Dewa Memasak – Bagian 28: Mendapat bantuan saat di tepi jurang diskualifikasi (3)
Jo Minjoon menggerutu dan mengambil bahan-bahan. Anggur putih, bawang putih, saus brown, dan inti kaldu yang terbuat dari tulang betis sapi. Untuk kondimen adalah tomat, pasta tomat, wine merah, vermouth, garam, dll.
Ketika dia membawa bahan-bahan, hampir 2 menit telah berlalu. Jo Minjoon memarut aggur dan menuangkan vermouth ke dalam mangkok. Wine vermouth adalah minuman keras yang dibuat dengan mencampurkan brandy, herbal medis, rempah-rempah, dll.
Vermouth terbagi menjadi 2 jenis. Satunya manis disebut vermouth manis, dan satu lagi asam disebut vermouth kering.
Dan ada juga 2 tipe lain dengan standar berbeda. Vermouth putih dan vermouth merah. Seperti yang kamu bisa lihat dari namanya, itu bergantung dari kandungan wine merah atau wine putih. Apa yang Jo Minjoon gunakan saat ini adalah vermouth manis yang terbuat wine putih. Warna merah pada vermouth merah untuk memberi warna pada anggur putih, dan sekaligus memberi rasa manis.
Tidak perlu merebus itu. Lebih tepatnya, dia tidak harus merebus itu. Jika dia menggunakan saus demi-glace yang dijual di pasaran maka dia tidak perlu melakukan semua ini. Karena dia akan selesai setelah meletakkan saus tersebut ke dalam puré yang mendidih.
Tapi mereka berencana membuat saus demi-glace sendiri. Ketika saus demi-glace hampir selesai, maka kau harus mulai merebus puré. Tentunya, mereka harus menyelesaikannya sebelum memanggang foie gras. Mungkin, seseorang yang harus menyelesaikan saus adalah Jo Minjoon.
Saat Jo Minjoon akan mengiris bawang putih. Alarm berdering dan suara Alan terdengar.
“Ganti!”
Tindakan acak mulai terjadi di semua meja memasak. Jo Minjoon meletakkan pisau dan mundur. Kaya meraih pisau dan mulai mengiris bawang dengan sangat cepat. Dan setelah dia menggoreng bawang putih di wajan, dimana bawang putih sudah berwarna kecoklatan, Kaya menuangkan wine merah. Pada saat itu, lidah api naik menyambar apa yang diatas wajan. Flambé, itu adalah teknik yang digunakan untuk membuang semua aroma yang tidak sedap dengan cara menyalakan alkohol pada makanan. Lalu, tangan Kaya berhenti. Itu bukan karena dia lupa apa yang harus dilakukan selanjutnya namun tidak ada hal lain yang dilakukan hanya menunggu hingga saus mendidih dan mengaduknya sesekali.
Itu saat-saat dimana menurut Kaya dia akan segera bosan. Alan mendekati Kaya dan berkata,
“Hidangan apa yang akan kau buat?”
“Aku akan mengiris foie gras dan memanggangnya dan di atas itu aku akan menuangkan puré anggur putih.”Tampaknya kau akan membuat sendiri saus demi-glace yang digunakan sebagai puré. Akankah kau selesai pada waktunya?”
“Aku akan menyelesaikannya.”
Kaya menjawab tanpa malu-malu. Alan terdiam sejenak dan menatap Kaya. Alan tidak bisa mendefinisikan jika itu ekspresi karena dia belum pernah mencoba hidangan itu sebelumnya ataukah dia menjawab dengan sikap aslinya.
Karena itu, lucu rasanya bagi Alan untuk membicarakan insiden tersebut. Alan terbatuk dan melihat Jo Minjoon.
“Memikirkan tentang giliran kalian mengerjakan itu, yang membuat foie gras dan melengkapi saus adalah Kaya, bukan?”
“Iya.”
“Kaya, pernahkah kau memasak foie gras?”
“Tidak, bahkan aku belum pernah mencoba hidangan itu.”
“Minjoon, bagaimana denganmu?”
