Dewa Memasak – Bagian 16: 100 chef (2)
7 poin. Itu juga adalah hal terbaik yang dia bisa lakukan saat ini. Namun Jo Minjoon tidak bisa santai karena membuat hidangan 7 poin perlu mengerahkan seluruh keahliannya. Dia mendapatkan skor itu karena kekuatan dari sistem untuk memeriksa resep sebelumnya dan probabilitas kesuksesannya.
Jika dia tidak memiliki kekuatan sistem, Jo Minjoon mungkin akan membuat banyak sekali hidangan 5 poin. Karena kau tidak akan bisa memastikan, apakah resep itu bagus atau tidak sebelum memasak. Itu sudah berkat dari Tuhan dan pertimbangan agar dia terbebas dari kekhawatiran tentang resepnya.
Tentunya, dibanding Kaya, Jo Minjoon tidak tahu jika itu adalah sebuah berkat Tuhan. Namun Kaya benar-benar genius. Dia tidak punya kemampuan aneh seperti Jo Minjoon, dia punya keahlian yang nyata. Mengatakan bahwa keduanya memiliki kemampuan yang sama merupakan hal yang memalukan.
Dia berpikir bahwa membandingkan dirinya dengan Kaya adalah hal yang sungguh kekanak-kanakan. Jo Minjoon adalah orang yang logis. Jika dia merasa sedih atau hanya kecewa, maka dia yakin kalau dia tidak perlu memikirkan tentang hal itu. Merasa iri terhadap kemampuan yang dia tidak punya merupakan hal yang sungguh kekanak-kanakan.
“Kami akan memberi kalian waktu satu jam. Selesaikan hidangan kalian dalam satu jam.”
Seketika itu, para peserta berkumpul menuju kontainer. Melihat banyak peserta menyerbu kontainer benar-benar sebuah pemandangan. Marco dan Amanda berlari ke sana. Jo Minjoon masih berdiri diam dan melihat mereka. Ngomong-ngomong, dia diberi waktu satu jam. Jadi, menurutnya tidak perlu segera menangani ikan lele.
Dia berpikir seperti itu dan pergi menuju ke ruangan dimana bahan-bahan dasar tersimpan. Pada saat itu, Kaya berjalan di sebelahnya. Jo Minjoon memandang Kaya sekilas. Dia menatap balik Jo Minjoon dengan ekspresi yang menakutkan lalu berkata,
“Apa yang kau lihat?”
“Aku tidak seperti kau yang tampak akan menangkap ikan lele.”
“Meski aku pergi sekarang ataupun nanti, itu sama saja. Tapi lebih baik mendapatkan bahan-bahan lain dari pada berkerumun di sana.”
“Pintar.”
“Kau juga akan melakukan itu. Apakah kau memuji dirimu sendiri dengan cara memujiku?”
Jo Minjoon tertawa dan mengelak pertanyaan itu. Disana ada sedikit orang yang pergi mendapatkan bahan-bahan segar. Diantara mereka, ada seorang pria tinggi, tampan, dan berambut pirang. Anderson… Jo Minjoon berpikir sesaat. Siapa nama belakangnya. Dia tidak ingat. Dia mengingat satu hal bahwa dia memenangkan posisi juara 2.
Jo Minjoon melihat layar status Anderson. Layar menunjukkan nama belakang Anderson yang Jo Minjoon tidak ingat.
[Anderson Rousseau]
Level Memasak: 7
Level Memanggang: 7
Level Mengecap: 8
Level Mendekorasi: 7
Level memasaknya sama dengan Kaya. Dan Tidak terduga bahwa level memanggang dan mendekorasinya lebih tinggi dari pada Kaya. Tapi itu bisa diperkirakan. Anderson Rousseau adalah orang elit dari golongannya yang mendapatkan pendidikan tinggi dari kecil. Jelas baginya berada pada level itu. Namun, dia kalah dari Kaya. Bagaimana mungkin? Apakah karena dia tidak punya latar belakang dramatis seperti Kaya?
‘Mungkin, hidangan Kaya lebih baik dibanding hidangan Anderson.
