Dewa Memasak – Bagian 99: Resep cerminan diri (2)
“…Cermin?”
Chloe bergumam sambil tercengang. Itu bisa dimaklumi karena justru cermin yang muncul alih-alih bahan masakan. Joseph berkata sambil tersenyum ceria.
“Iya. Itu cermin. Pegang cermin kalian. Apa yang kalian lihat?”
“Saya.”
“Itu adalah tema misi kali ini. Dirimu sendiri. Bagus jika itu menu andalan kalian, hidangan yang mengandung kehidupan kalian, atau hal yang paling kalian sukai. Kalian juga bisa membuat sesuatu yang kalian paling percaya diri dalam membuatnya. Tentu, kalan harus membuat sesuatu yang bisa membuat kami semua kagum.”
“Apa temanya sungguh tidak jelas?”
“Banyak hal dalam hidup ini yang tidak jelas. Kalian punya 30 menit untuk memasak dan 20 menit untuk merancang resep. Pikirkan resep kalian selama 20 menit.”
Chloe hanya melihat dirinya di dalam cermin, wajahnya tidak dioleskan krim. Lalu apa yang harus dia masak… Apa dia tertalu terbiasa memasak apa yang orang lain minta padanya? Dia merasa momen ini tidak familier.
Sementara itu, di kepala Jo Minjoon, muncul sebuah persimpangan jalan. Sebenarnya, masakan yang mengandung sifat dasar dirinya muncul pada misi vegetarian, yaitu masakan ala Korea. Alasan kenapa dia mempersiapkannya adalah dia ingin memperkenalkan akar masakan Korea dalam misi dan ada stimulasi yang dia dapat dari Chloe. Sup kentang 6 poin buatan Chloe, yang saat itu dia rasa aneh, tapi yang lain justru berkata itu enak.
Kemudian, dia berpikir bahwa tidak perlu menghakimi hanya berdasarkan skor masakan. Meski sudah lazim, itu makanan yang sungguh enak. Akan tetapi bagaimana hasilnya? Para juri mengatakan bahwa masakannya enak, tetapi tidak cocok dengan misi.
‘Akankah sekarang akan berbeda?’
Jawaban yang berdenging di kepalanya adalah ‘tidak’. Sesuatu yang sebelumnya tidak bekerja, sekarang pun tidak akan bekerja. Tentu, dia bisa membuat masakan Korean dengan skor yang tinggi, tapi pada akhirnya, itu akan menjadi hidangan mewah yang tertutupi oleh makanan yang lazim.
Pada akhirnya, Jo Minjoon mengabaikan rayuan itu lalu terus merancang resep lain. Dia bahkan tidak melihat resep yang skornya rendah. Itu pertempuran yang mempertaruhkan hidupnya. Dia tidak bisa menyajikan hidangan yang asal-asalan. Hangat dan nyaman. Dia sudah tahu bahwa kompetisi ini tidak menerima hal itu. Tempat ini bukan Grand Housewife, tapi Grand Chef, jadi sudah barang tentu, dia harus membuat makanan yang akan memuasakan para juri.
‘Tapi makanan jenis apa yang seperti diriku? Korea? Italia?’
Pada pertanyaan itu, Jo Minjoon tidak bisa menjawabnya. Dia telah memakan banyak masakan Korea sepanjang hidupnya, tapi masakan yang paling banyak dia masak adalah masakan barat dan Italia. Setelah itu, hanya masakan Jepang. Dia tidak banyak memasak hidangan Korean, hanya hidangan sederhana seperti bulogi, jaeyook, dan ikan yang direbus dalam kecap. Makanan Korea yang asli, sejujurnya, butuh banyak usaha dalam membuatnya pada saat di rumah.
“Apa kau sudah memikirkannya?”
“Belum.”
Jo Minjoon mengangkat bahu. Saat Jo Minjoon melirik ke arah lain, dia melihat Anderson dan Kaya melihat mereka dari satu sisi dapur. Melihat mereka berdua memasang ekspresi galak, justru membuatnya tenang.
‘Hal apa yang orang-orang lebih sukai?’
Ada 4 hidangan yang Jo Minjoon bisa mendapatkan 8 poin, yaitu dak galbi, galbi babi, risotto, dan jeli dengan dadih. Tidak ada kemiripan dari keempat hidangan itu, begitu pula dengan asal negara makanan itu. Untuk risotto dan galbi babi, memberi kesan bahwa masakan Korea dan Jepang bercampur, risotto berasal dari Italy, dan jeli-dadih berasal dari Eropa. Tentu, membuat statistika dari 4 hidangan adalah hal yang lucu.