“Akupun begitu.”
Lebih tepatnya, dia pernah memakannya. Tapi itu adalah makanan kalengan dari residen Perancis. Untuk mengatakan bahwa dia pernah memakan foie gras seperti itu tampaknya kurang ajar.
Alan berkata perlahan,
“Jangan kau pikir foie gras sama seperti hati lainnya. Hati angsa memiliki lebih banyak minyak dan memiliki rasa yang lebih dalam dari pada hewan lainnya. Dan kau tidak harus membuang aroma itu, lebih baik menmbungkus aroma itu. Ingatlah dengan baik.”
“Iya, saya paham.”
Alam pergi menjauh setelah jawaban Jo Minjoon. Kaya melihat Alan sekilas dan berkonsentrasi lagi pada masaknnya. Jo Minjoon ingin mengatakan sesuatu pada Kaya tapi sekarang waktunya untuk berkonsentrasi. Tentunya, yang dimaksud dengan berkonsentrasi adalah Kaya hanya menunggu hingga saus mendidih cukup lama.
“Kaya…”
Saat Jo Minjoon membuka suara, alarm berdering. Jo Minjoon dan Kaya bertukar tempat dengan cepat. Jo Minjoon melihat ke wajan. Sup mulai mendidih dan gelembung mulai naik. Jo Minjoon bertanya,
“Kaya, ini masih setengah matang bukan?”
“Mungkin.”
“Oke.”
Jo Minjoon menuang inti kaldu, kaldu yang berasal dari tulang betis, ke dalam wajan. Kemudian Jo Minjoon mengecilkan api hingga yang paling minim dan mulai mendidihkannya lagi. Setelah itu, dia mengeluarkan wajan baru dan menggoreng pasta tomat. Pada saat itu, alarm berdering lagi. Ketika Jo Minjoon tepat dibelakang Kaya, dia berkata pada Kaya,
“Ketika pasta tomat mulai kecoklatan kemudian tuagkanlah ke dalam saus. Juga lakukan hal yang sama untuk bumbu dan tomat.”
“Aku sudah tahu.”
15 menit telah berlalu. Waktu yang diberikan adalah 30 menit. Mereka harus menggunakan 5 menit terakhir untuk memasak foie gras. Jadi dia hanya punya 40 menit tersisa untuk memasak saus.
‘…Akankah kita punya cukup waktu?’
Jo Minjoon tidak percaya diri. Makanan yang menggunakan saus seperti saus demi-glace sebagai bahan dasar, semuanya tidak begitu lezat. Bahkan seorang master yang telah bekerja puluhan tahun harus menggunakan metodenya sendiri untuk menghasilkan rasa yang diinginkan. Sulit untuk menyombongkan tentang kualitas dari sebuah resep yang di buat dalam momen dan tempat seperti ini.
Tentunya, dia terbantu oleh sistem. Dan skor resepnya cukup bagus, 7 poin. Itu skor yang sangat luar biasa untuk saus yang hanya dibuat dalam waktu 55 menit. Tapi jika ada sedikit saja kesalahan, maka hasilnya akan jauh berbeda. Dia tidak dalam situasi dimana dia bisa santai.
Jo Minjoon menatap Kaya. Dia sedang memasukkan pasta tomat ke dalam saus lalu memasukkan lada, daun timi, dan separuh irisan tomat ke dalam saus kaldu. Ini untuk menangkap bau yang tidak sedap dari saus kaldu dan sekaligus menyimpan aroma itu.
Sekarang benar-benar saatnya bertarung dengan waktu. Kaya tetap membuangi busa yang bergejolak di permukaan saus demi-glace yang mendidih di sisa waktu memasak. Dan kemudian, alarm berdering. Hanya 40 menit tersisa.
Jo Minjoon segera menyalakan api untuk panci yang di dalamnya terdapat anggur putih dan vermouth. Waktu untuk menyelesaikan puré adalah sekitar 30 menit. Dia harus mulai sekarang juga sehingga dia dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Bisakah para juri memberi kita misi tim yang normal?
