang lain. Hal itu tidak melelahkan untuk dilihat. Tetapi apa boleh buat mereka juga merasa sedikit iri. Sera tersenyum melihat Anderson.
“Anderson. Apa kau ingin kita meniru mereka?”
“Aku orang yang tidak mau menikah.”
“Siapa bilang melakukannya sungguhan, hanya menirukan.” jawab Sera manyun.
Martin mendekati mereka lalu berkata.
“Seperti yang sudah aku bilang, makan siang hari ini akan disiarkan secara langsung di internet. Sudah ada 120,000 penonton yang sedang menunggu. Apa kalian semua sudah siap?”
“Tunggu sebentar. Aku mau memeriksa riasanku.” kata Sera sambil mengangkat ceminnya.
Kaya hanya melihat Jo Minjoon alih-alih cermin.
“Apa riasanku oke?”
“Iya.”
“Oke, baiklah.” Kaya mengangguk dengan yakin.
Beberapa waktu kemudian, Martin berteriak.
“Siaran langsung mulai dalam 5, 4, 3, 2, 1!”
“Halo. Ini adalah Perjalanan Kuliner…”
Karena di sana tidak ada penonton, hal-hal seperti sorakan jelas tidak terdengar. Namun, di layar, baris teks berjalan.
[Oh, sudah mulai.]
[Sudah lama sekali tidak melihat Rachel Rose.]
[Hah? Tapi kenapa di sana ada Lotus?]
[Dari yang kubaca di sebuah artikel, mereka bilang dia adalah tamu spesial]
[Aku lihat beberapa aktivitasnya di luar, tapi senang rasanya melihat dia bersama Jo Minjoon.]
Pada saat yang sama, pramusaji mendekat dan membawa hidangan pembuka, roti dan ciabatta. Alan, yang datang sekaligus di depan mereka, berkata dengan percaya diri.
“Ini adalah hal sombong pertama di restoran saya. Ini adalah ciabatta yang dimasak oleh patissier yang berpengalaman selama 30 tahun dengan mengatur suhu dan kelembapannya setiap hari. Mentega hijau di sebelah sini dibuat dengan mencampurkan daun basil ulek dengan mentega dan yang sebelah kanan adalah mentega bawang keju kambing yang kita buat sendiri dengan mencampurkan susu kambing dengan bawang putih. Saus yang ada di piring dibuat dengan mencampurkan minyak zaitun, balsamik, dan cuka.”
“Bentuk mentega ini …sangat cantik.” kata Kaya engan ekspresi takjub.
Sama seperti yang Kaya katakan, mentega yang keluar bersama dengan roti sebagai hidangan pembuka mempunyai penampilan yang sangat menawan. Entah itu buatan tangan atau dibentuk dengan bantuan cetakan, keju kambing berbentuk seperti bayi kambing dan mentega basil berbentuk seperti daun.
Sera mengambil pisau tanpa ragu lalu mengiris mentega itu, persisnya pada bagian leher kambing. Kaya yang sedang berbinar-binar mengagumi bentuk mentega, syok melihat kelakuan Sera. Sera, yang mengoleskan mentega kambing ke ciabatta, tersentak, lalu melihat Kaya.
“Oh…Apa aku melakukan kesalahan?”
“…Tidak.”
Kaya ragu-ragu sejenak kemudian dia juga mengambil pisaunya lalu mengoleskan mentega kambing ke ciabatta. Ekspresi tertekannya bertahan beberapa saat. Tidak lama kemudian, keraguan di wajah Kaya memudar dan berubah menjadi senyuman. Dia berguman dengan suara bahagia.
“Lezat…”
Roti dan menteganya sungguh enak.” gumam Jo Minjoon pelan.
Skor ciabatta adalah 7 dan skor menteganya juga 7. Namun, saat Jo minjoon mengoleskan mentega ke roti, tulisan di layar berubah.
[Ciabatta dengan olesan mentega bawang keju kambing ]
Kesegaran : 97%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk ditunjukkan)
Kualitas: Tinggi
Skor Masakan: 8/10
Hanya dengan mengoleskan mentega, skor masakan naik. Itu berarti kombinasi keduanya sedemikian sempurna. Untuk mentega basil, tidak berbeda dengan mentega kambing. Ketika Sommelier menghampiri mereka lalu mengisi gelas mereka dengan anggur merah, Alan melihat Jo Minjoon lalu berkata.
“Minjoon, bagaimana mentega ini? Apa menurutmu kau tahu bagaimana ini dibuat dan dengan bahan apa?”
“Alan, kumohon. Akhir-akhir ini aku menderita dengan pertanyaan itu.”
“Kekuatan besar datang bersama dengan tanggung jawab besar. Paman Spiderman berkata seperti itu. Karena Tuhan memberimu kemampuan yang bisa membuat orang lain ingin mengikutimu hanya dengan membayangkannya, maka kau harus tahan dengan gangguan-gangguan itu. Aku juga merasa dalam bahaya karena resepku akan terekspos karena dirimu.”