Meski jika mereka sama-sama punya level 7, keahlian Kaya berbeda. Karena level memasak Anderson tidak mencakup kemampuan membaca api seperti Kaya. Namun Jo Minjoon tahu, Kaya tidak hanya dapat mengendalikan api. Dia seorang genius yang memiliki indera yang dapat mengatasi semua hal. Dia tidak bisa mengungkapkan itu secara tepat, tapi dia punya kemampuan untuk mengeluarkan seluruh cita rasa dari sebuah bahan masakan.
Jo Minjoon buru-buru memilih bahan-bahan yang dia perlukan. Itu adalah semua bahan-bahan yang dibeli pada saat yang sama. Lebih efisien memilih bahan masakan yang bagus dari pada memilih dalam kerumunan itu ikan lele hidup yang kualitasnya sama.
Hidangan yang Jo Minjoon sudah putuskan adalah rebusan baso ikan lele (메기완자탕). Awalnya, dia ingin membuat rebusan pedas Korea (매운탕), tapi itu bergantung dari seberapa kuat pasta miso dan pasta cabai. Bahkan jika rasanya lezat, akan seberapa lezat di negara asing ini? Itu malah akan membuat cita rasa yang kurang ‘nendang‘. Intinya, rebusan pedas Korea terasa lezat hanya bagi orang Korea. Kesempatan bagi orang asing untuk menyatakan bahwa rasanya buruk sangat tinggi.
Jadi Jo Minjoon mengambil sebagian karakteristik rebusan pedas Korea dan memutuskan untuk membuat rebusan baso ikan lele yang sedikit pedas. Dan bahan-bahan yang digunakan sederhana, yaitu tofu, lemon, tepung kanji, telur, merica, ketumbar, lobak, bawang merah, garam, dan kecap asin.
Itu semua adalah bahan-bahan yang biasa tersedia di rumah. Dan jika ingin menunjukkan sesuatu yang istimewa, yaitu ketumbar. Ada banyak yang mencari bahan-bahan utama seperti saffron atau salami, tapi Jo Minjoon tidak mengindahkannya. Membuat hidangan dengan bahan-bahan yang utama dan membuatnya terasa lezat tampaknya sudah biasa.
Jo Minjoon meletakkan bahan masakannya di atas meja dan pergi ke tempat ikan lele. Hampir semua orang kembali dengan seekor ikan lele di tangannya. Sejujurnya, itu adalah pertama kali baginya menangkap ikan hidup-hidup dengan tangan kosong tapi dia percaya diri.
Jo Minjoon menangkap ikan lele dengan jaring dan kembali ke meja dengan ikan lele di tangannya. Panjangnya sekitar 40cm, kira-kira sepanjang lengan. Ikan lele itu sangat kuat. Menahannya agar tidak keluar sudah cukup melelahkan.
Cara sederhana untuk membuat ikan lele itu tidak berdaya, yaitu dengan memukulkannya ke ujung meja, menaburi ikan lele dengan garam, atau memukulnya dengan punggung pisau. Jo Minjoon memilih pilihan yang terakhir. Saat ikan lele berada di atas meja dan menatap Jo Minjoon, Jo Minjoon memukulnya dengan punggung pisau.
Dengan suara yang keras, ikan lele mengejang sedikit lalu akhirnya berhenti bergerak. Mungkin ikan lele sudah mati. Jo Minjoon menancapkan ujung pisau pada ikan lele. Darah mengalir beberapa saat, kemudian berhenti.
Jo Minjoon memotong insang dengan hati-hati menggunakan pisau. Dia mengiris bagian perut dan mendorong keluar jeroan, lalu mengeluarkan duri ikan. Dan setelah itu, bagian kulit. Dia tidak perlu membuang sisik ikan karena ikan lele tidak memilikinya. Tapi karena itu juga, kulitnya benar-benar kuat. Jika kau memasaknya dengaan baik, kulitnya menjadi lengket. Tapi masalahnya adalah memasaknya dengan baik itu sulit.
Jo Minjoon menguliti ikan itu perlahan. Hal yang paling utama adalah mengulitinya setipis mungkin. Beruntungnya, ikan itu berhasil terkuliti dengan cukup tipis.
Setelah beberapa saat, Alan melewati Jo Minjoon. Alan tampak seolah-olah hanya mondar-mandir, tapi ternyata tidak. Di meja sebelah Jo Minjoon, Alan berkata dengan nada dingin di depan Amanda,
“Isi perutnya meletus.”