Jo Minjoon tidak berhenti memikirkan itu tapi sejujurnya, dia paham alasannya. Ada banyak meja dimana pergerakan peserta tidak beraturan. Itu bukan mereka tidak berbagi tugas dalam metode memasak mereka. Tapi karena mereka membagikan resep mereka, ada bagian-bagian yang akan mereka abaikan seolahh-olah itu sudah beres. Dan di bagian yang diabaikan itu, mereka akan menggunakan metode memasak mereka sendiri. Tentunya, itu adalah metode-metode dimana rekan mereka bahkan tidak memikirkannya.
Di dalam situasi ini, hasilnya akan sangat bervariasi bergantung dari mereka saling menghormati metode satu sama lain atau tidak. Dan kebanyakan dari mereka sangat gigih dengan metode mereka sendiri. Karena itu lebih mudah untuk yakin dengan dirimu sendiri dari pada orang lain.
Namun, Kaya dan Jo Minjoon berbeda. Tapi tentu saja, itu bukan berarti bahwa mereka membuang jauh kekeraskepalaan mereka dan menghormati metode yang lain. Sikap mereka terhadap memasak pada dasarnya sama. Dari bagaimana menangani api hingga bagaimana mereka menggunakan pisau. Dan Jo Minjoon tahu dengan baik alasannya.
Kaya Lotus, karena nama itu. Nama yang membuat Jo Minjoon sangat iri dan ingin untuk menirunya. Dia melihat hampir ratusan kali video yang menampilkan Kaya memasak. Dia mempelajari bagaimana dia belajar memasak, dan bagaimana Kaya memasak.
Sejujurnya, Kaya adalah guru Jo Minjoon dan sekaligus mentornya. Kaya adalah seseorang yang memberi Jo Minjoon mimpi, meski itu adalah sisi yang keras dan Jo Minjoon hampir menyerah.
Itulah mengapa cara memasak mereka hampir mirip. Lebih tepatnya, cara memasak Jo Minjoon meniru cara memasak Kaya. Karena orang yag mempengaruhi Jo Minjoon dalam hal memasak adalah Kaya. Semua favoritisme yang ditujukan kepadanya adalah karena alasan itu. Dan karena itu juga, dia semakin mengagumi Kaya.
‘Aku tidak bisa membuat dia didiskualifikasi.’
Dia adalah orang yang dermawan bagi Jo Minjoon. Meski itu bukan niat Kaya, tapi seseorang yang memperkenalkan pada Jo Minjoon dunia memasak dan membuatnya gigih menapaki jalan ini adalah Kaya. Kaya adalah seseorang yang mengajarinya bahwa sesuatu seperti memasak bisa jadi menyenangkan, dan terkadang sangat indah. Bisa dikatakan bahwa di satu sisi Jo Minjoon memperlakukan Kaya sebagai gurunya.
Jo Minjoon tahu dengan sangat baik bagaimana Kaya akan berkembang menjadi chef. Jo Minjoon tahu betapa bernilainya dia sebagai chef. dan buktinya adalah melalui program ini.
Kaya memberi Jo Minjoon hasrat memasak. Karena variabel tak terduga seperti Jo Minjoon, Jo Minjoon tidak bisa membuat Kaya terdiskualifikasi, apalagi tidak masuk di putaran pertama. Jo Minjoon mengaduk dua panci dengan tangannya dengan fokus penuh. Jika itu menempel sedikit saja, maka aroma hangus akan memenuhi saus. Jadi dia harus fokus.
Alarm berdering. Kaya dan Jo Minjoon berganti posisi. Kaya melakukan hal yang sama, membuangi busa. Kaya menghela nafas sembari mengeluarkan busa.
“Aku sudah menduganya, tapi ini benar-benar melelahkan.”
“Ini pertarungan dengan dirimu sendiri.”
Jo Minjoon tertawa sembari mengatakan itu. Kaya menyeka keringat yang berkumpul di dahinya dan bertanya,
“Bagaimana menurutmu soal tim yang lain? Apakah mereka melakukannya dengan baik?”