“..Untuk sekarang, aku hanya akan mengatakan ratio bahan-bahannya. Rasio keju kambing dengan mentega adalah 1-1. Kira-kira satu siang bawang putih untuk satu sendok mentega. Sepertinya kau memanggangnya, lalu mengggerusnya, dan kau memasukkan lada putih bubuk ke dalamnya. Apa ada yang salah?”
Alih-alih Jo Minjoon, yang lain pun melihat Alan dengan wajah gugup. Alan menggelengkan kepala lalu tersenyum seolah dia tidak rela.
“Hari ini, aku sungguh harus bersiap-siap resepku akan terekspos.”
“Jangan khawatir jika resepmu sedemikian sulit, bahkan bagiku, sulit membacanya.”
Itu tidak bohong. Dia bisa membaca resep hanya jika hidangan yang tersaji di piring memiliki level masakan yang sama dengan level mencicipinya. Kecepatan obrolan penonton muncul dan tenggelam dengan cepat.
[Wow, itu jelas indera pengecapan yang mutlak!]
[Aku juga ingin mempunyai indera pengecapan yang mutlak.]
[Lihatlah tatapan Rachel, dia tampak sangat bangga sekali.]
[Tatapan Kaya juga tidak normal. Sepertinya mereka sungguh berkencan. ]
Jo Minjoon melirik Alan. Tatapan Jo Minjoon yang melihat Alan dengan tenang, seketika berubah syok.
[Alan Craig]
Cooking Level : 9
Level memanggang: 6
Level Mengecap: 9
Level Mendekorasi: 7
‘…Levelnya naik sementara ini.’
Sebelumnya, level memasak Alan adalah 8. Tentunya, menganggap keahlian chef yang diharapkan segera mendapat 3 bintang, berhenti sampai di situ adalah hal yang aneh. Meski begitu, Jo Minjoon tidak percaya bila Alan sudah naik tingkat.
Ekspektasinya muncul di antara rasa sirik dan juga rasa kagum. Barangkali, akan ada hidangan 10 poin di antara hidangan yang Alan masak. Hanya dengan memikirkan itu, liurnya membasahi mulutnya.
Dia membilas mulutnya dengan anggur. Mungkin karena itu adalah hidangan sebelum sesi makan, prosentase alkohol tidak begitu tingggi, selain itu, cita rasanya lembut dan manis. Bisa diketahui dengan jelas bahwa kualitasnya tinggi karena ketebalan dan kehambaran hampir tidak terasa.
“Sekarang yang aku pikirkan, ada banyak hal dalam bisnis restoran agar komposisinya bagus. Chef dan pramusaji adalah hal dasar, dan kau juga perlu sommelier, patissier, dan yang paling utama, kordinatoor makanan.”kata Jo Minjoon sambil melihat Kaya.
“Apa kau bahkan perlu kordinator makanan?”
“Aku juga berpikir seperti itu awalnya, tetapi akhir-akhir ini, aku berubah pikiran setelah melihat guru Rachel memahat kentang. Kesan pada hidangan berubah secara instan hanya dengan sebuah pahatan.”
“Bagaimana bentuknya hingga kau takjub seperti itu?”
“Oh, tunggu. Aku punya fotonya.”
Jo Minjoon mengeluarkan ponselnya lalu mulai menyentuh layarnya. Kaya mendekat ke bahu Jo Minjoon hingga mereka hampir bersentuhan. Emily berkata dengan suara tegas.
“Kaya, Minjoon! Penonton bilang jangan ngobrol sendiri!”
“Oh, iya ini siaran langsung. Maafkan aku.”
[ Hahaha mereka berdua sangat menggemaskan sekali.]
[ Akan bagus jika mereka berdua menikah. Jika itu adalah drama aku akan menunggu akhirnya.]
[Siapa yang lebih cantik antara Sera, Emily, dan Kaya? Kaya buatku.]
[Hanya dengan melihat wajah, Emily. Kalau juga melihat badan, Sera. Kalau juga melihat perasaan, Kaya.]
Rasanya seperti tatapan para penoton yang sedang tersenyum di balik layar berada tepat di depan mereka.
“Ini sungguh aneh karena aku melihatnya secara nyata.” kata Sera dengan ekspresi tidak suka.
Dia bukan membicarakan tentang obrolan penonton karena arah tatapan kedua matanya justru tertuju pada Kaya dan Jo Minjoon. Dia tahu bahwa Jo Minjoon punya hubungan baik dengan Kaya, tetapi ini soal penampilan Pribadi yang ditunjukkan Kaya di depan Jo Minjoon cukup sopan dan santun. Sikap Kaya saat ini terasa cukup menyenangkan.
“Kau akan terbiasa dengan itu.” kata Emily santai.
Sebenarnya, Rachel dan Anderson bahkan tidak terganggu dengan mereka berdua, mereka sedang menikmati roti. Kalau Jeremy, mungkin karena sifat dasarnya, dia meminum wine sambil memperhatikan mereka.