“Hal yang paling aku sukai, yang paling aku percaya diri dalam membuatnya adalah…”
Jo Minjoon masih bergumam. Tidak ada hidangan yang paling dia sukai di dunia ini. Jika dia harus memilih hidangan yang paling lezat, tentu daging pipi sapi muda yang berskor 10 poin, tetapi bukan berarti, dia menyukai daging pipi sapi muda. Itu hanya sebuah hidangan yang sangat sempurna.
‘Jika aku membuka restoran, restoran seperti apa itu?’
Itu pertanyaan yang dia sudah pernah dengar dari ketiga peserta yang lain. Kemudian, dia menjawab bahwa dia akan bekerja di restoran mewah. Tapi itu jawaban yang sungguh tidak jelas. Sebuat tempat yang menyajikan hidangan dengan tanpa identitas tidak bisa menjadi restoran yang mewah.
Jika pada akhirnya akan memperhitungkan identitas, Jo Minjoon hanya bisa menjadi sup campur-campur, hidangan ini, dan hidangan itu. Dia punya banyak pengalaman memasak seperti itu. Tapi hanya memberi nama sebuah hidangan yang hanya dia yang bisa membuatnya dengan kemampuannya sendiri…Itu akan menjadi hidangan yang kau harus memperhitungkan harmoni dari setiap bahan-bahan karena meskipun skor estimasi masakan yang diberikan oleh sistem rendah, dia bisa menunjukkan sebuah kekuatan mutlak dengan membawa harmoni dan keseimbangan dari resep.
‘…Buah. Sebuah hidangan dengan saus dari buah.’
Dia memikirkan itu, dan itu kena. Sebenarnya, saat dia mempelajari masakan barat, hal yang paling mengagumkan adalah bahwa mereka menyajikan hidangan dengan saus yang berasal dari buah atau pure sebagai hidangan utama. Itu saus yang dibuat menggunakan pesto dan buah-buahan. Di Korea, mereka menggunakan kulit epidermis, jus pir, dll., tapi alih-alih menggunakan itu, banyak kasus, mereka mencampurkan semua bahan-bahan itu. Sebuah saus yang membawa cita rasa buah itu sendiri, mau tak mau itu baru.
Dia berpikir sedikit tentang garnish apa yang melengkapinya. Tapi pada akhirnya, jawaban yang keluar adalah bebek. Bebek adalah bahan yang mungkin terlihat mudah ditangani, tapi cukup sulit untuk membuatnya lezat. Jika memasaknya sedikit lebih lama, bebek akan keras dan berbau amis. Akan tetapi chef macam apa yang tidak tahu bagaimana cara menanganinya?
Sekarang saat dia menemukan tujuan, pikirannya juga semakin cepat. Dia berpikir tentang banyak saus dar buah dan mengubah metode memasak bebek, kemudia,n jawabnnya muncul.
‘8 poin.’
Mungkin, jika Chloe mencurahkan segala yang dia bisa seperti saat terakhir kali dan memperoleh 9 poin, dia akan kalah. Itu tak terhindarkan karena pada akhirnya, itu berarti, dia memang kurang dibanding Chloe. Dia pun tidak berekspektasi mendapat 9 poin karena dia masih harus berkonsentrasi penuh hanya untuk membuat hidangan 8 poin.
“Mulai!”
Alan berteriak dengan suara tegas, Chloe dan Jo Minjoon pergi ke pantri. Saat dia mengambil daun basil segar, jeruk, selai jeruk, dada bebek, tepung jagung, kaldu ayam, dan paprika, Chloe mendekatinya dan berkata.
“Apa kau percaya diri?”
“Aku tidak tahu. Aku harus menjalaninya, untuk sekarang.”
“…Benar. Semoga berhasil.”
Itu percakapan yang hanya menyisakan rasa tidak nyaman. Jo Minjoon buru-buru kembali ke dapur lalu meletakan wajan di atas kompor. Dia harus memasukkan jeruk, selai jeruk, dan kaldu ayam dengan jumlah yang pas lalu mendidihkannya.
Hanya dengan melihat ini, kau akan berpikir bahwa proses pada resep dengan estimasi 8 poin itu terlalu sederhana karena bahan-bahannya pun terlalu sederhana. Namun, ada satu hal yang Jo Minjoon sadari baru-baru ini bahwa meskipun kau menggunakan bahan-bahan yang sama, dengan rasio tertentu, perbedaan cita rasanya bisa sejauh langit dan bumi. Hanya dengan perbedaan satu sendok teh, perbedaan rasa sekecil itu, akan mengacaukan semuanya. Saat Jo Minjoon memasak hidangan 8 poin, dia berkonsentrasi sepenuhnya. Dia hanya bisa mendapatkan skor itu jika dia berkonsentrasi.