“Menurutku kita adalah tim kerja yang terbaik.”
“…Apakah ada yang seperti itu?”
“Setidaknya kita tahu apa yanga kan kita lakukan selanjutnya.”
Kaya tidak menjawab. Dan kemudian, alarm berdering. 30 menit berlalu dan 30 menit tersisa. Kaya menghela nafas sambil melihat Jo Minjoon yang sedang mengaduk dengan menggunakan sendok sup besar.
“Aku merasa bahwa aku bisa tenang. Ngomong-ngomong, sistem penandaan ini cukup bagus karena kau bisa istirahat 5 menit.”
“Betapa mengejutkan. Kau mencoba optimis.”
“Apa kau menganggapku orang yang pesimis?”
Jo Minjoon mulai memikirkan pertanyaan itu. Orang seperti apa Kaya? Kaya yang dia lihat di video adalah seseorang yang percaya diri dan penuh energi. Setidaknya, Kaya seperti itu setelah Grand Chef. Namun sebelum itu, Kaya benar-benar berbeda. Dia percaya diri, tapi kepercayaan diri itu dibuat-buat dan ada kecemasan tersembunyi di suatu tempat di hatinya. Memikirkan soal itu, Jo Minjoon merespon secara alami.
“Tapi kau bukan orang yang optimis.”
“Berapa banyak orang-orang di dunia ini yang optimis? Jika kau tidak bodoh, maka susah menjadi optimis.”
Kaya berkata dengan getir. Suara Kaya membuat Jo Minjoon penasaran dengan kehidupan Kaya. Karena bahkan dalam siaran, dia hanya bilang bahwa masa lalunya sedikit sulit. Oleh karena itu, Jo Minjoon tidak bisa tahu tentang kaya secara mendetail. Jo Minjoon bahkan ingat bahwa Kaya telah mengatakan padanya.
“Kau tidak tahu bagaimana tumbuh sebagai orang kulit putih di keluarga miskin.’
Apa arti kata-kata itu? Jo Minjoon tidak tahu. Jo Minjoon tidak tumbuh di AS dan hanya melihat sisi terang Kaya dalam video. Jo Minjoon ingin membantu Kaya sebanyak harapan yang Jo Minjoon terima dari Kaya. Dia berkata,
“Tidak perlu menjadi optimis. cukup dengan yakin terhadap dirimu sendiri. Apa yang aku katakan saat wawancara bukanlah omong kosong. Kau adalah chef yang terampil dan berbakat. Jadi tidak perlu gugup seperti pendatang baru yang datang untuk wawancara.
Sejujurnya, Jo Minjoon tidak ingin melihat Kaya merasa gugup. Kaya adalah saingannya. Meski jika dia mencoba untuk mengukir kata-kata itu di kepalanya, pada akhirnya Kaya tetap idola dan gurunya. Dia tidak ingin melihat bentuk kesedihan dari orang yang dianggapnya seperti itu..
Kaya tidak menjawab. Jo Minjoon tidak bisa tahu apa yang Kaya pikirkan tentang dirinya.
Dan alarm berdering 4 kali lebih lama. 50 menit. Waktu yang tersisa adalah 10 menit. Itu juga berarti bahwa Jo Minjoon harus mmenyelesaikan sausnya segera.
Jo Minjoon menggunakan saringan untuk menyaring puré anggur putih. Bubur yang kasar tertinggal di atas saringan, dan puré yang menetes diatas saus demi-glace putih tampak seperti krim putih. Dan langkah selanjutnya sederhana. Dia harus mencampurkan sesendok saus demi-glace dengan puré.
Pekerjaan itu terlihat bodoh dan lucu. Dia harus bekerja keras membuat demi-glace sedangkan pada akhirnya yang dicampurkan hanya dua sendok. Namun, dia yakin bahwa dua sendok itu akan menjadi kunci kemenangan.
Dan kemudian, hasil yang dia yakini muncul.
< Mendapat bantuan saat di tepi jurang diskualifikasi (3) > Selesai