Itu adalah kesalahan yang Amanda buat saat mengiris perutnya. Karena isi perutnya meletus, darahnya terserap ke dalam daging. Amanda membalas dengan wajah malu,
“Ah, maafkan aku. Ini adalah pertama kalinya aku menangani ikan lele…”
“Cukup. Berikan lencanamu.”
“Che, chef!”
Wajah Amanda pucat. Jo Minjoon tidak ingin memperhatikan mereka, tapi dia tidak bisa memblokir suara mereka. Alan berbicara dengan nada kolot,
“Kau sudah melakukan dengan baik.”
Itu adalah kata yang singkat sekaligus deklarasi singkat. Wajah Amanda tampak seolah-olah akan menangis saat itu lalu berteriak.
“Saya….. Saya mempertaruhkan semuanya dalam kompetisi ini!”
Meski dengan suara memohon, Alan tidak ragu. Dia perlahan melihat ke peserta. Dan dia berkata,
“Apakah ada seseorang yang tidak mempertaruhkan semuanya di kompetisi ini?”
Tidak ada yang menjawab pertanyaan itu. Alan memandang Amanda dan tatapannya semakin tajam.
“Jika kau mau aku memberimu pendapat, maka tunjukkan keahlianmu sebanyak hasratmu. Apa yang aku lihat sekarang dari hasilmu adalah mayat ikan lele yang sudah rusak. Aku tidak akan memasukkan itu ke dalam mulutku. Amanda, apa kau seorang chef? Jika iya, beri aku lencana sampah itu! Itu hanya jika kau seorang chef yang memasukkan sampah ke dalam mulut orang-orang.”
Amanda mengembalikan lencana itu dengan gemetar. Alan menerima lencana itu dan melihat ke arah para peserta yang sedang memperhatikannya. Dan berkata dengan suara tenang,
“Siapapun yang bermasalah dalam menangani ikan lele akan dikeluarkan. Ini bukan sekolah. Orang yang tidak bisa menangani bahkan satu bahan pun tidak layak berada di sini. Berusahalah!”
Mereka menjadi gugup. Hanya Jo Minjoon yang tidak gugup. Dengan mengetahui bahwa mereka akan dieliminasi saat tengah mempersiapkan hidangan mereka, para peserta melanjutkan memasak dengan tatapan lebih fokus. Jo Minjoon melihat punggung Amanda yang sedang menangis dan keluar ruangan. Dia tidak boleh berakhir seperti itu. Tidak akan pernah. Meski jika dia didiskualifikasi karena hidanganya tidak lezat, setidaknya dia ingin menyelesaikan hidangannya.
Dia tidak boleh membuang waktu. Hal pertama yang dilakukan Jo Minjoon adalah memotong kepala ikan lele. Jo Minjoon merebus air di panci dan memasukkan kepala ikan, lobak, dan bawang merah. Dan dia juga memasukkan duri ikan. Dia berpikir membuat kaldu ikan. Dia menambahkan sari lemon jikalau nanti berbau amis, dan mulai menangani daging ikan lele.
Setiap kali dia memukulnya menggunakan punggung pisau, daging ikan lele hancur seperti pada fish cake. Aslinya, daging ikan lele sangat lunak. Sehingga tidak susah untuk menghaluskannya. Langkah selanjutnya cukup mudah. Setelah memeras tofu, biji ketumbar digerus. Langkah selanjutnya adalah mencampurkan semuanya, menambahkan tepung tapioka, dan menguleni adonan.
Bagian ini sangatlah penting. Jika dia tidak menguleni adonan hingga kalis, nanti pada saat adonan dimasak, kemungkinan besar bagian dalamnya pecah. Seperti biasa bagi Jo Minjoon, ini merupakan tantangan yang berat. Bukan karena hal itu tidak mungkin gagal.
Namun dia salah saat ini. Jo Minjoon sudah tahu bahwa tema misinya adalah ikan lele, dan setelah lolos dia harus mempersiapkan hidangan selanjutnya. Untuk semua makanan, dia mempersiapkan rebusan baso ikan lele, dan setiap kali dia memasak dia merasakan perbedaan dalam hidangannya. Apa yang dia buat sekarang adalah hasil dari kerja keras. Tidak ada tempat untuk kesalahan.
< 100 chefs (1) > Selesai