Jo Minjoon mengaduk saus dengan hati-hati. Saat saus mendidih, sementara masih mengandung air sambil tetap diaduk, dia menambahkan sedikit tepung jagung, untuk memberi rasa jagung, dan sekaligus membuat tekstur sausnya seperti lumpur kasar.
Dia mempertahankan saus tetap hangat dan Jo Minjoon memanggang bebek dan paprika. Sari paprika dan lemak bebek bertemu dan mulai mendidih bersama-sama, bagian kulitnya berubah kuning. Dia tidak menambahkan lebih banyak minyak karena minyak akan membuat aroma saus jeruk menghilang.
Mulutnya terkatup, dan hidungnya bergetar. Matanya berkilau dan dia tidak bisa mendengar apapun selain minyak. Jo Minjoon membalik dada bebek. Permukaan luarnya terpanggang dengan baik dan berkilau karena terlapisi minyak tipis-tipis.
Dia selesai memasak dada bebek lalu hendak meletakkannya di atas piring. Setelah itu, perlahan dia mulai menggambarkan bentuk S dengan saus di atas sendok lalu meletakkan daging dada dan paprika di sekitarnya. Setidaknya dari luar, itu tampak sukses.
“Ooh…!”
Sebuah geraman terdengar dari mulut Jo Minjoon.
[Dada bebek panggang dengan saus jeruk dan paprika]
Freshness : 96%
Asal: (Terlalu banyak bahan untuk ditunjukkan)
Kualitas: Tinggi
Skor Masakan: 7/10
Tidak semua hal berjalan sesuai yang dia harapkan, dan sekarang, karena hasilnya seperti itu, dia merasa akan hancur. Apa yang salah? Apa aku mendidihkan sausnya terlalu lama, atau bebek panggang tidak begitu enak? Dia tidak bisa tahu. Karena jika dia tahu, dia tidak akan membuat kesalahan dari awal.
Dia masih punya 30 detik tersisa untuk memasak. Tapi dia sudah tidak bisa melakukan apapun. Pada saat itu, dia mendengar suara yang menjijikan dari hatinya. Itu sangat menjijikkan hingga dia tidak yakin kenapa dia bisa berpikir seperti itu.
‘Barangkali, jika Chloe juga…’
Dia ingin membuang pikiran itu. Hingga saat ini, dia telah mengatakan bahwa itu bukan mentalitas seorang koki. Dia telah mengatakan bahwa mereka adalah teman dan saling menyayangi. Pada saat yang berbahaya itu, dan dengan memikirkan hal seperti ini, jika keahliannya tidak cukup, maka dia harus tereliminasi. Dia tidak suka bertahan karena kelalaian peserta lain, terlebih membicarakan tentang Chloe.
Meski setelah berpikir seperti itu, mau tak mau, dia lega saat melihat hidangan Chloe. Hidagannya juga 7 poin. Japchae pedas. Meskipun dia tidak melihat skor, dia bisa tahu karena japche pedas dengan flower bread adalah menu yang sangat lazim. Dibanding dengan yang ada di restoran China, bahannya relatif kurang bagus dan dia tidak memasukkan bahan yang spesial ke dalam sausnya. Itu normal. Japchae pedas sesuai dengan namanya. Bukan 7 poin karena keahliannya yang kurang, melainkan karena hidangan itu terlihat seperti tidak punya motivasi untuk lebih baik lagi.
‘…Tetapi kenapa? Chloe, kenapa kau memilih itu?’
Dia ingin menanyakan itu padanya, tetapi tidak bisa. Para juri memanggil mereka. Hidangan mereka diletakkan di atas meja, lalu Serguei berkata dengan santai,
“Tidak ada yang menarik.”
“Hanya karena itu menarik belum tentu itu lezat,dan karena itu tidak mewah bukan berarti itu tidak enak.”
“Meski begitu, ayang kau lihat sebelum kau makan itu menentukan cita rasanya. Meski pun ini enak, jika kau menyajikannya seperti tahi kucing, kau akan merasa seperti makan tahi kucing. Tapi yasudah, ini tidak sampai seperti tahi kucing…”
“Ayo kita cicipi dulu.”
Para juri perlahan mencicipi hidangan. Hidangan pertama yang dicicipi adalah milik Jo Minjoon. KArena jika mereka makan japchae pedas dulu, cita rasanya bisa tertutupi oleh rasa pedas yang kuat.