“Aku satu-satunya yang aneh.”
Kenapa dia tiba-tiba merasa ciabatta yang baik-baik saja terasa asam di mulut? Tetapi beruntungnya, hidangan yang baru saja keluar cukup menghibur perasaannya. Di atas wajan batu panjang yang terbuat dari marmer, tujuh sendok perak yang bersinar diletakkan. Mungkin karena fokus pada dekorasi, alih-alih penggunaan yang sebenarnya, pegangan sendok itu diukir seperti hak tinggi.
Di pipi sendok yang lebar dan berukir cukup dalam, ada kumquat karamel, bit, dan jeruk yang direbus dalam gula yang ditempatkan di atasnya, dan di bawahnya ada krim merah muda.
Jo Minjoon memasukkan amuse bouche ke dalam mulutnya. Layar alarm dari sistem muncul seperti kembang api dan cita rasanya hidangan itu juga menyebar seperti sebuah ledakan. Skor makanan itu 8. Cita rasanya tidak mengecewakan.
Dari buah bit dan kumquash, sari jeruk mengalir dan menyelimuti cita rasa asam yang ringan. Krim yang berada di bawahnya samar-samar beraroma lemon dan cita rasa tomat sedikit terasa. Irisan kumquash yang hancur di antara giginya, selaras dengan bahan-bahan yang lain seperti rempah-rempah, bak mencuri makanan kurcaci dalam satu gigitan.
Cita rasa yang dalam itu mengejangkan otot-otot wajah Jo Minjoon. Mata dan mulutnya gemetar dan kerutan muncul di antara hidung dan matanya. Kameramen merekam semua itu dengan jelas.
[Wow…….Lihat ekspresinya.]
[Menurutku, dia yang terbaik dalam mengekspresikan cita rasa dengan wajahnya, lebih baik dari chef atau selebriti manapun yang aku lihat sampai saat ini.]
[Apa boleh buat. Level cita rasa yang dia rasakan berbeda dengan yang lain.]
Jo Minjoon tidak melihat obrolan penonton. Tiba-tiba dia terpikir sesuatu. Sama seperti orang yang menghargai nilai makanan, seseorang yang sekarat karena kelaparan, dia, yang tumbuh dengan menyantap makanan yang tidak enak buatan ibunya, bisa menjadi lebih sensitif dalam hal rasa. Meski bagi yang lain itu sangat menakjubkan dan bukan masalah..tetapi baginya, hal itu hanya bisa menjadi sebuah emosi yang tidak bisa diekspresikan oleh orang lain.
Meski lidahnya sensitif, ketepatan lidahnya masih di bawah Kaya. Pada saat yang sama, dia juga berpikir bahwa dia tidak tertinggal jauh di banding Kaya dalam menikmati makanan. Dia percaya diri.
Dia tersenyum manis lalu menoleh ke Kaya. Kaya juga memasukkan sendok ke mulutnya lalu mulai mengunyah makanan, dan segera setelah itu, dia juga memasang ekspresi yang sama.
“Ini lezat.”
“Sekarang yang aku lihat, apa kalian pernah pergi ke restoran Michelin setelah Grand Chef?”
“Tidak, ini pertama kalinya. Oleh karena itu, aku sebingung ini. Tidak kah kau lihat?”
“Aku bisa melihatnya. Maka dari itu, aku bertanya padamu. Akan bagus jika kau datang bersamaku saat aku pergi ke restoran bintang tiga.”
“Waktu itu, aku tidak menunjukkannya, tetapi aku sungguh iri. Aku belum pernah ke restoran bintang tiga. Suatu hari nanti…aku pasti akan pergi.”
“Kau sudah bilang waktu itu, tidak hanya pergi ke restoran itu, tetapi juga membuat restoran bintang tiga. Kau bisa melakukannya.”
“Benar. Kau juga bisa membuatnya.”
Kaya tersenyum santai. Kerutan yang sedikit terlihat di bawah riasan gotiknya yang tebal terlihat cukup cantik. Jo Minjoon, yang mengagumi wajahnya, perlahan menyadari bahwa sekelilingnya hening dengan aneh. Dia melihat ke sekeliling. Semuanya melihat mereka berdua dengan tatapan aneh.
Dan obrolan penonton menunjukkan perasaan yang lain bukannya mereka sendiri.
[ Kenapa mereka melakukan itu pada kita? ]
< Siaran langsung mereka (1) > Selesai
belom lanjut lagi ne novel ??
Komen dlu, nyoba baca
Seru banget, cuma grand chef nya lama bet wkwk
Di tunggu chap selanjutnya
MANA NIH LAJUTANNYA???
Baguss bgtt. Jadi inget shokugeki no soma wkwk ?
Min add yg raw mtl dari website candemo
Next~ ty for the update~
semangat tlnya min
Up min?
Chapter 74 isinya sama kaya chapter 73
ty infonya dah udah di perbaiki gan
166 = 165
sudah di perbaiki ty infonya