Rasa manis dari buah jeruk dan tepung jagung yang tersembunyi. Cita rasa dada bebek di antaranya cukup baik. Namun, hanya itu saja.. Rachel berkata tanpa ragu sedikit pun.
“Kau membuat saus dengan cukup baik. Tapi daging bebeknya sedikit mengecewakan. Sepertinya kau berusaha semampumu untuk mengeluarkan minyaknya, tapi pada dasarnya, dada bebek tidak mengandung minyak sebanyak itu. Tentunya, ini lebih kerin dari pada dada ayam. Kau memanggang dengan baik kulit dada bebek hingga renyah. Tapi hanya dengan minyak yang keluar dari kulitnya, tidak bisa melembabkan semua daging dadanya.”
“Aku sependapat dengan guru. Tentu, jika kau memberikan ini pada orang umum, mereka akan bilang ini enak. Namun, jika mereka epicurean sejati, mereka akan bisa membedakan di mana poin kekurangannya. Minjoon, Apa kau sering memasak dada bebek?”
“…Aku pikir aku pernah, tapi jika dipikir-pikir, itu tidak seperti itu di banding bahan-bahan yang lain.”
“Itulah yang tercermin dalam hidangan ini. Bisakah kau menyebutkan ini sebagai tiruan dari buku masak populer? Tapi aku merasa bahwa kau masih kurang berpengalaman.
dengan kata lain, idenya bagus tapi kau tidak bisa menciptakan kembali dengan benar. Jo Minjoon menutup mulutnyadan juga matanya, hingaa terasa sakit. Joseph yang melihat tingkah Jo Minjoon, bertanya.
“Kami memberimu sebuah cermin sebagai tema misi. Bagimu untuk menuangkan dirimu sendiri ke dalam hidangan. Kenapa kau membuat hidangan ini?”
“Karena ini yang paling menarik.”
“Bagian mana?”
“membuat saus dari buah, dan memanggang di wajan. Ini adalah hal yang aku coba saat aku pertama kali mulai memasak. Dan itu lebih menyenagkan dan menakjubkan lebih dari hal lainnya. Mungkin, itu akan terasa seperti ini karena kekuatan dari ingatan…tetapi jika kau mengatakan padaku untuk menuangkan diriku, menurutku itu yang terbaik dari niat awal saya. Seperti itu.”
“Ini enak sampai di situ. Tapi menurutku sebaiknya kau membuang jauh kecerobohanmu seperti saat kau pertama kali kau punya niatan itu…”
Joseph menghela nafas. Ketika tatapan Joseph berpaling dari Jo Minjoon, para juri sudang embungkus japche pedas dalam flower bread dan memasukkan itu ke mulut mereka. Ini enak. Flower bread yang hangat dan lembut, serta sayur-sayuran yang melimpah dan minyak daging dalam japchae dan minyak cabai memberi cita rasa yang begitu sedap seperti lemak babi yang dimasak dengan baik. Tapi…Itu juga memiliki poin mengecewakan sendiri.
Semua juri memasang wajah yang rumit. Jo Minjoon memahami mereka. Tidak ada cacat dalam masakannya. Resepnya juga sesuai dengan resep japchae pedas. Tapi pada dasarya, ini makanan yang sungguh dasar. Kau akan mengatakan bahwa separuh proses memasak masakan China sudah selesai pada proses motong-memotong, dan pada kasus japchae pedas kau hanya harus memotong sayuran dan enggorengnya dalam minyak.
“Kenapa ini japchae pedas? Menurutku, aku dengan yakin sudah mengatakan padamu saat aku mengumumkan misi bahwa kau harus bisa membuat kami kagum sepenuhnya. Sejujurnya, japchae pedas memang enak siapapun yang membuatnya. Da ini sangat lazim. Jadi, apa kau bisa memuaskan kami haya dengan ini?”
Chloe ragu-ragu sejenak. Dengan hati-hati dia menatap kelima juri, kemudian membuka mulutnya dengan hati-hati.
“Sebenarnya, aku sedikit lelah.”
“…Apa kau membicarakan tentag kompetisi?”
“Ah…mmm, mirip, tapi bukan. Kau harus membuat sesuatu yang barus. Sesuatu yang spesial, luar biasa, Aku suka memasak, tapi aku juga suka memasak hal yag sama. Perbedaan yang muncul bahkan pada hidagan yag sama, aku juga suka perasaan saat aku menemukan hal itu. Hal seperti telur gulung memang tidak spesial sama sekali, tapi aku suka hidangan yang enak dan familier. Makanan familier? Aku tidak tahu. Aku bertanya-tanya apakah perlu membedakannya seperti itu. Dan aku juga ragu terhadap restoran meah yang memberikan kesan mewah hanya dengan menyajikan makanan dalam jumlah sedikit di atas piring yang besar.
Mungkin, dia telah mengakumulasikan semua hal itu, tapi meski saat dia mengucapkan kata-kata yang panjang itu, Chloe tidak berhenti sekalipun. Dia menggigit bibirnya dengan wajah menderita.
“Tentu, aku juga suka kali ini. Aku baru tahu hal yang aku tidak tahu, dan perasaan menarik keluar kreativitasku lebih dari sebelumnya danmenempatkan diriku dievaluasi tidak buruk sama sekali. Tapi temanya adalah cermin. Pada dasarnya, aku adalah orang yang seperti ini. Alih-alih hal mewah dan besar sekali, hal yang sederhana, biasa, dan mudah lebih sesuai denganku. Hidangan itu adalah cerminanku.”
Jo Minjoon menyimak penjelasan Chloe. Dia teringat sup kentang buatan Chloe dan juga hidangan buatan Chloe lainnya hingga saat ini. Chloe lanjut berbicara dengan suara seakan-akan dia akan menangis, tapi dengan ekspresi yang bijak.
“Aku tidak malu dengan hidangan itu dan aku tidak berpikir bahwa aku menyedihkan karena itu tidak perlu.”
“Tapi pelanggan akan berpikir seperti itu.”
Alan menjawab dengan suara tenang. Dia juga paham bagaimana perasaan Chloe. Namun, realita biasanya berbeda dengan ekspektasi mereka.
“Jika kau membuka restoran biasamu sendiri, itu bisa saja. Namun, ambisi seorang chef akan membuatmu untuk selalu ingin memasak hidangan yang sempurna dengan bahan-bahan yang bagus. Masa-masa itu juga akan datang padamu. Pada saatnya nanti, kau tidak akan bisa puas dengan hidangan itu. Jangan katakan kau akan seperti itu. Chef yang tak terhitung jumlahnya juga seperti itu. Awalnya, mereka membuat sesuatu yang sederhana dengan cita rasa yang enak dan harga yang murah. Apa perlu untuk membuatnya lebih enak lagi? Meski ada pelanggan yang membuang makanan.”
Alan berhenti sejenak. Dia menghela nafas panjang lalu lanjut berbicara dengan suara berat.
“Iya, memang ada harga ada rupa. Perlakuannya yang berbeda. Perlakuanmu terhadap masakan dan pada dirimu sendiri. Pergilah ke restoran mahal. Tidak ada kasus di mana makanan tersisa di piring, kecuali jika rasanya tidak enak sama sekali. Namun, di restoran umum itu normal terjadi karena itu masakan murah. Di restoran mahal, akan terasa menyia-nyiakan makanan jika menyisakan makanan. Rasa hormat terhadap chef yang membuat hidangan seperti itu akan sirna. Jika kau bisa terus bekerja tanpa terluka dalam situasi seperti itu…Itu tidak masalah tetapi orang yang berpikir kau adalah yang terbaik, tidak banyak. Hal yang mewah itu adalah hal yang bernilai dan Grand Chef ini, adalah kompetisi untuk memilih chef terbaik di dunia, seperti judulnya. Ini sebuah kompetisi untuk membuat seorang chef menjadi inspirasi chef lainnya dan mengikuti langkahnya.”
Chloe tidak bisa menjawab apa-apa. Dia hanya menatap japchae pedas buatannya dengan tatapan lelah. Rachel berkata dengan suara tenang.
“Pesanmu sangat lembut dan hagat. Tidak ada ambisi dalam hidanganmu, sedangkan hidangan Jo Minjoon ada. Chloe, Alan bukan ingin mengatakan bahwa hidangan ini tidak berharga. Dia mengatakan bahwa jalur yang kau pilih itu sepi dan sulit.”
“…Iya.”
“Bukan karena makanan ini punya kekurangan. Cita rasanya enak dan kau juga bisa menunjukkan filosofimu sendiri. Hanya saja, itu bagian yang tidak sesuai dengan tujuan utama kompetisi ini.”
Chloe hanya diam. Para juri membagikan pendapat mereka sejenak, kemudian mereka saling mengangguk seolah mereka telah setuju. Emily membuka suara.
“Peserta yang tereliminasi sudah ditentukan.”
<Resep cerminan diri (1)> Selesai